Seiring perjalanan waktu, karena keikhlasan Tanti dan Ari, kini usaha Ari sebagai tukang bangunan mengalami kemajuan. Tanti sangat bersyukur sekali bahwa anak-anak angkatnya membawa berkah tersendiri untuk keluarganya.
"Mas, aku bersyukur sekali setelah keberadaan Indra dan Teguh di rumah ini. Rasanya semuanya menjadi sempurna, Mas."
"Iya, Dek. Aku juga bersyukur sekali. Pekerjaanku semakin lancar saja. Oh ya, kamu juga bisa menabung untuk sekolahnya anak-anak, kan?" tanya Ari.
"Iya, Mas. Alhamdulillah. Ini berkat kerja kerasmu juga, kan?"
Kebahagiaan mana yang tidak sempurna seperti ini? Sepasang suami istri dengan anak-anak yang baik. Hidup berkecukupan. Hari yang selalu ceria mendampingi kehidupan mereka.
Selain itu, antara Ari dan Tanti yang saling mendukung, kedua anaknya pun demikian. Tak sulit bagi Ari menjalani hari-harinya. Begitu juga dengan Tanti.
"Oh ya, tabungan untuk biaya sekolah anak-anak sudah kamu sisihkan juga, kan?" tanya Ari.
"Sudah, Mas. Itu cukup sampai beberapa bulan ke depan. Tak masalah, sambil jalan nanti aku juga akan nabung dari penghasilanmu, Mas."
Awal pernikahan, Ari memang sudah mengetahui bahwa Tanti hanya bisa menjadi ibu rumah tangga biasa yang tidak bekerja. Ari pun tidak pernah mempermasalahkan karena sangat mencintai wanita yang kini menempati ruang hatinya semenjak belum menikah.
Ari tidak banyak protes karena selama ini istrinya sudah memperlakukannya dengan cukup baik. Selain mengelola keuangan rumah tangga, Ari dan Tanti juga sudah memiliki rumah di tahun ketiga pernikahannya.
"Baguslah. Doakan pekerjaan Mas selalu lancar ya, Dek. Supaya kita bisa memenuhi segala keperluan keluarga."
"Iya, Mas. Aku selalu mendoakanmu."
Usaha Ari baru berkembang di usia pernikahan lima tahun bersamaan dengan diangkatnya dua orang anak. Rumah yang semula biasa saja, kini penuh dengan perabot yang bisa dibilang lumayan bagus kalau di kampung. Rumah yang tidak terlalu besar dengan beberapa fasilitas rumah tangga yang lengkap membuat seluruh anggota keluarga nyaman berada di dalamnya.
Tak hanya itu, uang belanja yang diterima Tanti semakin melimpah. Selain digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, dia juga selalu menyimpannya supaya kelak bisa digunakan ketika keadaan terjepit. Walaupun sebenarnya mereka juga tidak menginginkan kembali ke dalam keterpurukan di masa lampau.
"Mas, kamu tahu kalau uang belanja yang kamu berikan ini lebih dari cukup. Apakah ini berkah karena keluarga kita seperti ini? Maksudku karena dua anak-anak kita yang mendatangkan rezeki tiada henti. Aku sangat bersyukur sekali, Mas."
"Iya, Dek. Alhamdulillah, ya. Semoga selalu seperti ini. Kamu juga sudah mendukung semua pekerjaanku. Anak-anak kita juga sudah sekolah dengan baik tanpa kekurangan suatu apa pun. Jadi, pertanggungjawaban kita pada orang tua mereka jelas bisa dipercaya, bukan?"
Ya, mereka sudah berjanji pada orang tua kedua anak yang diangkatnya untuk terus memberikan yang terbaik tanpa kekurangan suatu apa pun. Kehidupan rumah tangga yang sempurna nyatanya tak jauh dari cobaan menerpa. Mungkin tidak sekarang, suatu hari nanti pasti akan ada saja. Namun, Tanti sudah mengantisipasi kejadian di masa mendatang. Dia selalu mewanti-wanti suaminya untuk tetap berada di jalan yang tepat.
"Mas, kamu selalu ingat, ya. Rumah tangga kita ini tidaklah mudah. Kalaupun nantinya kita sudah berhasil, jangan sekali-kali untuk berbuat yang aneh-aneh. Kalau kamu sampai lupa, bisa-bisa semuanya berantakan. Itulah ujian rumah tangga," ucap Tanti mengingatkan.
...***...
Jauh dari keluarga sudah biasa dijalani oleh Ari. Sebagai tukang bangunan yang mendapatkan pekerjaan di tempat yang berpindah-pindah. Terkadang satu atau dua bulan berada di lokasi A, seringkali pindah ke lokasi B. Tentunya membuat Ari bertemu dengan banyak orang.
Tidak sampai di situ saja. Selama berada di tempat baru, tentunya segala kebutuhan pribadinya itu akan dicukupi sendiri. Namun, tidak dengan makanan sehari-harinya. Setiap proyek yang dikerjakan tidak pernah sedikitpun menyediakan nasi box ataupun makanan yang disediakan oleh tempatnya bekerja. Dia terbiasa membelinya di warung kemudian sekaligus di makan di sana.
Tak heran jika banyak orang yang hapal mengenai dirinya. Sebagai tukang bangunan yang berhasil mendapatkan pundi-pundi rupiah yang lumayan besar membuatnya mulai sedikit nakal.
"Mas Ari, mau makan apa?" tanya Marlena, wanita yang menjaga warung sekaligus yang selalu melayani kebutuhan makanannya.
"Nasi pecel sama telur ceplok saja, Dek," jawab Ari.
"Mas Ari ini bagaimana, sih? Bayaran tukang bangunan yang sukses seperti ini kok cuma makan telur. Mbok ya yang sedikit keren begitu. Maksud Lena, mungkin Mas Ari mau makan ayam goreng sebagai lauknya," ucap Marlena manja. Tentu saja ini dilakukan ketika sedang tidak ada orang. Alasan Marlena bermanja seperti itu jelas karena Ari sudah memberikan kesempatan untuk menjalin hubungan lebih dari sekadar penjual dan pelanggan.
"Ya sudah, berikan makanan yang paling enak di warung ini. Bayarnya nanti kalau Mas gajian, bagaimana?" balas Ari.
"Tidak masalah, Mas. Dobel, ya?" pinta Marlena manja.
"Iya, tapi kalau ada orang lain jangan manja seperti ini. Aku malu," ucap Ari. Sejujurnya ketika bertemu dengan Marlena pertama kali membuat Ari merasa kembali muda. Wanita itu selalu bisa menyenangkan hatinya ketika gundah gulana menerpa. Dia yang selalu menjadi tempat curhat ketika suasana hatinya sedang tidak baik.
Bermula dari curhat sesaat, keduanya merasa nyaman. Ari yang notabene merasa nyaman dengan Marlena mencoba membuat wanita itu tertarik juga padanya. Saat itu Marlena sempat takut kalau Ari hanya mempermainkan perasaannya. Ketika tahu bahwa Ari sangat royal kepadanya, menjadikan kesempatan bagus untuk Marlena. Walaupun dia juga tahu kalau Ari sudah memiliki istri dan anak.
"Mas, apa kamu yakin kalau kita menjalin hubungan seperti ini?" tanya Marlena kala itu.
"Dek Marlena tak perlu khawatir. Aku butuh Dek Marlena yang selalu bisa mengerti aku. Dek Marlena juga sudah menyiapkan makananku sehari-hari sesuai apa yang kuinginkan. Apa Dek Marlena tidak mau kalau menjalin hubungan denganku? Ya, walaupun menjadi yang kedua. Tetapi, di sini Dek Marlena sebagai yang utama. Kan aku juga jauh dari anak dan istriku," balas Ari meyakinkan.
Marlena pun mengangguk setuju. Namun, dia juga mengajukan satu hal yang membuat Ari juga menyanggupinya.
"Mas, Marlena tidak mau hanya sekadar kekasih saja, loh. Apa kata dunia kalau sampai kita ketahuan nganu tanpa ikatan pernikahan? Janji ya, nanti Mas Ari bakalan menikahiku? Tidak masalah kalau Marlena menjadi yang kedua. Kalau Mas tidak berani meminta izin sama Mbak Tanti, aku yang akan maju. Pernikahan tanpa restu istri pertama rasanya kurang sreg, Mas," jelas Marlena.
Ya, bisa dikatakan kalau Ari sudah berani nekad bermain hati. Nyatanya apa yang dimiliki saat ini tidak membuat dirinya tersadar bahwa apa yang dilakukannya salah. Saat ini, Ari mencoba menutupi perselingkuhannya dengan Marlena sampai saatnya tepat. Ari tidak menyadari bahwa dengan bermain api seperti ini, maka sebentar lagi akan membakar hubungan rumah tangganya dengan Tanti, istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Anisyah S
keren kak
2022-08-14
0
Bunda Alza
jauh dari istri jadi main api eh hati
2022-08-14
0
Mayya_zha
ari mulai nakal.
2022-08-14
0