Tak akan menyerah,

Rima menerima proposal yang aku sodorkan padanya lalu membacanya sekilas.

"Apa kakak bisa menolong ku untuk bertemu Pak Niko, pemimpin perusahaan ini?" tanya ku sambil berharap-harap cemas karena Rima seperti sedang termenung sejenak, dan tak bisa buru-buru menjawab pertanyaan ku.

"Kebetulan aku sekretaris nya, ntar aku coba bantu deh," kata Rima yang mulai tak memakai bahasa kaku lagi pada ku, sehingga kami terasa lebih akrab, meski sebenarnya ya tak seakrab itu juga.

"O-ya? Mau banget dong kak, di bantu!" jawab ku sok antusias, padahal ya sebenarnya sudah bisa aku bayangkan sebelumnya kalau sepertinya alurnya akan begini, karena semua sudah aku rancang dan aku pikirkan sedemikian rupa, bahkan aku punya 'plan A dan plan B' untuk berjaga-jaga jika kejadian tak semulus rencana ku.

"Coba nanti aku kasiin dulu ke si bos ya,!" Ucapnya seperti terlihat ragu-ragu.

"Tak bisa di kasiin sekarang saja yah, kak?" bujuk ku setengah memohon, dan sepertinya cara ku itu sudah berhasil membuat Rima merasa tak enak hati karenanya.

"Emh,,, gimana ya, bos ku itu agak-agak susah orangnya, dia biasanya gak mau bertemu dengan tamu yang belum mempunyai janji sebelumnya," Rima terlihat seperti kebingungan dengan permintaan ku, namun dia juga sepertinya merasa tak enak hati jika harus menolak permintaan ku, mungkin mengingat aku sering memberinya banyak bonus dan potongan harga saat berbelanja di butik milik ku, ya memang itu tujuan ku, membuatnya merasa tak enak hati dan tak kuasa menolak permintaan ku.

Sedikit terdengar jahat memang, tapi ya sudah lah, semua ini memang sudah ku rencanakan dan ku perhitungkan sebelumnya, toh aku juga memberinya banyak keuntungan.

"Oh, ayolah kak, bantu aku sekali ini saja, aku benar-benar butuh bertemu dengan pak Niko untuk membicarakan acara yang akan aku laksanakan ini, aku butuh bantuannya," rengek ku, lagi-lagi setengah memaksa dan memasang wajah memelas.

Dan yes! Akhirnya usha ku tak sia-sia, aku berhasil membuat Rima mengajak ku naik ke lantai dimana ruangan Niko berada.

Jujur saja saat ini perasaan ku berkecamuk tak karuan, memikirkan bagaimana aku harus bersikap saat bertemu dengan suami dari pembunuh kakak ku itu, yang tak lain merupakan target buruan ku.

Aku sibuk bagaimana dan dengan cara apa aku akan menggodanya, untuk masalah wajah dan body ku, sepertinya aku bisa cukup percaya diri, hampir semua pria yang ku kenal selalu mengatakan kalau aku itu cantik, bahkan teman-teman wanitaku juga banyak yang mengatakan hal itu, apalagi di tunjang dengan gaya busana ku yang selalu fashionable, aku rasa tak akan terlalu susah lah, menaklukan Niko.

Aku duduk di meja Rima yang berada di dekat pintu masuk ruangan bosnya, sementara Rima pamit untuk ke toilet sebentar.

Jantung ku berdegup sangat kencang bahkan rasanya seperti di hantam dengan benda yang sangat keras ketika pintu ruangan yang tertutup rapat itu tiba-tiba terbuka dari dalam.

seorang pria dengan perawakan tinggi putih dengan tubuh yang atletis keluar dari pintu dan menghampiri tempat ku duduk sekarang ini.

"Siapa anda?" Kening pria yang wajahnya masuk dalam kategori tampan itu berkerut.

Jujur saja, wajah asli Niko terlihat lebih tampan dari pada yang aku lihat selama ini di foto.

Sepersekian detik aku malah terbengong, karena belum bisa menguasai emosi dan keterkejutan ku yang ternyata belum begitu siap bertemu dengan Niko meski semua itu sudah aku pikirkan sejak lama sekali dan rencana ini bukan rencana yang aku rancang hanya dalam hitungan sebulan dua bulan saja, tapi sudah memakan waktu sekitar satu tahun lebih aku merencanakan semua ini, sialnya aku masih saja merasa grogi.

'Oh, ayolah, kemana aku yang selalu percaya diri itu? Kenapa tiba-tiba aku merasa grogi hanya karena ditanya seperti itu?' ucap ku dalam batin.

"Ah, maaf, perkenalkan saya Jessika, saya--" aku mengulurkan tangan ku seraya memperkenalkan diri ku.

Namun tanpa di duga, pria itu justru mengacuhkan perkenalan diri ku dan juga mengabaikan uluran tangan ku, yang dia lakukan saat itu memotong pembicaraan ku dengan nada yang terkesan dingin.

"Dimana Rima?"

Aku lumayan tersentak mendapati sikap dingin dan cueknya itu, aku pun menurunkan kembali tangan ku yang tadi terulur, rasa-rasanya baru pernah aku diabaikan oleh seorang pria seperti ini, sehingga membuat ku merasa agak kesal dengan sikapnya itu.

"Sekretaris anda sedang ke toilet, pak!" Jawab ku yang sudah mulai bisa mengendalikan emosi dan perasaan ku.

"Lantas kenapa anda ada di meja kerjanya?" Tanya nya lagi penuh selidik terhadap ku.

"Saya---"

"Maaf bos, ini Jessika, pemilik House of Jess Boutique, beliau ingin bertemu dengan anda, Bos," ucap Rima yang sepertinya berlari sekencang mungkin saat melihat bosnya sedang berbicara dengan ku, terbukti dari nafasnya yang terdengar tersenggal-senggal saat berbicara dengan bosnya itu.

"Jessika?---Niko terlihat sedang berpikir--- Sepertinya aku tak punya janji dengan pemilik butik hari ini," ucapannya terdengar selalu dingin, sangat tidak ramah sama sekali di telinga ku.

"jadi begini bos, pak Anggoro hari ini membatalkan janjinya, jadi sebagai gantinya saya memasukan Jessika dalam antrian pertemuan hari ini," terang Rima yang ternyata mendapatkan celah untuk membuat aku bisa bertemu dengan bos nya hari ini.

"Tapi bukannya jadwal pertemuan ku dengan Anggoro itu jam 4 sore, dan sekarang masih jam satu siang, kenapa dia sudah berada di sini? seharusnya dia bertemu dengan ku sesuai dengan jadwal yang di buat antara aku dan Anggoro, karena saat ini jadwal ku bertemu dengan klien lain, bukan?" kata pria itu setengah mengomel pada sekretarisnya.

Sebenernya aku agak merasa kasihan dan merasa bersalah pada Rima, karena dia menjadi kena semprot bos nya gara-gara berusaha membantu ku.

"Saya bisa menunggu pak, saya akan menunggu sampai jam 4 nanti, karena ini kesalahan saya, tadi saya yang mis komunikasi dengan sekretaris anda, saya yang salah karena datang terlalu cepat, karena saking bersemangatnya." Ucap ku, karena tak ingin Rima terus di persalahkan oleh bos nya.

Dan apa kalian tau bagaimana tanggapan bapak Niko Mahesa pemilik event organizer terbesar dan ternama itu ketika aku mengatakan hal itu? Sungguh membuat ku harus mengelus dada berulang kali, karena pria tampan itu hanya melengos sambil berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada ku, bahkan tak melirik barang sedikit pun.

Manusia macam apa Niko Mahesa ini, kenapa dia terlihat sangat dingin dan angkuh sekali, kalau begini ceritanya, sepertinya aku harus memutar otak dan bekerja lebih ekstra lagi untuk mendapatkan perhatiannya.

Aku tak akan menyerah dan mundur sedikit pun!

Terpopuler

Comments

Widhi Labonee

Widhi Labonee

hmmmm.. makanya baca doa dulu mbak Jess kl mo bertindak tuuh apalagi nih niatnya jr oelakor,, bc doa nya hrs sungguh"... wkwkkwkwkekkerkkrrk

2023-06-05

1

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

mulai beraksi lanjuttt

2022-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!