POV AUTHOR,
Sepeninggal Jessika dari ruangannya, Niko pun membereskan meja kerjanya, hari sudah sore dan dia harus segera pulang untuk bertemu sang istri tercinta yang selalu menantinya di rumah.
Kehidupan rumah tangga Yang di jalani nya selama hampir 3 tahun lamanya bersama Rossa memang nyaris sempurna, mereka saling menyayangi, saling mengerti dan saling menghargai, membuat kehidupan rumah tangga mereka banyak membuat iri siapa saja yang melihatnya.
Namun memang tak ada hal yang sepenuhnya sempurna, dimana mereka juga mempunyai satu kekurangan, yaitu belum hairnya buah hati hadir di antara mereka, meskipun baik Niko maupun Rossa tak terlalu mempermasalahkan hal itu, mereka juga tidak terburu-buru dan di kejar target, semua mereka jalani dengan santai seperti air mengalir saja,
"Hai sayang, bagaimana kegiatan mu seharian ini, apakah menyenangkan?" Tanya Niko, seraya mencium pipi Rossa yang sedang menonton televisi sambil memainkan ponselnya saat Niko pulang.
"Membosankankan sekali hari ini, aku bahkan tak kemana-mana dan hanya di rumah saja seharian," adu Rossa pada suaminya.
"Baiklah, bagaimana kalau kita makan malam di luar malam ini?" Ajak Niko yang langsung di sambut dengan sangat antusias oleh istrinya.
"Aaaah,,, mau! Aku siap-siap dulu sekarang ya!" Wajah Rossa langsng ceria, matanya pun berbinar bahagia.
Begitulah kehidupan rumah tangga mereka, tak pernah kehilangan cara untuk membuat pasangannya bahagia.
Tak seperti biasanya, malam ini Rossa yang biasanya mengajak Niko untuk makan di sebuah Mall kenamaan, agar acara makannya bisa di teruskan dengan acara shopping, kali ini Rossa mengajak sang suami ke sebuah restaurant jepang, milik salah satu temannya yang baru saja di buka beberapa hari yang lalu.
Niko hanya manggut-manggut saja menuruti keinginan sang istri meski Rossa sendiri tau kalau Niko tak pernah suka dengan makanan khas negeri sakura itu, namun demi menyenangkan hati istrinya, Niko mengikuti semua keinginan Rossa.
Benar saja, ketika mereka sampaai di tempat itu dan masuk ke rumah makan berkonsep jepang kental itubeberapa teman Rossa sudah menunggu kedatangan mereka, sepertinya Rossa tadi janjian dulu dengan teman-temannya sebelum mereka pergi, niat hati ingin mengajak Rossa makan malam romantis jusrtu malah gagal karena kali ini dirinya harus bete menjadi satu-satunya pria di antara enam orang teman-teman satu geng Rossa.
"Sayang, aku keluar untuk merokok sebentar ya," pamit Niko yang sebetulnya hanya mencari alasan karena merasa tak nyaman dengan obrolan Rossa dan teman-temannya yang sungguh tak dia mengerti.
Niko berjalan ke luar resto, sekedar menghirup udara luat sambil menyalakan rokoknya, Niko menyandar di kap mobilnya yang terparkir tak jauh dari restauran Jepang tempat istrinya kini sedang bersama para sahabatnya, sementara dirinya sedang menaatap langit sambil mengepulkan asap putih ke udara malam itu.
"Pak Niko!" Panggil seorang wanita ang rasa-rasanya suaranya pnah dia dengar sebelumnya.
Niko meoleh ke sumber suara, benar saja, sosok perempuan yang tadi sore dia temui ternyata adalah wanita yang memanggilnya.
"Ah, nona---" Niko tampak sedang mengingat-ingat nama wanita di hadapannya itu.
"Jessika," jawab si wanita yng ternyata Jessika itu.
"Oh iya, sorry aku agak payah dalam mengingat nama seseorang!" ujar Niko, kini nada bicaranya tak seketus tadi sore saat di kantor.
"Kok, ada di sini?" heran Jessika.
"Aku sedang menemani istri ku makan, tapi aku ingin merokok sebentar," jawabnya berusaha jujur, walaupun dia masih menutupi kenyataan bahwa alasan dirinya ke luar resto karena bete dengan obrolan istrinya dengan para sahabatnya di dalam.
"Hmh, saya kira Pak Niko ingin meninjau butik saya," cengir Jessika, berusaha mencari peruntungan siapa tahu Niko berkenan mampir ke butiknya yang hanya berselang satu bangunan setelah resto Jepang itu.
Sungguh ini pertemuan yang di luar dugaan, bagaikan mendapat durian runtuh, saat Jessika terpaksa harus membeli nasi goreng abang-abang pinggir jalan yang sangat di sukainya akhir-akhir ini ternyata dia malah menemukan Niko yang sedang berdiri tak jauh dai butiknya.
Jessika rasa ini semua adalah jalan dari Tuhan, takdir mrmpertemukan mereka lagi mmeski tanpa di rencana.
"Butik mu? House of jess?" Niko menaikan sebelah alisnya.
"Hmm, itu!" Jessika mengangguk seraya tangannya menunjuk ke sebuah bangunan butik yang sudah di sewanya semenjak 6 bulan yang lalu dari semenjak dia masih tinggal di Paris, hanya saja baru sebulan ini butiknya di resmikan, karena terkendala renovasi yang memang memakan waktu yang lumayan cukup lama.
Pandangan Niko otomatis megikuti arah telunjuk Jessika yang kini mengambng di udara,
"Wah, di sana rupanya, ini kawasan bagus untuk bisnis, kau pintar memilih tempat!" puji Niko.
"Baiklah ayo kita lihat sebentar butik mu, kebetula istri ku juga sedang bertemu teman-temannya di dalam." lanjut Niko.
Bak gayung bersambut, apa yang di harapkan oleh Jessika pun terjadi, Niko akhirnya mau mampir ke butiknya, bukankah itu awal yang bagus untuk rencananya?
Jessika mempersilahkan Niko yang berjalan beberapa langkah di belakangna itu untuk masuk ke butiknya,
Niko mengedarkan pandangannya ke baju-baju yang menggantung dan beberapa juga di pamerkan pada manekin yang diletakan di etalase seakan sedang memperagakan busana di butiknya itu.
Dua orang pegawai butik langsung menghampiri Niko karena di kira pria itu adalah konsumen yang hendak berbelanja di sana.
"Biar aku saja, kalian layai yang lain," ucap Jessika, dua pegawainya pun mengangguk patuh dan meninggalkan Niko bersama bosnya.
"Ini semua baju rancangan mu?" tanya Niko, tanannya sesekali mengusap pakaian yang dipajangkan dengan apik di sepanjang kanandan kiri jalan yang di lewatinya menuju ruang kerja Jessika.
"Ya, itu hanya sebagian saja, karena butik ini baru sekitar sebulan lebih di buka, sebagian baju rancangan ku masih aku simpan di apartemen dan tempat produksi." Terang Jessika, seraya membuka pintu ruangan kerjanya.
"Silakan, ini ruangan kerja saya, tempat saya menuangkan ide dan juga bekerja, tentu saja!" Ucap Jessika ramah.
"Ruangan mu nyaman, pantas sajaide-ide mengalir dengan baik dan menghasilkan baju-baju yang indah," pujian itu mengalir dari bibir Niko begitu saja, entah hanya sekedar basa basi atau memang pujian yang tulus.
Hanya saja tanpa di sadarinya kalau sikap dinginnya kini sedikit menguap begitu saja, entah karena sikap hangat yang selalu di tampakan oleh Jessika atau haya karena pria itu sedang merasa bete saja akibat Rossa yang lebih memilih asik mengobrol dengan teman-temannya di bandingkan makan malam romantis berdua bersama dirinya seperti keinginannya di awal saat di mengajak Rossa keluar tadi sore.
"Terimakasih atas pujiannya, apaitu berarti anda setuju dan menerima proposal yang saya ajukan?" Goda Jessika.
Niko tampak sedikit berpikir sejenak,
"Emh, besok kamu boleh ke kantor menemui ku untuk membicarakan konsep dan lain sebagainya," kata Niko tanpa di duga-duga, entah apa yang menjadi pertimbangannya, pria yang biasanya agak alot dalam menyetujui proposal itu tiba-tiba langsung menyetujui permohonan kerja sama Jessika dengan mudahnya.
"Ah, benarkah? Baik pak, besok pagi saya pasti akan datang ke kantor bapak." Ucapan Niko sungguh membuat Jessika tersentak antara bahagia dan terkejut tak menyangka secara bersamaan sehinga membuat Jessika spontan berjingkrak-jingkrak kesenangan.
"Apa kau benar-benar sebahagia itu?" Niko terkekeh melihat polah kekanakan Jessika yang menurutnya terlihat-- menggemaskan!
Niko membuang semua pikiran aneh yang tetiba hadir di kepalanya itu, bagaimana bisa dia melihat Jesssika sebegitu menggemaskan di matanya.
'Dia hanya rekan kerja ku, tak lebih, dan tak boleh ada perasaan lain, aku mencintai Rossa, sangat mencintainya.' Batinnya kembali mengembalikan pikiran sehatnya agar segera kembali bekerja dengan normal.
"Baiklah, sampai jumpa besok pagi di kantor saya!" Pamit Niko, dia tak ingin pikirannya semakin 'aneh' lagi jika dia semakin berlama-lama di tempat itu bersama Jessika, lagi pula dia juga harus segera menemui istrinya yang mungkin saja saat ini sedang mencari keberadaannya yang tadi hanya pamit untuk sekedar merokok sebentar di luar resto.
Benar saja, saat dia baru saja beberapa langkah meninggalkan butik milik Jessika itu, Rossa sang istri terlihat sedang mondar-mandir dan celingukan melihat sekeliling, sepertinya benar dugaannya, kalau Rossa sedang mecari keberadaan dirinya.
"Niko, kamu dari mana? Katanya cuma merokok di depan sebentar, tapi dari tadi aku mencari mu di sini, tak ada?" Tanya Rossa menatapnya dengan tatapan penuh curiga.
"Ah, tadi aku bertemu teman, jadi kami mengobrol sebentar." entah mengapa bibir Niko justru mengatakaan kebohongan, dia tak berani mengatakan kalau dirinya baru saja bertemu Jessika, yang hanya sebagai kliennya yang bahkan kerja sama mereka saja belum di sepakati dan di tandatangani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments