...༻⊚༺...
Sama seperti Zafran, Lika juga dibuat kaget akan kehadiran cowok itu. Dia tidak mengira akan bertemu Zafran di cafe favoritnya.
Setelah saling menyadari satu sama lain, Lika dan Zafran segera membuang muka. Perasaan sebal dirasakan oleh keduanya.
Zafran dan Lika memilih bungkam. Sebagai musuh bebuyutan, mereka sama sekali tidak berminat bertegur sapa.
Es cappucino sudah jadi. Pelayan cafe yang bertugas segera menyerahkan minuman itu kepada salah satu pelanggannya.
Zafran lebih dulu mengambil. Namun ternyata, Lika tidak terima. Tangannya juga sudah meraih minuman yang disodorkan pelayan. Zafran dan Lika otomatis bertukar tatapan tajam.
"Gue yang duluan! Kenapa lo ngambil minuman gue?" timpal Zafran. Dia memperteguh minuman yang dipegangnya.
"Enak aja! Gue lebih dulu datang kali. Lagian lo kan cowok? Harusnya ngalah sama cewek dong!" balas Lika. Dia mencoba merebut minuman capuccino dari genggaman Zafran. Akan tetapi cowok itu tidak membiarkan.
"Pakai nyindir gender segala lagi lo! Kalau ceweknya elo, gue nggak akan pernah mau ngalah!" tukas Zafran. Ia mempererat pegangannya. Lalu menarik lebih kuat.
Lika berusaha bertahan. Dia bahkan sampai menggunakan dua tangan agar bisa mendapatkan yang dirinya inginkan.
"Dasar belagu!" Lika tetap bersikeras.
"Lo tuh yang belagu!" Zafran tak ingin kalah. Aksi tarik-menarik pun terjadi.
"Eh, Mbak, Mas... ini saya sudah buatkan lagi es capuccino-nya." Sementara Zafran dan Lika sibuk memperebutkan satu minuman, pelayan cafe sudah selesai membuatkan minuman kedua. Dia dan orang sekitar kebingungan menyaksikan pertengkaran Zafran dan Lika.
Perebutan semakin sengit. Baik Zafran maupun Lika, tidak ada yang bersedia mengalah. Keduanya justru saling memperkuat cengkeraman ke gelas dengan isi capuccino tersebut.
Lika menatap sebal Zafran. Atensinya terpaku ke arah seragam putih cowok itu. Kini niat jahat Lika muncul.
"Ya udah gue kalah. Nih ambil minumannya." Lika mendorong kuat minuman yang tadi dipertahankannya. Hingga minuman tersebut tumpah ke seragam Zafran.
"Saya ambil yang ini aja deh, Mas. Orang ini belagu banget. Ini uangnya, ambil aja kembaliannya." Tanpa rasa bersalah, Lika pergi begitu saja. Meninggalkan Zafran yang terpelongo menyaksikan seragamnya ditumpahi es capuccino.
"Awas aja lo ya!" pekik Zafran. Sebelum Lika benar-benar beranjak dengan mobil. Dia mengatup rapat mulutnya dengan penuh amarah. Ini sudah yang kedua kalinya Lika menumpahkan minuman ke pakaian Zafran.
"Ini, Mas. Saya sudah buatkan minuman untuk mengganti minuman yang tumpah." Pelayan cafe baik hati tersebut membuatkan es capuccino yang baru untuk Zafran.
"Makasih, Mas. Nih! Ambil aja kembaliannya." Zafran mengambil minuman baru yang dibuatkan pelayan cafe. Sama seperti Lika, dia juga meninggalkan uang seratus ribu.
"Anak-anak zaman sekarang pada kaya raya ya. Gini aja tiap hari," komentar sang pelayan cafe kepada rekannya.
...***...
Zafran pulang lebih cepat dari biasanya. Dia langsung melepas seragam putihnya. Hingga tampilannya sekarang hanya mengenakan kaos dalam berwarna putih.
Zafran duduk menghempas ke sofa. Ia segera bermain dengan gawai-nya. Dia juga sesekali menyedot es capuccino yang tadi sudah dibeli.
"Ya ampun, Zafran!" seru Zara, ibunya Zafran. Dia geram menyaksikan sang putra. Bagaimana tidak? Zafran membiarkan seragamnya tergeletak di lantai. Meletakkan tasnya asal ke sofa. Kemudian duduk sambil meletakkan kaki ke atas meja. Parahnya dia belum melepas sepatu ketsnya.
Zara menghampiri Zafran. Lalu menjewer telinga putranya tersebut. Ulahnya berhasil membuat Zafran mengaduh kesakitan.
"Aaa... sakit Bunda!" keluh Zafran. Dia bergegas menurunkan kaki dari atas meja.
"Cepat mandi sana! Baru boleh santai. Pakaian yang kotor bawa ke mesin cuci! Jangan berharap sama bantuan Bi Ely terus!" omel Zara sambil berkacak pinggang.
"Iya, iya..." Zafran menjawab malas. Dia berjalan gontai seolah membawa banyak beban di kedua kaki. Zara hanya geleng-geleng kepala melihatnya.
Setelah meletakkan pakaian kotor ke mesin cuci, Zafran kembali duduk ke sofa yang ada di teras belakang. Dia memainkan ponselnya lagi. Zafran hanya memeriksa status terbaru Ramanda.
Hati Zafran bertambah kalut, kala melihat foto terbaru Ramanda bersama Rian. Mereka tampak mesra dan bahagia.
"Itu Kak Ramanda ya?" suara halus seorang anak kecil terdengar dari belakang. Dia adalah adik Zafran yang sering dipanggil dengan nama Revita.
Zafran langsung menyembunyikan ponsel dari penglihatan Revita. Dia menatap serius Revita.
"Sejak kapan kamu di sana?" tanya Zafran.
"Baru aja. Kak Zafran suka sama Kak Ramanda ya?" Revita menyelidik.
"Idih! Anak kecil sok-sokan mau tahu." Zafran mencubit pipi tembem milik Revita. Adiknya itu seketika cemberut. Dia tidak suka pipinya dicubit. Apalagi oleh sang kakak.
"Kakak bisa berhenti cubit pipiku nggak? Nanti tambah tembem tahu!" geram Revita sambil memanyunkan mulut sebal.
"Emang kenapa kalau tambah tembem? Kan makin cantik." Bukannya berhenti, Zafran justru kembali mencubit pipi Revita.
"Iihhh..." Revita mencoba melepas cubitan Zafran. Tetapi ulahnya tersebut malah membuat sang kakak tergelak geli. Candaan kecil itu sukses merubah suasana hati Zafran menjadi lebih baik.
Ketika waktu menunjukkan jam tujuh malam, Zafran bersiap untuk latihan anggar. Dia pergi, selepas menyelesaikan makan malam.
"Zafran!" panggil Gamal yang merupakan ayah kandung Zafran sendiri. Panggilannya membuat langkah kaki Zafran berhenti.
"Kenapa, Pah?" tanya Zafran.
"Kamu punya pacar?" Gamal memandang serius.
"Enggak, Pah." Zafran menjawab tenang.
"Teman-temanmu gimana? Nggak ada yang ngajakin main hal aneh-aneh kan?" Gamal menuntut jawaban.
"Astaga, Pah. Tiap hari aku selalu dikasih pertanyaan gini loh. Papah tenang aja, aku nggak akan dekat-dekat sama narkoba." Zafran menerangkan dengan cepat. Sebelum Gamal sempat menanggapi, dia segera berucap, "ya udah. Aku pergi latihan dulu."
Gamal mendengus kasar. Dia yang tadinya hendak bicara, mengurungkan niat. Sebab Zafran terlanjur melingus pergi.
"Udah, sayang. Kamu sekarang agak berlebihan tahu nggak," ungkap Zara sembari meletakkan seporsi salad buah.
"Aku nggak mau masa sekolahnya suram kayak kita dulu..." harap Gamal.
Zara tersenyum tipis. "Enggak kok. Menurutku kita sudah mengajarkan Zafran banyak hal. Terutama masalah narkoba dan sekss bebas. Aku yakin anak kita akan tumbuh menjadi lelaki yang baik," tuturnya sembari memegang lembut pundak Gamal. Sang suami lantas mengangguk dan balas tersenyum.
Di sisi lain, Lika baru saja menghabiskan es capuccino. Kebetulan Nadia dan Chika ikut berkumpul ke rumahnya. Mereka bermalas-malasan di kamar Lika.
"Kalian lihat status terbaru Zafran nggak?" celetuk Nadia. Membuat mata Lika langsung mendelik.
"Ngapain lo stalker cowok belagu itu sih!" timpal Lika dengan tatapan sinis.
"Lo harus lihat!" Nadia memperlihatkan status terbaru Zafran. Cowok itu memamerkan keahlian anggar. Zafran memang cukup lihai. Dia memainkan tangannya dengan gesit dan cepat.
"Nggak tertarik!" Lika menjauhkan handphone Nadia dari hadapannya.
Nadia dan Chika reflek bertukar pandang. Mereka memang tidak pernah bisa merubah sudut pandang Lika terhadap Zafran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Nacita
wkwk gamal takut anaknya kaya dia dulu waktu Sma 🤣🤣🤣
2024-06-02
0
Tae_ayy💜
zafran anak nya zara sma gamal toohh...
2022-07-09
1
Nona Lengary
thorr aq brhrp Lika yg dluan suka ke zafran thorr
2022-07-09
2