"Kamu tahu enggak siapa yg bakal jadi tetangga barumu???"
"Tetangga baru, maksud kamu apa, rumah sebelah gitu??!!"
"Iyaaaa Lindah sayang, rumah yang mana lagi, eh tahu enggak tuh cowok tajir plus cakep banget pokoknya keren banget deh, kalo kamu ketemu dia kamu pasti langsung jatuh cinta.. hehehehe.!!!!"
"What's??? siapa, aku, seorang Lindah jatuh cinta, wuuhhh ya enggaklah mana mungkin aku suka, enggak akan pernah, gila Lo ya,
emangnya sekeren apa sih tu cowok Lo segitunya banget, Sari Sari!!!!?"
"Ya elaaa lo Lin belum liat udah tolak mentah mentah, awas aja lo ya kalo nanti suka, Wildan inceran Sari tau, kalo enggak salah besok dia kesitu, jadi besok Sari mau main kesitu ya, mau pedekate, hehehehe, Oh ya satu lagi tuh cowok namanya Wildan, da..."
Tut..tuuuut.. Suara telpon tertutup
Dasar Sari main matiin aja, aku belom sempat ngomong juga, Wildan, siapa ya, sekeren apa sih, jadi penasaran aku..
Wildan keren si namanya, Lindah memukul jidatnya sendiri.... "Kok aku jadi ikutan gila kayak Sari ya hadeeeeh".
Satu Minggu berlalu begitu cepat, Lindah memperhatikan jam dinding didekatnya pukul empat sore.. "Sudah jam segini tapi Sari enggak datang juga, batal apa ya atau tuh anak lupa kali.. tuh cowok juga kayaknya enggak tampak batang hidungnya, apa sari sedang ngerjai aku ya???.. ahhh daripada pusing sendiri, lebih baik aku main tempat kakak..."
Lindah berlari kekamar mengganti baju dan berdandan tipis tidak lupa bawa beberapa potong baju siapa tahu betah disana.. Lindah paling senang main ketempat kakak pedesaan yang masih sangat asri dan adem.. ya meskipun itu tidak bisa lagi dibilang desa juga karena semenjak desa itu jadi ladang minyak perusahaan-perusahaan masuk hingga ramai hiruk pikuk orang luar.. mungkin lebih tepat di sebut setengah asri atau daerah cekak.
Aku sedang asyik bermain saat handphoneku berbunyi, eh dari Sari, masih bernapas tu anak....
"Hallo Sari, tumben masih hidup lo, ngerjai aku ya, katanya mau datang, aku sampai ubanan tahu nungguin kamu, dasar lo ya!!!?" Suara Omelanku tanpa jeda..
"Lo tu yang gila, nyerocos kok enggak ada titik komanya sih, dengerin dulu, Sari minta maaf tadi pagi sibuk banget jadi enggak sempat kesana, oh ya gimana tetangga baru Lo, cakep kan, jangan bilang Lo juga suka, Sari marah nih"..
"Apaan sih Sar, main nuduh aja, aku ketemu aja enggak tuh orang, pokoknya tenang aja deh tuh anak bulat-bulat buat kamu deh, aku nggak bakal mau apalagi jatuh cinta". Ujarku sewot....
"Ahhh yang bener, bulat-bulat kamu bilang, dia anak orang tahu bukan onde-onde, haha.. Jangan asal ngomong, hati-hati kemakan omongan sendiri, pas ketemu nanti klepek-klepek pula, hehe.. eh emang ko sekarang dimana sih Lin kok bisa enggak ketemu Wildan secara tetanggaan..!!! enggak peka amat sih jadi tetangga!!!."
Suara sari nyerocos kayak bebek..
"Aku sekarang lagi didesa tempat kakak, hehe.. Abis kamu sih ditunggu-tunggu enggak datang ya udah aku jalan-jalan aja.."
"Haaah??? Lo didesa, astaga Lindah pantesan enggak ketemu, ampe tua juga lo nggak bakal ketemu kali sama Wildan.. dasar Lo ya, sekarang lo siap-siap balik giihh, besok Sari nyusul, oke.. da!!!..."
"Halo hallo hallo eh Sar Sari, ya ampun dimatiin lagi, ni anak lama-lama makin nyebelin ya, merintah seenak jidatnya lagi.. Awas aja kalo ketemu aku pencet-pencetin deh"..
"Lindah ngeloyor masuk ke rumahnya tanpa memberi salam dan langsung kekamarnya membanting tubuhnya ke kasur, baru saja mau memejamkan matanya tiba tiba suara Mila sepupunya mengagetkanya..
"Kak Lindah sudah pulang, kok enggak ada suara???"..
"Eh iya ni Mil, kak Lindah tadi ngeloyor masuk abis capek banget sih"..
"Oh ya udah kak Lindah tidur aja, Mila juga mau pergi rumah teman kerja kelompok, Mila tutup kamarnya ya kak"..
"Heemm......"
Aku terbangun mendengar suara tangis, kayaknya suara si Hen keponakanku pasti dimarahi mamanya, kutatap jam dipergelangan tanganku sudah pukul lima sore waah udah satu jam aku tidur rupanya.. Lindahpun keluar mencari sumber suara, iya benar si Hen yang nangis....
"Kebetulan kamu datang Lin, tolongin kakak ya bawa nih Hen jalan-jalan keluar giih, dari tadi rewel banget mau keluar tapi kakak lagi sibuk, tolong ya.." Suara kak Wina memelas..
"Iya deh kak.."
"Makasih ya Lin"...
Aku gendong Hen kecil keluar, sambil terisak Dia memelukku, kita kemana ya, buatku pusing juga.. Aku yang baru bangun belum pulih kesadaran sepenuhnya lansung diminta jaga anak kecil membuatku tidak punya ide samasekali, kebetulan disamping rumah orang lagi ramai mancing, aku tersenyum menunjukkan Hen ikut tersenyum dan berlari kesana, aku bergegas mengejarnya dan menangkap tangannya dan langsung menggendongnya membawanya duduk dibangku, bibir mungil Hen penuh siulaan sepertinya dia sangat senang melihat ikan beraneka apalagi saat seseorang didepan kami menarik kailnya seekor ikan besar didapat dengan spontan Hen berdiri dan meloncat-loncat sambil bertepuk tangan, aku ikut tersenyum melihat tingkahnya yang lucu.. Aku sendiri baru tahu jika disamping rumah penuh ikan ya... aku beranjak menariknya Hen kecil dan mendudukanya di pangkuanku, jujur saja aku sedikit cemas melihatnya seperti tadi bagaimana jika dia jatuh ke kolam pasti kak Wina memarahiku habis-habisan.... Aku pandangi disekitar rumah sungguh berbeda dan terasa asing, kutatap pintu rumah dibelakang tutup, kira-kira penghuninya ada tidak ya perasaan enggak pernah dengar ada suara tapi bukannya kata Sari harusnya dari kemarin ada penghuni baru cowok yang digilai Sari, Wildan.. Seperti apa sosok Wildan, se cakep apakah, sekeren siapakah hingga bisa membuat secantik Sari rela mengejarnya, mau tidak mau membuat Lindah ikut penasaran dengan sosok Wildan.... Lindah menggeleng kepalanya cepat sejak kapan Lindah ikutan penasaran dengan sosok cowok gini, Hen berteriak melihat ikan membuyarkan lamunan Lindah dan ikut menoleh ke bapak pemancing didepannya yang lagi-lagi berhasil mendapatkan ikan, Lindah tertawa dengan Hen kecil yang begitu bersemangat, aura anak kecil benar-benar bisa membawa kita kebahagiaan juga, Lindah sangat senang bila menjaga Hen dia bisa bertingkah selayaknya anak kecil juga melupakan jika dia sudah gadis, tanpa Lindah sadari seorang pria dibelakangnya memperhatikan tingkahnya dan sesekali ikut tersenyum melihat tingkah mereka, Wildan bahkan menutup mulutnya menahan tawa saat melihat Lindah ikut loncat-loncat bertepuk tangan bersama Hen kecil layaknya anak kecil, Wildan menggeleng-geleng kepalanya ada ya gadis selugu ini ujarnya.... Dia menatap lekat wajah Lindah, Wildan yakin tidak pernah melihat wajah gadis ini sebelumnya disini, siapa ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments