Curug Layung Camp

Curug Layung Camp, tempat camping yang cukup terkenal di kota Bandung. Mereka tak perlu susah payah untuk menaiki tanah yang licin, karena di sini sudah disediakan jalanan dari bebatuan yang aman untuk dilewati. Mereka berhenti di puncak yang merupakan wilayah terluas di tempat ini. Dan saat ini pun sedang ada pembagian tenda oleh senior.

"Zelda bakalan absen teman se-tenda kalian, semuanya diacak dan satu tenda berisikan 4 orang. Agar kalian bisa saling berkenalan satu sama lain," kata Alex.

"Yang sudah tersebut namanya bisa langsung membangun tenda masing-masing," lanjut Riska.

"Siap," jawab mereka serentak.

Zelda pun mulai mendikte nama-nama mereka. Namun sudah beberapa lama nama Ara tidak disebut juga, hingga tersisa kelompok terakhir dan namanya pun tak tersebut juga.

"Kak, saya belum dapat teman se-tenda," ucapnya menghampiri Zelda.

"Dewaaaaaa! Lo gimana sih bagi anak tendanya. Katanya udah cukup 4 orang, tapi ini belum ada yang kebagian," teriak Zelda memarahi Dewa.

"Ya udah sendiri aja kok repot, tenda masih sisa satu 'kan?" ucapnya enteng.

"Yaudah, ini tenda kamu. Cepat dirikan," perintahnya.

'Hah? Di tenda sendirian? Ngediriin tenda juga sendirian? Gak salah?'

"Sendiri, Kak?" tanya Ara Ragu.

"Ya iya, karena satu tenda gak mungkin 5 orang, kasian sempit. Lagian ada puluhan tenda, gak takut kali. Jangan manja!" ketus Zelda.

Ara menghembuskan napasnya perlahan. Kenapa selalu Ara yang terkena sial di sini. Ara mencari tempat yang kosong untuk mendirikan tendanya. Ya benar, tempat ini penuh penduduk jadi untuk apa dia merasa takut?

"Di situ," kata Dewa menunjukkan tempatnya.

Oke, Ara hanya bisa menurut kepada mentor nya ini. Karena dia, Ara harus memasang tenda sendirian.

Ara mulai memasang tendanya. Namun nyatanya susah, tenda ini terlalu besar untuk dipasang sendirian. Ara bingung harus meminta bantuan kepada siapa, karena teman-temannya juga sibuk mendirikan tenda mereka masing-masing. Benar-benar hari yang sial. Ara ingin melarikan diri dari sini.

"Ya ampun, gimana caranya gue masang tenda? Besar banget ini," gumamnya perlahan.

Sebuah suara tiba-tiba mengagetkannya, pria itu mengambil tenda dan beberapa patoknya. Lelaki menyebalkan itu, Ara kesal tapi dia membutuhkan bantuannya.

"Sini gua bantu," kata Dewa.

Ara hanya terdiam melihatnya, dia sedang malas bicara dengan orang yang ada di hadapannya ini.

"Pegang ini," katanya sambil memberikan patok untuk tenda pada Ara.

Ara hanya bertugas untuk memegang patok dan Dewa yang memasang tendanya. Ya lumayan lah Ara tak perlu bersusah payah untuk memasang tenda ini.

"Selesai," ucap Dewa.

"Makasih, Kak." Ara mengambil Tasnya dan membuka sleting tendanya.

"Yo," balasnya sambil pergi untuk ke tenda panitia.

Ara memasuki tendanya, ya besar dan Ara hanya sendirian. Maudy mana ya? Ara mencari keberadaannya, tapi sepertinya dia juga sedang sibuk dengan urusan di tendanya. Mereka pun di berikan waktu satu jam untuk beristirahat di tenda, Semua peserta tidak diperbolehkan membawa makanan apapun dari rumah kecuali cemilan ringan. Bahkan roti dan susu pun tidak diperbolehkan, karena panitia yang akan menyiapkannya. Ara tak tau akan makan apa sekarang, jika makanan yang seniornya buat tidak cocok dengan seleranya tentunya Ara tidak akan memakannya karena dia adalah type yang pemilih. Sebenarnya perutnya ini sudah berontak untuk diisi makanan, tapi ternyata ini bukan waktunya jam makan siang.

Daripada bosan lebih baik Ara membersihkan wajahnya. Menggunakan pelembab dan bedak tipis, tak lupa memoles bibirnya agar terlihat tidak pucat. Ara memilih untuk mengikat rambutnya karena di sini sangat panas ditambah dia sedang berada di dalam tenda, rasanya kulitnya bisa terbakar jika tadi dia tak menggunakan sunscreen.

Setelah satu jam, para camaba dikumpulkan di lapangan sekitar tenda untuk makan siang. Mereka membentuk lingkaran dan di sebelahku untung saja ada Maudy. Di tengah sudah ada Mie satu ember yang disediakan panitia untuk mereka makan.

"Dy, itu apa? Kok makannya gitu amat," bisik Arq.

"Gatau, kok gue jadi gak selera makan gini, ya," balas Maudy.

"Sama."

'Yaampun ini kaya LDKS aja. Kok makannya kaya gini. Gue harus gimana, gue gak bisa makan kaya gini. Mati aja gue kena marah senior.'

Panitia pun menyuruh semua peserta untuk memulai makan, namun Ara tak ikut memakannya. Hingga Ara mendapat teguran dari seniornya.

"Matcha! Sini lo!" panggil Dinda pada Ara.

"Iya, Kak," ucapnya sambil menghampiri Dinda.

"Kenapa lo gak ikut makan? Jijik? Gak suka? Dasar manja," kesalnya pada Ara.

"Sa-saya—"

"Cepet makan atau lo gue hukum," ancamnya.

"Sa-ya dihukum aja deh, Kak. Gapapa. Saya gak mau makan," ucapnya yakin.

"Oh gitu, oke push up 100 kali," ucap Dinda enteng. Semua senior melihat ke arah Ara dengan tatapan mematikan.

"100 kali, Kak?" tanya Ara membulatkan matanya tak percaya.

"Iya 100 kali, kenapa? Mau protes lagi?" katanya sewot.

"Eng-nggak, Kak," kata Ara tak mau membantahnya lagi.

'Mampus 100 kali? Bisa mati gue.'

Tapi apa boleh buat. Ara lebih baik terkena hukuman daripada aku harus memakan makanan itu. Ara sama sekali tak bisa memakannya, melihatnya saja sudah membuatnya mual. Bukan berarti dia jijik, tapi memang Ara tak bisa memakannya. Baru 20 kali melakukannya tiba-tiba Dewa menghampiri Ara yang sedang terkena hukuman.

"Udah, Din. Biar gua aja yang hukum dia. Biar kapok," ucap Dewa.

Ara terkejut dengan apa yang Dewa katakan. Dia kan dendam padanya bagaimana jika hukuman yang dia berikan lebih parah dari ini.

'Oh god semoga engkau memberi keselamatan untukku di hari ini.'

"Ya terserah lah, gue urus yang lain," kata Dinda tak peduli.

Dewa menarik lengan Ara dan Ara pun mengikutinya saja dengan pasrah. Hingga mereka berdua sampai di sebuah tempat yang lumayan jauh dari tempat kemah. Tempatnya indah, karena di sini mereka bisa melihat kota dari puncak. Namun, hukuman yang akan dia berikan membuyarkan pikiran Ara tentang tempat ini dan kembali merasa ketakutan.

"Lo mau hukum gue apa, Kak?" tanya Ara perlahan.

"Lu nekad banget sih, pake push up 100 kali," katanya dengan nada marah kepada Ara.

"Gue gak mau makan itu, gue gak bisa."

"Ya tapi jangan kaya gitu juga, bisa mati lu," kesal Dewa.

"Ya karena gak ada pilihan lain, gue gak bisa makan itu demi apapun," kekeh Ara.

"Jangan kaya gitu lagi, inget!" tegasnya.

'Dia kenapa, sih kok aneh gini. Gue ini yang push up, kok dia yang ketar-ketir. Marah pula.'

"Ya udah sekarang lo mau hukum gue apaan, Kak. Gue siap," kata Ara melembut.

"Lu duduk," perintahnya menyuruh Ara duduk di bangku yang ada di sana. Ara pun hanya mengikutinya, takut jika dia membantah bisa jadi akan disuruh lompat ke bawah bukit.

"Lu harus makan, nih." Dewa memberikan sebuah roti coklat dan susu kotak pada Ara.

Ara hanya melihatnya tak percaya. Kenapa dia malah diberi makanan?

"Ini ambil," perintahnya lagi.

"Terus hukumannya apa?" tanya Ara.

"Lu harus makan roti itu sampe habis, itu hukuman lu, cepet makan."

Ara mengikuti perintahnya saja, jujur perlakuannya membuat Ara sedikit melting. Tapi Ara menyembunyikannya. Gak munafik kok, mana ada perempuan yang gak melting kalau diperlakukan seperti ini oleh seorang pria.

"Kok lo baik sama gue, Kak hari ini?" tanyaku heran.

"Ya karena gua mentor lu. Kalau gua gak bantu lu masang tenda mungkin tenda lu gak akan jadi dan gua kena tegur. Kalau lu sakit gara gara push up dan gak makan nanti gua juga yang repot," ucapnya.

"Iya juga sih, buat semuanya makasih ya, Kak," kata Ara tulus.

"No problem." Dewa membalasnya sambil tersenyum tipis.

"Inget, lu gak boleh kaya gitu lagi," lanjutnya.

"Terus kalau nanti makan malam, gue harus kaya gimana?" tanya Ara sambil memakan roti dan meminum susunya.

"Urusan gua, lu ikut aja apa kata mentor lu ini."

Ara pun hanya menganggukkan kepalanya pelan. Semoga saja dia menepati janjinya untuk membantu Ara kabur dari makan malam nanti.

"Kalau gua nanti bersikap cuek sama lu di depan yang lainnya, maaf ya. Itu cuma tuntutan doang."

"Ya gapapa," ucap Ara santai sambil melanjutkan memakan roti dan meminum susu kotak coklat yang diberikan Dewa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!