Soraya mulai menggerakkan tangannya meski dengan gerakan samar. Matanya masih terpejam namun dia bisa merasakan kepala yang teramat pusing.
Matanya perlahan terbuka, pandangannya masih mengabur. Dahinya mengernyit sebab menangkap sinaran yang memasuki retina matanya. Dengan mata yang mulai mengerjap ia berusaha mengembalikan fokusnya.
Ruangan serba putih yang kali ini terlintas dalam benaknya. Dia melirik ke sisi sebelah kanan. Terlihat sesosok pria asing duduk pada kursi di sampingnya.
"Aku dimana?" gumamnya pelan.
Lelaki itu menoleh ke arah sumber suara, tatapan mereka pun bertemu. "Kamu sudah sadar. Jangan bergerak dulu. Aku akan panggilkan dokter."
Soraya kini menatap kepergian lelaki itu hingga hilang dibalik pintu. Pandangannya beralih pada selang yang menjulur tertancap di tangan kirinya. Sambil mengingat peristiwa yang ia lewati hingga dirinya berbaring di tempat ini.
Belum sempat dia mengingat kejadian beberapa jam lalu, dokter dan lelaki yang dilihatnya tadi datang. Dokter pun mulai mengecek kondisi tubuhnya. "Apa yang anda rasakan sekarang, apa masih pusing disertai nyeri di dada?" tanya dokter pada Soraya.
"Sedikit dok," sahut Soraya lirih.
"Keadaan anda sudah mulai stabil itu terjadi karena efek samping dari obat. Dan untuk sementara anda diwajibkan untuk rawat inap agar kondisi anda dapat kami pantau. Dokter Rudi juga akan segera kemari memeriksa lebih lanjut," jelas dokter tersebut setelah itu berpamitan meninggalkan ruangan yang ditempati Soraya.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" suara lelaki itu mulai membuyarkan lamunan Soraya.
Soraya menoleh menuju sumber suara. "Kamu—kamu yang bawa aku kesini?" Tanpa menjawab pertanyaan dari lelaki itu, kini Soraya justru mengajukan pertanyaan lain.
"Iya, kamu tadi tak sadarkan diri."
Soraya terdiam, lalu sedikit menganggukan kepalanya.
"Tadi aku sudah menelfon nomor yang terakhir kamu hubungi, tapi sampai sekarang mereka belum juga sampai," ucap lelaki itu.
"Terimakasih dan maaf karena sudah merepotkanmu."
Lelaki itu mengangguk kaku disertai tersenyum samar.
"Dan siapa namamu, aku berhutang budi padamu," ucap Soraya.
"Bukan apa-apa. Perkenalkan namaku Bayu Ang—" ucapan lelaki itu menggantung sebab pintu ruang inap dibuka secara kasar hingga menimbulkan dentuman keras. Seketika Soraya dan Bayu menoleh ke arah pintu yang kini terbuka lebar.
"Bagaimana bisa kamu berada disini!" Angel seketika menyemburkan ucapannya, saat dia sudah memasuki ruangan. Bukannya bersimpati pada Soraya yang terbaring lemah, ia malah makin menambah serentetan omelannya. "Kenapa kamu malah membuat masalah lagi. Bukankah aku sudah bilang—"
"Ini juga bukan seperti yang aku harapkan!" sahut Soraya cepat, lalu ia perlahan berusaha untuk merubah posisinya menjadi duduk.
"Lalu kenapa bisa-bisanya kamu disini?"
"Aku gak tahu," balas Soraya cepat.
Bayu yang menyaksikan perdebatan antara dua wanita itu, sekarang memilih untuk undur diri tanpa permisi. Ia melangkah keluar seraya menutup pintu rapat. Dia berfikir bahwa urusannya telah selesai dan pihak keluarga sudah datang.
Sementara di ruang inap dua perempuan itu masih bersitegang. Angel kini meraih remote TV dan segera mencari chanel infotainment.
"Sekarang lihat, berita kamu yang jadi tranding topik. Head line news hari ini, Soraya Lee dikabarkan bunuh diri akibat tak tahan dibuli," jelas Angel seraya membaca tulisan yang terpampang pada layar TV.
Soraya Lee adalah nama panggung yang diberikan oleh pihak management artis. Lee diambil dari nama belakang Mamanya Soraya yang berkewarganegaraan Korea.
Soraya tergelak, kemudian berdecih. "Dan kamu percaya?"
Angel seketika menoleh menatap Soraya, dengan wajah sedikit terkesiap lalu dia berucap ragu. "M—mungkin."
Soraya memutar bola matanya. "Ya, karena aku capek."
Angel seakan kesulitan menelan ludahnya, "Kamu gak becanda kan. Kamu sengaja melakukan ini?"
"Maksud aku, aku sekarang capek. Aku mau istirahat, jadi tinggalkan aku sendiri," ucap Soraya kemudian memilih berbaring memunggungi Angel, sengaja tak ingin memperpanjang perdebatan. Lagipula kondisinya sendiri masih belum benar-benar pulih.
"Tapi kamu gak benar-benar—"
"Aku mau tidur," tegas Soraya sambil menaikkan selimut menutupi tubuhnya.
Hanya beberapa detik Angel terdiam dengan pemikirannya dan memperhatikan tubuh Soraya yang terbungkus selimut, Dia pun mendengus kemudian berbalik arah meninggalkan ruangan.
Di balik selimut Soraya merenung, kesalahan apa yang telah ia perbuat. Atau kesalahan apa yang orangtuanya dulu lakukan hingga hidupnya seakan tak tentu arah. Kedua orangtuanya meninggal pada saat ia berusia lima tahun, pada awalnya Papanya meninggal akibat kelainan jantung. Selang dua tahun kemudian Mamanya menyusul akibat kesedihan yang mendalam.
Tinggallah ia dan segala aset yang ditinggalkan orangtuanya. Karena Soraya masih sangat kecil, kemudian ia diasuh oleh adik dari Papanya yang tak lain adalah Om Bramantyo, Istrinya yakni Tante Cindy dan Angel selaku sepupunya yang sampai saat ini tinggal bersama di kediaman Almarhum orangtua Soraya.
Hidupnya serba ada, segala kebutuhan terpenuhi, pekerjaan rumah sudah ada yang mengurus. Namun satu hal, hingga kini ia tak paham dengan urusan pekerjaan kantor miliknya. Bekerja sebagai artis adalah mimpinya, tapi jalan yang ia tempuh seakan semakin terjal.
Cukup lama ia bergelut dengan isi otaknya, saat ini konsentrasinya terpecahkan akibat suara dari seseorang.
"Maaf, waktunya pemeriksaan," ucap seorang perawat yang telah berada sampingnya.
Tanpa menjawabnya, Soraya membalikkan tubuhnya. Bola matanya kini menangkap sosok yang tengah ia lihat, pria tinggi berbadan tegap memiliki wajah yang ia deskripsikan dengan satu kata tampan. Kali ini orang di hadapannya mampu membuat jantungnya sedikit berdetak meski tak menimbulkan suara.
Lelaki dihadapannya kini menoleh menatapnya, hingga pandangan mata mereka saling bertemu. Soraya bahkan sampai tak sadar membuka bibir bawahnya.
Sekejap pandangan mereka berdua terkunci, hingga enyum lelaki dihadapnya mulai terbit.
"Apa yang masih anda rasakan?" ucap dokter itu lembut lembut sambil mulai menyiapkan peralatannya, memakai dan memasang earpieces di kedua lubang telinganya, serta tangan kanannya mengarahkan diaphragm pada dada Soraya.
Soraya yang tadinya masih melamun, kini sedikit terkesiap, "Kamu mau apa!"
"Saya mau periksa keadaan anda," ucap dokter dihadapannya.
Sementara Soraya membalas dengan gerakan kaku. Dokter melakukan pekerjaannya, keningnya sedikit mengernyit kala diaphragm memeriksa detak jantung Soraya.
Setelah usai dengan kegiatannya, kini ia bertanya, "Sebelum kejadian makanan apa yang anda konsumsi?"
"Kopi."
"Apa ada lagi?"
Soraya mengingat-ingat. "Sebelum berangkat ke Cafe aku mengkonsumsi obat diet, tapi obat itu rutin kuminum setiap pagi?"
"Pihak rumah sakit masih menyelidiki dari sisa makanan yang anda konsumsi. Dan dari diagnosa saya, obat diet yang anda konsumsi telah memicu kafein kopi bekerja lebih agresif dan akhirnya memacu kerja jantung secara berlebihan. Itu yang memicu penyebab anda hilang kesadaran," jelas dokter dan di tanggapi anggukan oleh Soraya.
Soraya melihat ke sekeliling lalu dia berucap, "Siapa nama dokter?" tanyanya berbisik kala seorang perawat tengah sibuk meracik obat miliknya.
"Panggil saja saya dokter Rudi. Kondisi anda sekarang sudah mulai stabil namun harus memperbanyak waktu istirahat dikarenakan ritme detak jantung anda bergerak lebih cepat. Anjuran kami agar anda dirawat inap disini terlebih dahulu agar keadaan anda bisa kami cek secara berkala."
Setelah mengucapkan kalimatnya dokter Rudi meninggalkan ruangan Soraya, disusul oleh perawat yang sebelumnya telah memberikan beberapa butir obat kepadanya.
Soraya setengah mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa ia kehilangan orientasinya hanya karena wajah tampan seorang dokter Rudi.
To be Continue
Banyak typo bertebaran
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Donna Armen
novel luar biasa.. ada ikatan dengan novel² yang lain..
2022-02-07
0
김태형
Nama yang di pakai dlm novel ini di ambil dari Love not scenario kaya ada keterkaitan gak sih?Jadi penasaran sama Oppa Rudy😁
2020-11-16
0
maura shi
sampai saat ini q penasaran knp rudi abis lulus sma ngilang gitu aja tnpa ngabarin/pamit ke ira
2020-10-16
3