...༻⊚༺...
"Apaan sih lo!" geram Lika, saat Zafran kian mendekat. Hingga akhirnya cewek itu tersudut ke dinding.
"Berani lo dekat-dekat, gue gampar muka lo ya!" ancam Lika sembari mengangkat salah satu tangannya.
Zafran tetap tidak menjawab. Ia justru mengabaikan ancaman Lika dan terus memasang tatapan serius.
Lama-kelamaan Lika mulai terancam. Dia merasa ada yang aneh dengan Zafran. Lika takut cowok itu akan mengamuk. Mengingat Zafran menguasai bela diri karate serta anggar.
Zafran berusaha keras untuk tidak tertawa. Dia memang sengaja mempermainkan Lika. Kebetulan Zafran terlampau kesal atas sikap gadis itu terakhir kali.
Setelah menemukan waktu yang pas, Zafran bersiap untuk beraksi.
"Duaaarrr!!!" pekik Zafran tiba-tiba. Teriakannya sukses membuat Lika kaget sampai berjengit.
"Bwahahaha..." puas mengerjai Lika, Zafran tertawa terpingkal-pingkal.
Lika yang melihat tentu dibuat emosi. Dia menggertakkan gigi. Lalu menginjak kaki Zafran. Selanjutnya, gadis itu cepat-cepat beranjak pergi.
"Apaan sih. Injakan lo nggak ada tenaganya sama sekali," ujar Zafran di sela-sela tawanya. Dia selalu puas ketika melihat Lika kalah telak.
Zafran meneruskan kegiatannya dengan menjalani remedial. Untung saja ada Hendra yang juga ikut. Dia salah satu teman dekat Zafran selain Galih dan Ervan.
Sudah berulang kali Zafran menghela nafas panjang. Kertas yang dipenuhi dengan soal Matematika membuatnya mengantuk. Zafran sudah tiga kali lebih menguap.
Berbeda dengan Hendra, dia terlihat sudah serius menjawab soal Matematika. Setidaknya cowok itu berusaha keras.
Waktu terus terlewat. Zafran belum sama sekali menjawab satu pun soal. Sesekali dia akan memeriksa arloji yang melingkar di pergelangan tangan.
"Hendra! Pssst!" panggil Zafran. Dia menunggu temannya itu memberikan jawaban.
Hendra otomatis menoleh. "Bentar lagi," sahutnya. Ia tentu paham maksud dari panggilan Zafran. Hendra bergegas menyelesaikan jawabannya. Kemudian segera memberikannya kepada Zafran.
"Jangan lupa traktirannya ya," ucap Hendra seraya menyodorkan kertas jawabannya.
"Itu gampang." Zafran langsung mengambil kertas jawaban milik Hendra. Tanpa pikir panjang, dia buru-buru menyalin jawaban tersebut.
"Sumpah, Zaf. Bukannya lo ikut banyak les ya? Kenapa masih belum bisa juga ngerjain soal beginian?" tukas Hendra sambil menopang kepala dengan satu tangan. Memandangi Zafran yang sibuk menyalin jawaban.
"Nggak usah banyak bacot deh. Lo kan tahu kapasitas otak gue sama pelajaran eksak kayak gimana? Belajar sedetik aja gue udah pusing," jawab Zafran.
"Makanya kalau punya les tuh dijalanin aja. Ini bolos mulu. Kalau bokap nyokap lo tahu gimana coba?"
"Udah... mereka nggak bakalan tahu," tanggap Zafran santai. Dia memang sering melewatkan jadwal les yang diberikan oleh ayah dan ibunya.
Tidak lama kemudian bel berbunyi. Menandakan kalau kesempatan untuk menjawab soal telah habis. Kebetulan juga Zafran baru selesai menyalin jawaban Hendra.
Tanpa rasa bersalah, Zafran mengumpulkan hasil jawabannya kepada Pak Surya. Gurunya itu baru saja masuk ke dalam kelas.
Usai melakukan remedial, Zafran dan kawan-kawan pergi ke kantin. Seperti biasa, mereka duduk sambil menikmati minuman.
Kedatangan Zafran selalu menjadi pusat perhatian para siswi. Tetapi dia hanya menampakkan raut wajah datar. Dirinya memesan makanan dan duduk ke meja yang kosong.
Helat satu buah meja, ada Lika dan dua temannya yang kebetulan sedang makan. Hanya Lika yang tidak peduli dengan kedatangan Zafran. Dia asyik membaca buku.
Lika tidak tahu, kalau Chika dan Nadia sebenarnya tertarik dengan Zafran. Mereka menutupi semua itu dari Lika.
Zafran duduk dalam keadaan satu kaki yang bertengger ke atas lutut. Dia memanggil salah satu siswa yang selalu bersedia di suruh-suruh. Sebagai orang yang menduduki kelas paling atas di sekolah, Zafran memanfaatkannya sebaik mungkin.
"Eh, Dono. Sini!" panggil Zafran. Panggilannya terhadap siswa sepantarannya itu membuat orang-orang tertawa.
"Anjir! Namanya bukan Dono, kampret!" kata Galih seraya tergelak lepas.
"Terserahlah siapa namanya," sahut Zafran tak acuh. Dia bangkit dari tempat duduk. Lalu merangkul siswa yang tadi dipanggilnya dengan sebutan Dono. Meskipun cukup sering bertemu dengan siswa itu, Zafran tidak pernah tahu namanya. Jika diberitahu pun dia akan lupa. Sebab pesuruh Zafran ada banyak.
"Nama gue Riswan, Zaf." Lelaki yang dirangkul Zafran memberitahukan namanya.
"Oh, oke. Belikan gue gorengan ya. Kalau lo juga mau, bisa beli buat lo sendiri. Nih uangnya." Zafran memberikan selembar uang seratus ribu kepada Riswan.
"Siap, Zaf." Riswan mengacungkan jempol. Kemudian segera bergerak untuk membelikan makanan yang di inginkan Zafran.
"Lo itu pembuli baik hati tahu nggak," komentar Ervan.
"Emang gue baik." Zafran menarik kerah bajunya dengan gaya arogan.
"Ah! Kesal gue lihat mukanya begitu. Jangan dipuji lagi dah," tanggap Galih. Bermaksud bercanda. Dia langsung mendapatkan dorongan di kepala dari Zafran.
Walau sering menyuruh orang lain untuk membelikan sesuatu, Zafran tetap berada dalam batasan. Jika dilihat secara selintas, dia memang tampak seperti pembuli. Padahal orang yang jadi pesuruhnya tersebut menikmati.
Sikap Zafran dalam mengelola uang sangat mirip dengan ayahnya. Dia tidak pelit. Zafran seringkali memilih orang yang tidak mampu untuk dijadikan pesuruh. Cowok itu juga tidak pernah menyakiti ke ranah fisik. Hal tersebut atas dasar didikan kedua orang tuanya sendiri.
Selagi menikmati gorengan yang baru saja diberikan Riswan, seorang siswa kelas tiga mendadak menjadi pusat perhatian.
Namanya Ari. Kemunculannya dibarengi dengan sorakan teman-temannya. Mereka mendukung Ari yang ingin memberikan sebatang cokelat kepada Lika.
"Nih buatmu, Lik. Kamu suka cokelat kan?" tanya Ari sembari menyodorkan cokelat yang dibawanya. Sekali lagi keberaniannya membuat semua orang bersorak. Aksi Ari sekarang menarik banyak pasang mata.
Lika menurunkan buku yang sedari tadi dibacanya. Dia mendengus kasar. Entah kenapa dalam setiap minggu ada saja cowok yang berusaha mendekatinya. Ada yang tidak menyerah dan ada yang langsung menyerah.
Salah satu cowok yang tidak pernah lelah mendekati Lika adalah Ari. Ini bukan pertama kalinya dia menyatakan ketertarikan kepada Lika.
"Kak Ari. Maaf ya... aku lagi diet." Lika menolak cokelat Ari dengan baik-baik. Dia terpaksa melakukannya karena tidak mau memberi harapan fana.
"Udah deh, Kak Ari. Cari cewek lain aja. Dia kayaknya berniat pengen menjomblo sampai jadi fosil tua!" Zafran tiba-tiba angkat suara. Ucapannya sukses membuat sebagian orang tertawa.
"Nggak usah ikut campur deh lo!" balas Lika sambil mengarahkan jari telunjuk ke arah Zafran.
Ari yang melihat segera menenangkan. Dia tentu tahu bagaimana hubungan sengit di antara Lika dan Zafran.
"Jangan diladeni, Lik. Aku tetap nggak akan nyerah kok." Ari menarik salah satu tangan Lika. Lalu meletakkan cokelatnya ke tangan cewek itu. "Nih, kamu bisa kasih cokelatnya ke adikmu atau siapapun," sambungnya. Kemudian pergi seraya menyempatkan diri untuk tersenyum.
Lika hanya menatap datar. Dia terpaksa menerima cokelat pemberian Ari. Matanya segera mendelik ke arah Zafran. Cowok itu mengacungkan jari tengah sambil terus tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Nacita
kalian tau lah dr siapa kurang pinternya zafran d dapat 🤣🤣🤣
2024-06-02
0
Fhans Rossi
aku suka dengan zafran biar pun dia nakal tapi tetap peduli sama orang yang punya.
2023-03-05
0
Minarni Juita
zafran sama ramanda aja Thor,
2022-09-03
0