Jalan

Ya, di sinilah Ara berada. Di tengah lapangan yang sangat panas, Ara harus menyelesaikan hukumannya. Hukuman karena tadi dia telat memasuki gerbang. Lari 10 keliling itu menurut Ara tidak berperikemanusiaan! Ingin rasanya memaki mereka satu persatu, namun sebagai junior dia hanya bisa pasrah dan berharap kalau ospek ini segera berakhir.

Oke sebentar lagi hukuman Ara selesai, karena dia sudah berlari sembilan keliling. Dia tidak menyangka kalau dia bisa menyelesaikan hukumannya yang tidak epik itu.

"Oke bentar lagi selesai, Ra. Lo pasti bisa," katanya optimis sambil terus berlari.

Hingga setelah selesai Ara langsung duduk di pinggir lapangan dengan meluruskan kakinya. Rasanya kakinya ini tidak berpijak pada bumi lagi. Lemas, adalah satu kata yang bisa dia gambarkan saat ini. Bisa-bisanya mereka melakukan itu padanya, Ara berjanji akan mengenang hari ini dalam sejarah hidupnya.

"Nih," seseorang memberi Ara sebotol minuman dingin.

"Karena gue cape, gue ambil ya. Thanks," ucap sambil mengambil sebotol minuman dari tangan Dewa.

Ara meminum minumannya, rasanya segar sekali. Karena cuaca memang sangat panas hari ini, keringat pun membasahi tubuhnya. Ah sungguh tidak enak, bisa kah dia berendam di kolam sekarang? Dia melirik Dewa sebentar, dari tadi Dewa nampak memperhatikannya terus dan jujur itu membuatnya risih.

"Ngapain sih, Kak lo liatin gue terus? Makasih minumnya. Gue mau langsung ke kelas!" Ara beranjak sambil berlalu meninggal Dewa.

Ara berjalan ke arah kelas, namun sudah tidak ada siapa-siapa di sana. Dia bingung, semua orang tidak ada di sana, sekarang dia harus kemana?

"Loh, kok pada gak ada. Tas-nya juga pada gak ada. Yah kok gue di tinggal. Bundaaaaa," rengeknya gemas.

"Hari ini cuma pemberitahuan buat camping besok," kata seseorang di belakang Ara yang tak lain adalah Dewa.

"Yah, terus besok bawa apa aja? Terus besok berangkat jam berapa? Yahhh gue ketinggalan info," cerocos Ara.

"Nih," katanya sambil memberikan selembar kertas yang berisikan jadwal dan perlengkapan yang harus dibawa.

"Oh, yaudah makasih, Kak," ucap Ara sambil mengambil tasnya dan bergegas pulang.

"Eh, mau kemana?"

"Mau pulang," jawab Ara polos.

"Itu gua print buat lu. Sebagai ucapan terima kasih lu harus ikut gua," katanya sambil menarik pergelangan tangan Ara paksa.

"Lah, mau kemana? Yaaakkkk!!! Gue gak mau ikut lo, Kak. Kita mau kemana?"

"Jalan," jawabnya datar.

"Lagian, Kak gue mau beli perlengkapan ini. Gue gak bisa ikut lo," kata Ara sambil menunjuk kertas yang dipegangnya.

"Ya sekalian beli," ucap Dewa santai sambil terus menarik tangan Ara.

Ara pun melepaskan pegangannya. Dia menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar. Dia langsung menatap manik mata Dewa tajam.

"Gue gak mau," tegasnya.

"Lu gak butuh kertas itu? Sini balikin," ancam Dewa.

"Ya gak bisa," kataku.

"Yaudah sebagai gantinya lu ikut gua."

"Ya tapi-"

"Lu ikut gua atau lu balikin kertas itu ke gua? Lu inget aturan 'kan? Camaba yang dihukum tidak akan mendapatkan informasi terkecuali mentor yang memberikan izin," ucapnya.

'Mampus gue. Iya juga, kalau gue gak ikut dia gimana gue besok? Bisa jadi santapan macan-macan garang gue.'

"I-iya deh, gue ikut sama lo." Dengan berat hati Ara pun mengiyakan ajakan Dewa. Meskipun sekarang dia sangat kesal kepada pria itu.

"Good girl," katanya menarik tangan Ara lagi.

Mereka berjalan di lorong kampus dan berhenti di ruang BEM. Situasi apa lagi ini?

"Kok kita kesini?"

"Gua ada rapat BEM dulu," jawab Dewa.

Bisa bisanya Dewa menyuruh Ara menunggu. Menunggu loading game saja Ara langsung menghapus instalan nya karena kesal. Tiba-tiba datang dua orang pria yang cengegesan.

"Mangsa baru, Dew?" tanya pria itu.

"Bacot!"

"Elah, sama sahabat sendiri main rahasia rahasiaan," sahut pria yang satu lagi.

"Kalau udah jadi gua pasti kasih tau," ucap Dewa santai.

"Btw gue Raka," katanya.

"Gue Adit, kita sahabatnya Dewa," katanya sambil mengulurkan tangan pada Ara.

"Ara." Ara hanya membalas singkat tanpa tertarik dengan percakapan mereka yang menurutnya amat tidak jelas.

"Hati-hati sama Dewa, Ra. Dia ganas," peringat Raka.

Ara hanya diam, karena Ara tak mengerti apa yang mereka bicarakan.

"Lu tunggu di sini, gua rapat panitia sebentar," perintah Dewa.

"Hm," balas Ara kesal.

Mereka memasuki ruangan, sementara Ara duduk di luar. Sungguh, Ara sangat kesal sekarang, kenapa Dewa begitu seenaknya. Anehnya dia selalu membuat pernyataan mutlak yang tidak bisa diganggu gugat.

"Kenapa harus gue sih yang bernasib sial, gue cuma pingin hidup bahagia di kampus ini, malah ketemu senior rese kaya dia," gerutunya.

Tiga puluh menit pun berlalu, Dewa keluar dan menghapiri Ara yang terlihat seperti orang gabut. Ara sedang bermain plant vs Zombie, menggemaskan menurut Dewa.

"Lama ya?" tanya Dewa.

"Lo pikir aja sendiri," kata Ara kesal.

"Ya maaf, yuk," ucapnya sambil menarik tangan Ara untuk mengikutinya.

"Bentar," tahan Ara sambil berhenti sejenak.

"Kenapa?"

"Gue mau ke toilet, gak mungkin gue pergi pake diikat pita sama sepatu warna-warni gini."

"Yaudah sana."

Ara menuju toilet dan mengganti sepatunya menjadi sepatu converse putih kesukaannya yang selalu dia bawa untuk ganti sebelum pulang. Tak lupa Ara menggerai rambutnya dan memoleskan sedikit lipbalm agar tak kelihatan pucat. Kemudian Ara kembali menemui Dewa yang menunggunya di luar.

"Ayok," ajak Ara.

"Ara, ini beneran lu?" Tanya Dewa dengan wajah flat.

"Lah, siapa lagi? Setan, ya lo pikir aja. Ayok ah lama. Gue mau pulang," ajak Ara.

Dia kembali menarik pergelangan tangan Ara seolah tidak akan membiarkan Ara lari kemana-mana.

"Lu tambah cantik kalau digerai," ucap Dewa pelan.

Ara hanya terdiam dan tak tau harus membalas apa. Gombalan buaya seperti itu sering dia dapatkan dan membuatnya merasa malas. Sesampainya di parkiran, Ara pun menaiki motor Dewa.

"Ra, tangan lu jangan di pundak gua. Gua bukan mas-mas ojek," protesnya.

"Ya terus gimana?" tanya Ara bingung.

"Di sini nih, lu pegangan kesini aja," katanya sambil mengalungkan tangan Ara ke pinggangnya.

"Lah, gak-gak. Gini aja," tolaknya sambil memindahkan tas ke depan dan memeluknya.

"Awas lu jatoh," katanya.

"Gak akan."

...~ • ~...

Setelah selesai membeli perlengkapan, mereka menuju cafe. Tempatnya cukup enak, karena desainnya yang begitu menarik dan suasana yang tak begitu ramai. Ara memesan sebuah hot chocolate dan Dewa memesan Matcha late. Apa yang istimewa dari sebuah Matcha late? Sepertinya pria yang di hadapannya ini sangat menyukai minuman itu. Bagi Ara rasanya seperti rumput, dia tidak menyukainya.

"Apa yang istimewa sih dari Matcha? menurut gue itu biasa aja." Karena penasaran, terpaksa Ara melontarkan pernyataan itu.

"Matcha itu menenangkan, rasa dan teksturnya lembut. Siapapun yang lagi marah atau penat, kalau minum ini bisa melembutkan suasana hatinya," jawabnya santai.

"Coklat juga, bahkan coklat lebih enak. Coklat itu manis, makanya coklat dijadikan lambang cinta," kata Ara tak mau kalah.

"Lu tau matcha? Dia juga melambangkan cinta. Cinta yang lembut dari teksturnya, damai dari warnanya. Matcha itu tumbuh di daerah pegunungan yang pasti sejuk dan matcha itu fleksibel bisa dijadiin apa aja."

"Ya-ya-ya. Pandangan setiap orang berbeda-beda."

"Ya."

"Btw lo dendam ya, Kak sama gue?" tanya Ara.

"Nggak," jawabnya singkat.

"Terus kenapa lo kayaknya ngincar gue, gue berasa mangsa yang bakalan lo habisin tau gak. Lo maksa gue buat ikut lo ke sini, terus kalau gak dendam apa?"

"Ya suka-suka gua dong, kan udah gua bilang. Karena lu itu matcha dan gua suka matcha."

"Hah maksudnya gimana sih, lo belibet kalau ngomong," kesal Ara yang tak paham maksud omongannya itu.

"Ya cari aja jawabannya sendiri," katanya tak acuh.

Terkadang Ara heran pada pria yang ada di hadapannya sekarang. Terkadang manis, jutek, cuek, kalem, nyebelin dan sekarang sok misterius. Ara sungguh tak paham padanya. Yang jelas Ara saat ini sangat kesal padanya dan Ara harus kuat, karena tinggal beberapa hari lagi ini semua akan berakhir.

'Ya Tuhan, mengapa engkau mempertemukan hamba dengan manusia yang seperti ini. Ampuni dosa hamba, jangan kau beri hukuman seperti ini.'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!