Mobil itu kini berhenti di sebuah rumah minimalis yang di jadikan markas dari seorang Alsheyres Devra Rodriguez atau yang sekarang dikenal dengan nama Digo dengan para anak buahnya. Saat mobil itu telah berhenti, salah satu anak buahnya yang berada di luar mobil langsung membukakan pintu mobil itu untuk bos besar mereka.
Dengan wajah datar nan dinginnya yang selalu ia perlihatkan, ia keluar dari mobil tersebut. Kemunculan dari bos besar itu membuat para anak buahnya langsung bersikap hormat kepadanya hingga ia berjalan melewati mereka.
"Di ruang mana mereka membawa orang itu?" Tanya Digo kepada salah satu anak buahnya yang sedari tadi mengikuti dirinya dari belakang.
"Di ruang bawah tanah pintu nomor 3 tuan," jawab anak buahnya itu yang diangguki oleh Digo.
Ia terus berjalan menyusuri lorong gelap, melewati beberapa pintu yang terkunci rapat hingga langkahnya terhenti saat ia sampai di pintu nomor tiga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya tadi.
Saat pintu ruangan tersebut terbuka, ia langsung memasuki ruangan gelap itu hingga lampu di ruangan tersebut menyala yang membuat dirinya langsung menatap tajam kearah seseorang yang tubuhnya tengah terikat berdiri menggunakan rantai di kedua tangannya yang terangkat keatas.
Sudah banyak darah yang mengaliri tubuh orang tersebut, kemungkin luka itu dari para anak buahnya yang memang sangat kejam. Tapi hal tersebut justru membuat senyum smrik dari bibir seorang Digo terlihat.
"Good," ucap Digo yang ia peruntukan kepada para anak buahnya itu sebelum dirinya kini melangkahkan kakinya menuju kearah seseorang yang sepertinya masih tak sadarkan diri.
Ia menatap tubuh orang tersebut dari atas sampai bawah dengan smrik yang sedari tadi menghiasi wajah tampannya.
"Ambilkan air dingin kesini!" Perintahnya tanpa menolehkan kepalanya kepada anak buahnya yang tengah berjejer rapi di belakangnya.
Dan sesuai perintah dari bos mereka, dua orang kini telah keluar untuk mencarikan apa yang diinginkan bos mereka.
Hingga beberapa saat kemudian, dua orang tadi kembali ke ruangan yang selalu di gunakan untuk menghukum orang-orang yang telah lancang mengganggu kehidupan Digo.
"Ini bos," ucap salah satu anak buahnya dengan menaruh satu ember air dingin dengan es yang juga berada di dalam tempat tersebut.
Digo melirik sekilas kearah anak buahnya tadi, "Taruh saja," ucapnya yang di turuti oleh anak buahnya tadi. Lalu kemudian mereka berdua kembali ke barisan belakang.
Sedangkan Digo, ia kini menelisik wajah orang yang masih menutup matanya. Dan setelah puas mengamati wajah yang tak terlihat jelas karena ada bekas darah yang mengering di wajah orang tersebut. Digo kini beranjak untuk mengambil satu ember air es tadi kemudian...
Byurrr!!!
Tanpa rasa kasihan sedikitpun ia mengguyur tubuh yang penuh luka tadi dengan menggunakan air es.
Dan apa yang ia lakukan tadi mampu membuat orang tersebut membuka matanya dengan mendesis merasakan perih di sekujur tubuhnya.
Digo yang melihat hal tersebut menyeringai kemudian ia kembali mendekat dan tanpa aba-aba lagi, ia mencengkram kuat rahang orang yang sekarang berada di bawah kendalinya itu.
"Nyali anda sepertinya sangat besar, tuan," ucap Digo dengan menatap manik mata orang di hadapannya tersebut.
"Katakan apa motivasi anda ingin membunuh saya?" Lanjutnya. Tapi pertanyaannya tadi sama sekali tak mendapat jawaban sedikitpun dari orang di hadapannya tersebut.
"Katakan sialan!" Geramnya dengan mengeratkan cengkramannya di rahang orang itu hingga membuat orang tersebut meringis kesakitan.
"Sialan!" Umpat Digo yang sudah mulai terpancing emosi.
"Katakan!" Perintahnya dengan memberi satu pukulan di perut orang tersebut. Hingga membuatnya terbentuk.
Tapi apa yang ia lakukan itu sama sekali tak membuat orang di hadapannya segera membuka mulutnya.
"Apa perlu saya sobek dulu mulut anda agar anda bisa menjawab pertanyaan saya?" Lagi-lagi tak ada jawaban dari orang tersebut. Dan hal tersebut membuat Digo sudah tak tahan lagi untuk menahan emosinya hingga tangannya kini bergerak untuk mengambil satu pisau tajam yang sudah di sediakan oleh para anak buahnya.
Dan saat dirinya sudah mengacungkan pisau tadi tepat di depan bibir orang tersebut, suara seseorang masuk kedalam indra pendengarannya.
"Berhenti tuan," ucap orang tersebut yang membuat Digo berdecak sebal sebelum ia melirik tajam kearah seseorang yang berani-beraninya menghentikan aksinya tadi.
Sedangkan orang yang berada di hadapan Digo kini menghela nafas lega, setidaknya nyawanya terselamatkan walaupun hanya beberapa saat saja. Tapi entahlah untuk kedepannya.
"Berani-beraninya kamu!" Geramnya dengan melempar pisau yang berada di genggamannya tadi kearah anak buahnya. Tapi untungnya anak buahnya itu bisa menghindari pisau tadi sehingga nyawanya masih aman sekarang.
"Maaf tuan. Saya tidak bermaksud untuk menghentikan aksi tuan, tapi ada sesuatu yang perlu saya beritahu tuan tentang laki-laki itu," ujar orang tersebut yang membuat Digo berdecih.
"Tunggu di ruangan saya!" Ucapnya yang di angguki anak buahnya tadi. Dan tanpa menunggu bosnya kembali mengamuk, orang itu langsung berlari menuju ke ruang pribadi milik bosnya.
Sedangkan Digo yang melihat anak buahnya sudah ngacir dan tak terlihat lagi, tatapan matanya kembali mengarahkan ke orang yang sedari tadi menatap dirinya dengan tatapan permusuhan.
"Nikmati hidup anda yang tinggal beberapa jam lagi," ucapnya dengan menepuk-nepuk pipi orang tersebut sebelum dirinya beranjak dari hadapan orang itu sembari mengelap tangannya yang seakan-akan telah kotor karena menyentuh kulit orang yang sudah menjadi musuhnya itu.
Dan saat dirinya melewati gerombolan anak buahnya, ia memberikan kode agar mereka melakukan tugas mereka yaitu menyiksa orang tersebut mungkin hingga orang tersebut merasa hidup segan matipun enggan.
Digo terus melangkah hingga ia memasuki salah satu ruangan yang ia jadikan sebagai ruangan pribadi miliknya. Dan saat dirinya sudah masuk ia langsung mendudukkan tubuhnya di singgasana miliknya.
"Katakan apa informasi yang kamu dapatkan?" Ucapnya to the point.
Dan hal tersebut membuat orang yang duduk di salah satu sofa di ruangan tersebut berdecak sebal.
"Bisakah kamu basa-basi terlebih dahulu untuk memulai percakapannya?" Ujar orang tersebut yang justru mendapat tatapan tajam dari Digo.
"Ya elah santai saja kali Al. Aku juga cuma bercanda tadi," ucapnya dengan raut wajah ketakutan. Ya siapa orang yang tak takut jika sudah di tatapan tajam oleh bosnya sendiri yang terkenal dengan kekejamannya.
"Sudah saya bilang bukan, jangan panggil saya dengan sebutan itu! Kamu bukan keluarga saya yang berhak memanggil saya dengan sebutan itu, Henry," tegas Digo dengan raut wajah tak bersahabat dan hal tersebut membuat Henry kesusahan menelan salivanya sendiri.
"Cepat katakan apa yang sudah kamu dapatkan!" Ulang Digo tak sabaran.
"Baiklah-baiklah. Aku akan mengatakannya sekarang," ujar Henry dengan menyerahkan satu keras hasil penyelidikannya tadi. Hmmm lebih tepatnya hasil dari anak buahnya karena sedari tadi dirinya ikut Digo tanpa ikut terlibat dalam penyeledikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
❄️ sin rui ❄️
nahh kannn, nama rodriguez tapi bahasa nya kaya di jakarta aduhh 🙈🙈🙈🙈
2023-02-23
1
Yunia Afida
henry tetep bersahabat sampai dewasaya
2022-08-06
2
Yunia Afida
tar ada flashback nya g al bisa jadi ketua mafia
2022-08-06
1