Jung Xu memandang ke sekelilingnya untuk melihat apakah Forbes masih ada atau tidak. Lalu dengan suara pelan menceritakan tujuannya yang sebenarnya.
"Baiklah, sepertinya aku tidak bisa menyimpannya lebih lama lagi. Aku akan menceritakannya sekarang. Sebenarnya... Aku sedang mencari seseorang disini," katanya sambil melihat ke arah jus apel yang ada ditangannya.
"Siapa? Selama ini kenapa kau tidak pernah menceritakannya kepada kita (dia dan Forbes)?" tanya Verrien dengan penasaran.
Kemudian Jung Xu meneruskan ceritanya sambil sedikit menunduk tanpa memandang Verrien.
"Empat tahun yang lalu, tepatnya waktu aku masih ada di Korea. Aku mendapat telepon dari Indonesia bahwa aku harus segera pulang ke Indonesia, karena Ibuku sakit. Ternyata setelah aku pulang ke Indonesia, aku diminta untuk tetap tinggal di Indonesia."
"Lalu apa hubungannya dengan mencari seseorang?" tanya Verrien bingung.
"Sewaktu aku ada di dalam bandara, aku berlari-lari dengan hati yang penuh kegelisahan dan tanpa melihat ke sekelilingku, tanpa sengaja aku menabrak tong sampah. Waktu itu sampahnya semua berserakan dan tanpa sadar secara tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di depanku sambil mengulurkan sapu tangan. Waktu itu juga aku hanya sempat mengucapkan terima kasih dan dia hanya tersenyum. Setelah itu, aku langsung pergi begitu saja tanpa menanyakan namanya. Setelah sampai di pesawat aku baru menyadari tanganku sedang memegang sapu tangan miliknya dan sampai sekarang aku terus penasaran dengannya."
"Hee... Kau jatuh cinta pada pandangan pertama ya?" goda Verrien.
Seketika wajah Jung Xu berubah menjadi merah seperti tomat.
"Hentikan! Jangan menggodaku dong, Verrien bodoh!"
Verrien tertawa saat melihat reaksi lucu Jung Xu yang sedang panik. Dia semakin menggoda Jung Xu.
"Lalu apa hubungannya ke Jepang? Sampai-sampai kau berkeras mau ke Jepang. Lagian yang kau bilang itukan ada dibandara Korea?" tanya Verrien disela-sela tawanya.
"Satu tahun yang lalu, kau masih ingat tidak waktu kita liburan ke Jepang. Waktu itu kau sibuk membeli グリーンティーアイスクリーム (guriintii aisukuriimu a.k.a. green tea ice cream) yang kau sukai di depan Tokyo Dome (stadium besar, salah satu tempat pertandingan bisbol di Jepang). Pada saat itu, tanpa disengaja aku melihat dia di sana dan mata kita bertemu pandang. Dia terlihat sangat tampan dan berkarisma sekali! Seketika itu juga, hati kecilku langsung berkata bahwa takdir dan jodoh ini pasti hanya milik kita berdua, aku yakin sekali!"
Jung Xu menggenggam kedua tangannya sendiri dan dia bangkit dari sofa lalu menghadap ke arah atas. Seolah-olah sekitarnya berubah menjadi kelap kelip. Matanya pun berbinar-biar saat membayangkan hal itu. Verrien terselek saat mendengar kata-kata romantis yang keluar dari mulut Jung Xu lalu tertawa terbahak bahak.
Jung Xu menatap Verrien tajam. Dia pun ngambek dan memandang ke halaman depan melalui kaca jendela besar yang ada di ruangan itu. Verrien berhenti tertawa, lalu dia tersenyum lembut sambil memegang pundak Jung Xu.
"Sou desu ne, shinjiteru yo, Lee. Hontou ni (Ya benar, aku mempercayaimu kok, Lee. Beneran)."
"Lalu, sejak kejadian itu, ada sebuah harapan kecil yang muncul dihatiku. Dan aku berjanji pada diriku sendiri, suatu saat nanti aku akan mengembalikan sapu tangannya jika bisa bertemu dengannya sekali lagi. Dan kau harus membantuku ya, Ver!" kata Jung Xu melanjutkan ceritanya sambil menggebu-gebu.
Mendengar cerita itu, Verrien hanya mengangguk mengerti dan mereka telah melupakan Forbes yang sedang berdiri di balik tembok sambil makan アップルパイ(appurupai a.k.a. apple pie) kesukaannya sambil membayangkan teori terbarunya.
"Ini manis sekali," gumam Forbes sambil tersenyum dalam gigitan terakhirnya.
Verrien yang tidak menyadari ada yang menguping tetap melanjutkan perkataannya, "Sekarang aku mengerti kenapa kau berkeras begitu, lalu apa rencanamu selanjutnya?"
"Meskipun aku tidak tahu dia itu orang Korea atau Jepang, tapi entah kenapa aku sangat yakin dapat bertemu dengannya lagi di sini! Sampai sekarang aku masih menyimpan sapu tangan itu."
Jung Xu langsung mengambil tas tangannya lalu mengeluarkan sapu tangan itu dan menunjukkannya ke Verrien.
"Lihat ada inisial 'J.H' dan kukira itu inisial namanya. Aku tidak sabar menunggu datangnya esok hari..." serunya dengan semangat. Jung Xu mengepal erat satu tangannya dan mengangkat tinggi ke atas. Diwajahnya terlihat senyuman cerah yang penuh harapan.
-Keesok harinya-
"Masih gelap. Sekarang jam berapa ya?" kata Verrien dalam hati. Verrien langsung mencari ponselnya.
Verrien melihat layar ponselnya dan waktu masih menunjukkan pukul 05.00 a.m. Verrien pun menguap sekali dan berkata dalam hatinya, "Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kurasa aku yang paling cepat bangun..."
Verrien mengucek-ucek matanya dan ketika dia membalikkan tubuhnya, dia dikejutkan oleh seseorang yang dia pikir adalah kuntianak. Tanpa berteriak, dia pun langsung bangkit dengan wajahnya yang pucat pasi dan refleks mengambil bantal dan menutupi wajahnya.
Akan tetapi karena tidak ada reaksi apa pun, dia berpikir sejenak, "Kunti, kah?! Tidak! Mana ada kunti di Jepang! Lalu apa? Zombie, kah?!"
Ini efek karena semalam sebelum tidur dia, Forbes dan Jung Xu menonton film zombie Korea yang berjudul "Tra*n to Bus*n". Verrien memberanikan dirinya melihat ke arah jendela. Ternyata kuntianak atau zombie yang dimaksud Verrien ternyata adalah Jung Xu. Jung Xu menggunakan dress putih dengan rambutnya yang panjang tergurai, dia sedang berdiri membelakangi Verrien sambil berkacak pinggang melihat ke arah jendela tanpa bersuara sedikit pun.
Verrien menghela nafas panjang lega, dia yang merasa sangat kesal karena sudah dipermainkan oleh Jung Xu pun, lalu sekuat tenaga melempar bantal ke arah Jung Xu dan bantal tersebut tepat mengenai kepalanya.
"Apa yang kau lakukan di situ bodoh! Dan jam berapa kau bangun, hah?! Kau mengagetkanku saja dengan berdiri disitu! Untung saja jantungku sehat!" gerutu Verrien kesal.
Akan tetapi masih belum ada reaksi apapun dari Jung Xu. Dia juga tidak marah atau pun membalas melempar bantal ke arah Verrien. Biasanya Jung Xu tidak pernah bangun pagi secepat ini, biasanya dia tidur seperti beruang di musim dingin. Entah kenapa sekarang dia bangun lebih cepat dari seekor ayam.
Verrien yang merasa heran pun berubah menjadi khawatir, dengan hati-hati bertanya, "Kau kenapa? Apa aku melemparnya terlalu kuat?"
Kemudian Jung Xu membalikkan tubuhnya dan tiba-tiba berteriak dengan penuh semangat sehingga membuat Verrien melompat kaget.
"VERRIEN-CHAN, OHAYOU GOZAIMASUUUU (VERRIEN-CHAN, SELAMAT PAGIIII)."
Sesaat Verrien melonggo dan tidak bisa berkata apa-apa. Tiba-tiba pintu kamar terbuka ada sebuah bantal yang melayang ke kepala Jung Xu dan ternyata yang melakukan itu adalah Forbes. Bertepatan melayangnya bantal Forbes, Verrien pun berteriak, "Berisik!!! Kau tahu ini masih jam berapa?! Dan jangan panggil aku dengan chan!"
"AW!"
Setelah itu, pintu kamar kembali tertutup. Seketika itu juga Verrien tertawa terpikal-pikal sambil memukul-mukul kasur.
Jung Xu masih berdiri tegak dan tersenyum lebar sambil menampakkan giginya. Dia yang merasa belum puas pun tetap menjalankan rencana gilanya.
Sementara itu Verrien hanya terbengong-bengong karena melihat Jung Xu tidak membalas dan melainkan kembali berbalik ke arah Jendela dan tiba-tiba menggeserkan pintu teras ke kiri dan ke kanan dengan keras sesuai dengan arah tangan. Dia berlari keluar teras dan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar seperti adegan romantis yang ada di film Titanic.
"Ho... Ho... Ho... Ho... Ho... Inilah hidup! Bangun di pagi hari yang cerah.... Udara yang segar.... Bunga sakura yang bermekaran.... Bertaburan.... Angin sejuk masuk melalui jendela lalu menerpa di wajahmu.... Matahari yang cerah.... Secerah masa depanku.... Impianku.... Dan hidupku.... Ho.... Ho.... Ho....," ujar Jung Xu dengan suaranya yang sok puitis.
Verrien bangkit dan merentangkan ke dua tangan ke atas dan berguman pelan, "Apanya yang matahari? Matahari saja belum tampak batang hidungnya, bunga sakura saja masih tidur, dasar orang aneh..."
Belum selesai Verrien mengomentari Jung Xu yang memang terkadang punya sifat yang konyol, dan terkadang lagi bisa dingin seperti es, tiba-tiba terdengar teriakan kesal dari suara tetangga.
"HOI!! APA-APAAN SIH, PAGI-PAGI SUDAH RIBUT!!" omel mereka sambil menutup jendela, atau lebih tepatnya disebut membanting daun jendela. Tidak hanya itu saja, bahkan anjing tetangga pun ikut menggonggong keras.
Jung Xu terdiam!
Setelah itu dengan pelan dan lembutnya, Jung Xu kembali menutup pintu teras dengan sangat hati-hati dan menggeser gorden sampai menutupi seluruh jendela, kemudian dengan wajah yang memerah dan sedikit menunduk ke bawah karena malu, dia berjalan ke sudut ruangan sambil menunduk dan berjongkok, lalu bergumam tidak jelas akan tetapi masih bisa didengar, "Memangnya puisiku kurang bagus apa?"
"Itu memang sudah bagus Lee Jung Xu, cuma intonasinya saja yang kurang saat pengucapan," sindir Verrien yang duduk di sudut tempat tidur sambil tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya hingga perutnya terasa sakit.
Dengan sifat yang tidak mau kalah, Jung Xu membantah, "Selera mereka saja yang rendah. Mereka tidak tahu apa kalau aku ini anak sastra!"
Mendengar itu, Verrien bukannya ikut prihatin akan tetapi tawanya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba pintu kamar terbuka kembali lalu...
"DIAM!"
Layaknya halilintar di pagi hari, seseorang mengucapkan kata tersebut. Keributan mereka berdua terhenti seketika itu juga.
"Kalian memang tidak berguna! Dalam teoriku yang ke-27, saat bangun pagi itu seharusnya membersihkan diri seperti menggosok gigi, cuci muka dan mandi, bukannya baca puisi yang tidak berguna dan tertawa seperti bebek! Memang tidak berguna dari dulu sampai sekarang!"
Seketika itu juga suasana menjadi hening, dan Forbes pun kembali ke biliknya. Jung Xu kembali berkata dengan suara kecil, "Apaan sih? Tiap hari teori-teori melulu, bosan banget."
"Tapi memang benar juga sih, masa pagi hari sudah membaca puisi dengan suara aneh?" kata Verrien sambil tertawa kecil.
"Ya terserahlah. Betewe Ver, bagaimana kalau kuliahnya kita tunda sementara waktu dulu? Aku penasaran ingin menyamar menjadi siswa SMA nih. Ayo kita masuk ke salah satu sekolah swasta di Tokyo. Bagaimana?" seru Jung Xu semangat dengan mata yang berbinar-binar. Dia mengharapkan Verrien menyetujui ide konyolnya itu.
Verrien berpikir sejenak, lalu berkata, "Ya, idemu tidaklah buruk sih. Tapi satu semester saja ya?"
"Deal! Tapi tunggu dulu, kita tidak punya seragam SMA ya?"
Jung Xu kembali muram dan berpikir sambil memegangi dagunya.
"Masalah itu bisa di atur. Aku ada toko kenalan yang buka pada pagi hari di dekat sini. Orang itu adalah designer terbaik yang ada di Jepang. Ayo kita bersiap-siap sebelum Forbes bangun," sahut Verrien sambil beranjak ke kamar mandi.
"Nice!" kata Jung Xu sambil menyeringai lebar.
-Bersambung-
☆Please Like, Vote and Comment. Thank you☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
seru thor.. aku baca nya nyicil ya..
aq mampir bawa boomlike dan komen
.
.
jgn lupa feedback ke cerita aku, makasiiih 🤗
2020-06-12
1