Matcha

Kini Ara sudah berada di depan seniornya yang sangat galak ini. Dia ingin rasanya membalas tatapan keji itu tapi dia masih sadar diri kalau statusnya adalah calon mahasiswa baru.

"Mentor lo siapa?" tanya Kak Zelda.

'Tuh kan bahas mentor. Pasti ini gue mau dikecam, ya Allah tolongin,'

"Kk-Kak Dewa, Kak," jawab Ara.

"Pasukan lo, Dew?" tanya senior lainnya yang Ara ketahui dari nametagnya bernama Riska.

Dia hanya mengangguk pelan.

"Tsabita Keona Arabella, kebagusan. Gue ganti nama lo jadi ... Matcha," kata Riska.

Lalu dia membalikkan nametag Ara dan menuliskan kata "Matcha" di karton Ara.

"Sana duduk lagi!" Perintahnya.

Ya syukurlah ternyata hanya pengubahan nama dan lagi namanya tidak terlalu buruk dibandingkan dengan Maudy yang kini diubah namanya menjadi monyet goa.

Setelah itu, mereka berkeliling untuk mengganti nama junior mereka satu persatu. Menurut Ara ini sama sekali kurang kerjaan. Mereka repot-repot berkeliling demi menamai calon mahasiswa baru satu persatu. Untuk apa? Ya mungkin untuk kepuasan mereka tersendiri.

Setelah itu calon mahasiswa baru disuruh untuk masuk ke dalam kelas untuk perkenalan bersama para mentor masing-masing. Ara hanya bisa terdiam saja ketika Dewa memasuki kelas dengan gayanya yang Sok cool.

"Selamat siang, seperti yang kalian tau. Nama gua Dewa Arkan Bagaskara. Kalian bisa panggil gua Dewa. Kalau kalian ada pertanyaan selama ospek, kalian bisa tanya ke nomor gua," katanya sambil mencatat nomor ponselnya di papan tulis.

Yang lain mulai sibuk mencatat nomornya. Apa lagi para wanita, yang sepertinya sangat antusias mencatat nomornya, terkecuali Ara. Dia menatap Ara tajam, Dewa heran mengapa Ara tak mengeluarkan bukunya untuk menulis nomornya. Setelah itu mereka disuruh untuk maju memperkenalkan diri masing-masing. Hingga tiba giliran Ara.

"Kamu, Matcha. Maju ke depan," perintah Dewa.

Ara pun bangkit dari kursinya dan hendak berjalan ke depan.

"Bawa bukunya juga," ucapnya lagi.

Hingga Ara sudah berada di depan kelas saat ini.

"Kenalin diri kamu," perintahnya lagi.

"Nama saya Tsabita Keona Arabella , kalian bisa panggil saya Ara atau apapun. Asal sekolah dari SMA Nusa Bangsa." Ara tersenyum sambil memperkenalkan diri.

"Umur?" tanya Dewa.

"17 tahun."

"Tempat, tanggal, lahir?"

"Bandung, 12 Desember 2002," jawab Ara lagi.

"Alamat?"

'Kok dia nanya terus, sih. Perasaan tadi yang lain nggak deh. Kayaknya dia mau balas dendam ke gue. Kok gue kesel ya liat muka senior ini. Kalau bisa udah gue jambak itu orang sekarang juga.'

"Bukit Cempaka Mekar, Block A."

"Nomor rumah?" tanyanya lagi.

'Kok jadi berasa interview ya. Nyebelin banget sih dia.'

"12," singkatnya.

"Id line?"

"Saya lupa, terima kasih, Kak. Saya sudah menjawab semua pertanyaan Kakak," kata Ara yang kesal sambil bergegas kembali ke bangkunya.

"Eh bentar, sini bukunya," perintah Dewa yang lagi lagi membuat Ara naik darah.

Ara pun kembali untuk menyerahkan bukunya yang tak tau akan diapakan. Kenapa seniornya yang satu ini sangat menyebalkan dan membuatnya ingin mencabik-cabik seniornya hingga puas.

"Ini, Kak," kata Ara dengan masih berusaha tersenyum meskipun amat terlihat keterpaksaannya.

Dewa menulis di buku Ara. Dan Ara hanya mengamati kelakuan Dewa yang tak dia pahami.

"Di sini saya tulis, nomor, id line, pin bbm. Karena kamu matcha dan saya suka matcha," ucapnya pelan.

'Terus, kalau lo suka matcha gue harus ngapain, harus koprol?'

"Makasih," ucap Ara dengan penuh penekanan dan kembali ke kursinya.

"Maksud dia apa coba nulis sosmed dia di buku gue? Menyebalkan. Bahkan menurut gue lebih baik menyimak dengan jelas, daripada harus menelfon atau chatt ke orang jelek itu." gerutunya pelan, amat pelan.

Ara melihat ada kertas di hadapannya. Ternyata absen keliling dan gawatnya di sana harus mencantumkan semua sosial media yang dia punya. Dengan terpaksa Ara menulisnya di sana. Jika tidak, mungkin Ara akan terkena hukuman.

"Mungkin cukup segini aja pertemuan kita, jangan lupa besok masuk jam 7 tepat tanpa alasan. Jangan lupa barang bawaan dan kalau ada yang mau di tanyain bisa telfon aja," katanya.

Semua langsung menuju pintu keluar, tak terkecuali Ara, Dia sibuk memainkan ponsel untuk membuka Novel Online.

"Kenapa belum pulang?" tanya seseorang.

"Lagi baca novel, eh- Lo?" kata Ara kaget, ya itu Dewa.

"Pulang, udah sore," perintahnya.

"Emang ada aturan, Kak? Gak boleh di sini sampe sore?"

"Gua mentor loh, pulang sana," katanya.

"Ihh! Nyebelin tau gak!" Ara kesal sambil berlalu meninggalkan Dewa yang kini tersenyum melihat tingkah gadis itu.

Ara segera menelfon Rendy. Semoga saja dia bisa pulang bersama Ara hari ini. Karena jujur saja Ara takut naik angkutan umum sendirian. Apalagi ini sudah sore.

"Halo, Ren lo di mana? Pulang bareng, ya?"

"Lah, gue udah balik. Gue kira lo dijemput," katanya.

"Bah, yaudah gue balik sendiri, bye."

Sudah setengah jam Ara menunggu angkutan umum di sini. Tapi tak ada satu pun yang lewat. Apa karena sudah sore? Ah entahlah. Tiba-tiba sebuah ninja hitam berhenti di depan Ara.

"Naik," katanya.

"Nggak, gue bisa naik angkot," ketus Ara.

"Percuma lu nunggu jam segini udah gak ada," kata Dewa.

"Kayaknya lo salah, deh. Itu ada, bye!" ledek sambil memasuki angkot.

... ~ • ~...

Setelah selesai mandi, Ara kembali ke kamarnya. Rasanya hari ini lelah sekali, ditambah rasa kesalnya kepada Dewa Arkan Bagaskara itu. Entahlah, membayangkan dia saja rasanya Ara sudah kesal sekali. Apalagi memikirkan orang tuanya yang sekarang entah ada di mana mereka.

Daripada bosan, Ara memilih untuk membaca novel. Hingga tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tiba-tiba notif ponselnya berbunyi. dilihatnya notif dan itu ternyata notif line penambahan teman.

Dewa!

...Chatting line....

...Dewa arkan....

Dewa Arkan : Ara.

^^^Tsabita Arabella : Ngapain lo chatt gue, tau darimana?^^^

Dewa Arkan : Gak penting, yang penting sekarang gua chatt lu.

^^^Tsabita Ara : Ya terus kalau lo chatt gue, gue harus apa?^^^

Dewa Arkan : Harusnya lu seneng lah, jarang gua chatt cewek.

^^^Tsabita Arabella : Terus kalau lo jarang chat cewek dan sekarang chatt gue, gue harus seneng? Dih males.^^^

Dewa Arkan : Lu sensi amat sama gua.

^^^Tsabita Arabella : Karena lo nyebelin dan gue gak suka orang yang nyebelin kaya lo, Kak Dewa Arkan bagaskara yang terhormat!^^^

Dewa Arkan : buat besok gak akan ada yang ditanyain gitu?

^^^Tsabita Arabella : Gada, udah jelas.^^^

Dewa Arkan : Kalau mau nanya gak usah gengsi. Temen lu banyak kok yang chat gua.

^^^Tsabita Arabella : Dih, kok maksa. Dibilang udah jelas kok. Udah deh ah gue mau tidur. Bye!^^^

Dewa Arkan : Nite.

Ara langsung mematikan ponselnya. Kenapa dia selalu diganggu oleh Dewa. Dia berpikir seharusnya dia tidak bertemu Dewa malam itu, seharusnya dia tidak kabur waktu itu dan seharusnya dia tidak nerima bundanya yang meminta dia untuk kuliah di kampus itu. Dewa Arkan kini sudah masuk ke dalam list musuhnya.

"Tau darimana sih dia id line gue, gak penting juga dia chatt," gerutu Ara.

Hari ini hari paling sial untuk Ara. Harus mengikuti ospek dan di mentori oleh seorang Dewa Arkan Bagaskara yang menurutnya dia itu sangat menyebalkan dan selalu membuat Ara kesal. Ya Tuhan, cobaan apalagi ini. Daripada Ara terus berkutat pada pikiran ini, lebih baik Dia tidur sekarang.

Terpopuler

Comments

golddiamond

golddiamond

hi Thor semangat ya..Aku mampir

2022-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!