Keesokkan harinya, Ayesha telah bersiap untuk pergi ke universitas dan menyelesaikan segala urusannya. Sepulangnya dari universitas, Ayesha menyempatkan diri mampir Harrods, yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di London dan juga Eropa. Dikatakan terbesar di Eropa sebab luasnya mencapai 5 hektare dan banyak rak belanja yang tak terhitung jumlahnya. Toko fashion mewah seperti Tom Ford hingga Christian Louboutin pun bisa ditemukan di sana.
Ayesha berkeliling mencari sesuatu yang menarik yang bisa ia jadikan buah tangan untuk orang-orang tercintanya. Ayesha menghampiri satu persatu store yang terdapat di sana. Ayesha sama seperti perempuan lainnya yang gemar berbelanja. Tetapi ia masih bisa mengontrol pengeluarannya. Padahal Aglian tak pernah membatasi keuangan Ayesha. Ia justru diberi kartu tanpa batas yang bisa ia gunakan semaunya.
Puas berbelanja, kini Ayesha mulai merasakan perutnya yang berdendang ria ingin dimanjakan dengan berbagai kuliner di sana. Selain dikenal sebagai pusat ritel dan barang bermerek terbaik di London, Harrods juga punya pusat kuliner yang berlimpah! Kita bisa menemukan makanan apa saja di sini. Salah satu pemandangan menakjubkan di mall ini adalah eskalator Mesir yang ikonik dengan patung khas dewa Mesir. Tak jauh dari situ, ada air mancur yang digunakan untuk mengingat mendiang Putri Diana dan Dodi Fayed.
...***...
"Cantik, kau dimana? Aku biar aku jemput," ujar Ramon melalui sambungan telepon.
Ayesha meletakkan ponselnya di atas meja rias setelah meloudspeaker panggilan itu. Kemudian tangannya meraih anting mutiara yang tekahbia siapkan dan memakainya.
"Biar kita berangkat sendiri -sendiri aja, Mon! Entar share aja lokasinya," jawab Ayesha sembari menelisik penampilannya.
"Ayolah, kenapa sendiri-sendiri sih! Apa salahnya aku jemput," protes Ramon tak terima dengan keputusan Ayesha.
"Ya atau tidak sama sekali?" tegas Ayesha tanpa penolakan.
"Hufth ... " Ramon menghela nafas panjang. "Ya ya ya, kau memang tak pernah bisa dibantah. Oke, fine. Aku tunggu di Shangri-La the Shard. Aku akan segera berangkat," ujarnya sebelum menutup panggilan telepon.
Tak butuh waktu lama, Ayesha kini telah sampai di Shangri-La the Shard hotel. Ia pun segera menghubungi Ramon agar menjemputnya di lobi hotel. Beberapa menit kemudian, Ramon pun muncul dengan setelan jas berwarna hitam dipadukan dengan kemeja berwarna biru muda dan pantofel hitam. Rambutnya tertata rapi membuatnya tampil memesona dan tampan. Tapi hal tersebut tidak membuat Ayesha tertarik sama sekali. Ayesha bukanlah tipe gadis yang mudah jatuh hati. Sekali jatuh hati, hatinya akan terus tertawan dan sulit melupakan. Ia menjalin hubungan dengan Ramon pun tak lebih sekadar untuk bersenang-senang. Merasakan euforia memiliki seorang kekasih.
Melihat Ayesha yang tampil menawan dengan dress berwarna marun dan rambut tergerai dengan bagian ujung dibentuk ikal, membuat Ramon menyunggingkan senyum manis. Ia sebenarnya sungguh-sungguh menyukai Ayesha, tapi sayang Ayesha hanya menganggapnya teman biasa saja. Pria bule itu sudah berusaha mendapatkan hati Ayesha, tapi hati Ayesha tak kunjung bisa ia luluhkan. Entah apa kurang dirinya, yang pasti Ayesha gadis yang tak mudah untuk ditaklukkan.
"Tak percuma aku memanggilmu cantik karena kau memang sangat cantik. Bahkan makin hari makin terlihat cantik. Huh, sungguh beruntung lelaki yang bisa meluluhkan hatimu, cantik," puji Ramon dengan sorot mata penuh kekaguman dan pemujaan pada Ayesha.
Ayesha hanya berdecak malas. Padahal ia sama seperti gadis lainnya yang senang dipuji, tapi entah kenapa pujian Ramon tak pernah bisa menyentuh dasar hatinya. Pujian Ramon baginya tak lebih seperti pujian laki-laki lainnya. Biasa saja.
"Ck ... nggak usah basa-basi. Ayo, masuk!" ajak Ayesha membuat Ramon mendesah lirih.
Lalu Ramon pun mengajak Ayesha masuk ke ballroom hotel tempat dilaksanakannya pesta pernikahan saudara sepupu Ramon.
"Kenapa kau tidak mengajak kekasihmu saja?" tanya Ayesha saat telah duduk di salah satu meja bundar yang posisinya sedikit menyudut.
"Kami sudah putus sehari sebelum kau tiba di sini," ujar Ramon santai membuat Ayesha geleng-geleng kepala.
"Kau berganti kekasih seperti berganti pakaian, dasar pria gila," umpat Ayesha membuat Ramon tergelak.
"Mau bagaimana lagi, tak ada yang sepertimu, cantik. Kau bukan hanya cantik, tapi istimewa. Cerdas, berwawasan, anggun, menawan, ah apalagi ya ? You're so perfect. Apa kau tak mau jadi kekasihku lagi, cantik?" tanya Ramon sembari menopang dagunya dengan kepalan kedua tangannya yang terjalin.
Ayesha terkekeh membuat Ramon kian terpesona. Lalu Ayesha mengalihkan tatapannya pada Ramon yang masih terpaku memandang wajah cantik Ayesha.
"I'm so sorry, Mon. Aku nggak bisa. Aku tak memiliki perasaan apapun padamu. Lagi pula, aku besok akan kembali ke Indonesia dan entah kapan akan kembali lagi," ujar Ayesha membuat Ramon terdiam.
"Okay. Aku ke toilet dulu," ucap Ramon kemudian segera berlalu dari sana meninggalkan Ayesha yang tampak sedang menikmati lantunan musik.
"Permisi nona, minum?" Seorang pramusaji menawarkan minuman yang dibawanya pada Ayesha. Gelas-gelas itu berisi beraneka jenis minuman dalam satu baki. Ayesha mengernyit dahi, khawatir itu minuman beralkohol.
"No alkohol, nona. Ini sari buah. Ada raspberry, strawberry, apel, leci, Anda mau?" jelas pramusaji itu seakan tahu keraguan Ayesha.
"Oh, strawberry saja kalau begitu," ujar Ayesha lalu ia pun menerima minuman berwarna merah itu dan mengucapkan terima kasih. Setelah pramusaji itu pergi, Ayesha segera menyesap minumannya sedikit demi sedikit.
"Ah, maaf lama!" ujar Ramon saat ia kembali.
Ayesha hanya tersenyum tipis. Ramon meliriknya sembari memperhatikan gesture tubuh Ayesha yang mulai merasa tak nyaman. Diam-diam, Ramon menyeringai.
'I'm so sorry, cantik. Aku terpaksa melakukan ini. Aku tidak ingin kehilanganmu. Kau terlalu istimewa. Aku harus menjadikanmu milikku seutuhnya,' batin Ramon bermonolog.
"Kau kenapa, cantik? Apa kau sakit?" tanya Ramon berpura-pura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Ah, kepalaku mendadak pusing, Mon? Tubuhku juga terasa panas. Bisa kau antar aku keluar. Aku harus segera pulang. Sepertinya aku akan jatuh sakit," ucap Ayesha seraya memijit pelipisnya.
Dalam hati Ramon tersenyum, rencananya sepertinya akan berjalan lancar.
"Astaga, mungkin karena efek kelelahan. Kau kan baru tiba di sini kemarin malam. Bagaimana kalau aku saja yang mengantarmu? Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu," ujarnya dengan tatapan khawatir.
"Mungkin saja. Baiklah kalau itu tidak merepotkan mu," sahut Ayesha seraya berdiri.
Dengan cepat, Ramon merangkul pundak Ayesha dan menuntunnya berjalan keluar dari area pesta yang masih dipadati tamu karena acara masih berlangsung.
"Tidak ada kata merepotkan untukmu, cantik. Kapanpun aku akan selalu ada untukmu," tukasnya dengan smirk devil di bibirnya.
Tanpa ia sadari, perubahan ekspresi wajahnya tertangkap ekor mata Ayesha. Ayesha mengepalkan tangannya. Ia yakin, laki-laki di sampingnya ini tengah berusaha memperdayainya. Diam-diam, Ayesha menekan tombol darurat di ponselnya. Berharap agar bantuan segera datang untuk menolongnya.
...***...
Halo kakak-kakak semua. Sekali lagi makasih ya atas supportnya. Semoga kakak semua sehat selalu dan dimurahkan rejekinya.
...Happy reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Silvi Vicka Carolina
ini mungkin krena cinta pertama sang gadis ysitu ayahnya ...memberikan gombalan cinta ..sehingga sang anak puas dengan gombalan para laki ...biar gak gsmpng baper ...seharusnya itulah peran ayah kpd anak gadis nya sehingga gombalan laki gak mempan
2024-08-23
0
Silvi Vicka Carolina
lansung cek mbah goggle
2024-08-23
0
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
menarik
2024-02-16
1