Dengan menyeret satu kakinya yang terluka seorang gadis berlari semampu yang ia bisa di trotoar jalan. Penampilan nya bak orang gila, rambutnya berantakan, wajahnya pucat dengan lebam di sudut bibir, pipinya membiru akibat pukulan. Bajunya terlihat kotor dan robek di beberapa sisi, ia tidak memakai sandal atau sepatu membuat kedua kakinya lecet akibat gesekan aspal.
Gadis itu terus berlari sambil memeluk dirinya sendiri, rintihan tangis di malam hari tidak di perdulikan oleh siapapun, bahkan mobil dan motor yang berlalu lalang tidak ada yang berhenti untuk membantu gadis itu.
Mungkin karena penampilannya yang membuat para pengguna jalan takut jika membantu gadis itu ia akan mengamuk di dalam mobil.
Jantungnya berdebar tak karuan, ia gemetar ketakutan dengan sesekali menoleh ke belakang. "Papah ..." lirihnya dengan air mata yang terus mengalir.
Lelah dan rasa sakit yang ia rasakan berusaha ia tahan. Sesekali ia berteriak dengan suara seraknya yang tenggelam habis.
"Tolong ..."
"Tolongggg ..."
Entah berapa kali ia berteriak, entah kemana rasa kemanusiaan orang-orang sampai tidak ada yang membantunya sama sekali. Karena sekarang sudah pukul satu malam, rawan jebakan yang aneh-aneh dari para begal, bisa jadi mereka tidak mau membantu gadis itu karena berpikir dia umpan dari para begal yang biasa keluar tengah malam.
"Dee ..." teriak seorang pria paruh baya.
"Papah ..." gadis itu menoleh ke belakang.
"Dee di sini ..."
Gadis itu mencari-cari arah suara yang tenggelam karena suara mobil yang berlalu-lalang. "Pah, papah dimana ..." Gadis yang bernama Diandra atau biasa dipanggil Dee itu merintih kala melihat sang Ayah diseberang jalan.
"Papah ..." lirihnya.
"Dee, diam di situ. Papah kesitu." Teriak Andra,sang Ayah.
Andra hendak menyebrang, ia celengak-celinguk menunggu mobil sedikit melambat.
"Papah ..." lirih Dee dengan tangis yang semakin keras.
"Papah ..." dia tidak niat berjalan, tapi pikirannya yang kalut dan rasa sakit di tubuhnya menyeret langkahnya sedikit demi sedikit seraya terisak.
"Dee diam di situ!" teriak Andra keras.
"DEE!!"
Andra semakin berteriak keras dengan jantung yang memburu cepat, Diandra tidak mendengar teriakannya. Gadis itu malah terus merintih sambil berjalan ke tengah jalan.
Andra celengak-celinguk, mobil dan motor melaju cepat membuat pria paruh baya itu memundurkan langkahnya kembali ketika hendak menyebrang.
"Papah ..." lirih Dee dengan hati yang teramat sakit kala bayangan ia hendak di perk*sa dan di siksa beberapa pria itu muncul di benaknya.
"DEE DENGARKAN PAPAH. JANGAN MENYEBRANG!!"
"DIANDRA!!"
"Papah tolong ..." lirih Dee.
Andra tercengang kala melihat mobil melaju ke arah Diandra yang kini sudah sampai di tengah jalan.
"DIANDRA!!" Andre berlari tak memikirkan nyawanya lagi, ia berlari ke tengah mendorong tubuh Diandra.
"Aaaaaa ...."
Citttt.
Seorang perempuan berteriak setelah mengambil ponselnya yang terjatuh di dekat pegal gas. Ia menginjak rem semampu yang ia bisa.
Mobil berhenti, perempuan itu sempat terbentur stir mobilnya sendiri. Ia perlahan mendongak dengan nafas terengah-engah, seorang pria tertabrak mobilnya.
"Papah ..." teriak Dee yang juga tersungkur di aspal karena di dorong oleh Andra.
Andra memekik kesakitan, ia berusaha untuk bangun begitupula dengan Dee yang berusaha untuk berdiri karena luka di kakinya semakin bertambah. Lututnya terluka sekarang.
"Astaga ..." perempuan di dalam mobil keluar dan menghampiri Andra dengan tergesa-gesa.
"Maaf-maaf, saya tidak sengaja ..." Di leher perempuan itu ada kalung berbentuk huruf RL.
"Tidak apa-apa," lirih Andra.
Perempuan itu membantu Andra berdiri. Dee menoleh dan melebarkan matanya kala melihat truk melaju sangat cepat ke arah perempuan itu dan Ayahnya.
"PAPAH AWASSS ..." teriak Dee.
Perempuan itu dan Andra menoleh, di detik itu juga mobil tersebut menabrak semua yang ada di depannya.
"PAPAH ..." jerit Dee kala melihat dua orang terpental jauh karena tertabrak mobil.
Andra dan perempuan itu terpental lalu membentur aspal dengan keras.
"PAPAHHH!!!" Jerit Diandra dengan tangisan yang meledak seketika.
Kakinya yang terluka di paksa berjalan tertatih menghampiri Ayahnya. Rasa kemanusiaan orang-orang muncul seketika, kendaraan berhenti dan beberapa orang keluar dari kendaraan berlari membantu dua korban yang tergeletak di aspal.
Dengan darah yang mengalir dari kepalanya perempuan itu berusaha meraih kalung yang terlepas dari lehernya. Tangan nya gemetar hebat, kalung berbentuk huruf RL itu tak mampu ia raih karena setelah butiran air mata keluar dari ujung matanya, perempuan itu menutupkan matanya seketika. Ia meninggal di tempat.
"Papah ..." Diandra langsung memeluk Ayahnya, membaringkan kepala Andra di pahanya dengan menangis histeris.
"Dee ..." lirih Andra dengan suara gemetar. Tangan nya yang gemetar terangkat untuk menyentuh wajah putrinya.
"P-papah ... terlambat m-maaf ..." buliran air mata keluar. Andra menangis meratapi penyesalan di dalam dirinya karena merasa gagal menjaga putrinya.
"Papah jangan tinggalin De, Pah ..." lirih Diandra.
Suara ambulance dan polisi mulai terdengar, orang-orang hanya mengerumuni dua korban itu saja tanpa bisa melakukan apapun karena satu korban sudah meninggal.
"J-jaga diri baik-baik, Dee ... P-papah sayang Dee ..."
"Papah ..."
Dada Andra terangkat naik, terlihat ia kesulitan bernafas sampai sedetik kemudian dadanya turun dengan nyawa yang telah hilang. Jeritan Diandra membuat orang-orang merinding mendengarnya, merasa kasihan dengan gadis itu.
Diandra membuka matanya dengan nafas terengah-engah dan keringat dingin membasahi wajahnya. Setiap malam, mimpi itu selalu datang menganggu tidur Diandra.
Diandra menghela nafas panjang berusaha menetralisir ketakutannya akan mimpi tersebut.
Ia berusaha bangun dan duduk di ranjang. Diandra mengusap keringatnya dengan punggung tangan lalu melirik jam di dinding. Pukul dua pagi, masih sangat pagi untuk Diandra bangun dan bersiap-siap pergi ke kampus.
Matanya kemudian menoleh ke meja, ia hendak mengambil minum tapi tatapannya terhenti di foto pria yang tengah memeluk anak kecil dengan perempuan di sampingnya. Foto Andra, Novia dan Diandra.
Ia menatap sendu foto tersebut, tersenyum getir dengan perasaan rindu.
"Papah ..." lirihnya.
Suara ketukan pintu membuat Diandra menoleh.
"Masuk, Bunda ..." seru Diandra.
Pintu pun terbuka, Novia masuk dengan tersenyum menghampiri putrinya lalu duduk di sisi ranjang.
"Mimpi lagi?" tanya Novia sang Ibu sambil mengenggam tangan putrinya. Novia sudah tahu, setiap malam pasti putrinya akan terbangun jadi ia selalu memeriksa Diandra ke kamarnya.
Diandra mengangguk lemah.
"Papah udah tenang, Dee harus ikhlas."
"Tapi itu gara-gara Dee, bunda ..." lirih Diandra.
Novia menggeleng. "Tidak, Dee. Itu karena takdir, bukan salah Dee ..."
"Seandainya waktu itu Dee ---"
"Sudah, cukup. Lebih baik Dee tidur nanti kesiangan kuliahnya ... Bunda temenin ya?"
Diandra kembali mengangguk dengan lemah, Novia pun tidur di samping putrinya sambil memeluk Diandra.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Nurma sari Sari
menyimak
2022-09-09
0
lid
heleee otaku ko ngeleg baca bab ini thor🤣🤣🤣🤣
2022-08-05
4
Eci Rahmayati
wow bkl dpt duda ni s duandra
2022-07-28
1