Prince Rajesh Muria

Ke 6 pendekar perkasa itu berkumpul disebuah kamar penginapan yang yidak begitu besar. Go Shi sebagai pemandu memberikan salam hormat kepada semuanya yang hadir.

"Terima kasih kepada semua pendekar yang hadir..kita akan berkumpul esok pagi sebelum matahari terbit dipinggiran hutan Lengjing. Semoga akan ada lagi yang hadir..Sebab, sepengetahuan saya semuanya para pendekar yang akan hadir berjumlah 13"

"Xiè Xiè Nì" ucap Lars sambil tersenyum. Seketika semua yang hadir tertawa, mereka semua senang dengan adanya Lars ternyata meskipun wajahnya menyeramkan ia seorang yang ramah dan lucu.

Pendeta berdiri dan sebelum mengedarkan arak kesetiap pendekar yang dihidangkan masing masing dimangkuk kecil ia membacakan doa keselamatan.

"Mohon semua istirahat malam ini jangan ada yang keluar karena biasanya pengintai istana banyak berkeliaran..kita harus berhati hati sebelum hari penyerangan tiba" ucap Go Shi mengahiri pertemuan pertama.

...<●○●○●○>...

Pagi itu keadaan masih sangat sepi, apalagi semalam hujan turun menyebabkan suasana bertambah dingin.

6 orang pendekar sudah bergerak menuju kehutan Lengjin. Sungguh menarik, dari semua pendekar, Lars yang paling duluan datang, ia sudah berdiri didekat sebuah pohon besar dan berlatih dengan kampaknya. Hembusan nafas keluar dari rongga hidungnya seakan ia adalag seekor banteng yang sedang mengamuk, kilatan kampak menebas kesemua arah.

Lewat satu menit ketika Lars sedang berolah raga dengan kampaknya sebuah cahaya putih terbang secepat kilat. Cahaya itu lurus terbang melesat menghujam kearah dadanya.

Kurang dari 1 centimeter dengan reflek yang luar biasa Lars memutar tubuhnya sekaligus menangkis. Cahaya putih itu ia tebas dengan kampaknya.

CRASS!

Cahaya itu putus menjadi dua dan jatuh ditanah, ternyata sebuah anak panah. Lars melirik kesemua arah. Sekitar itu sunyi sepi hanya suara deru angin yang kencang.

Baru saja ia berancang ancang, sudah terbang lagi kini, 2 cahaya. Satu mengarah ke kepala satu lagi kedada.

"Hiyaa!" Lars memutar kembali tubuhnya yang gempal. Dalam hitungan detik 2 cahaya itu putus. 2 batang anak panah putus dan jatuh ke bumi.

Plok plok plok!

Tepuk tangan terdengar dari balik pohon, Lars bersiap dan seketika ia melemparkan kampaknya.

"Hiyaaa" satu sosok loncat dari balik pohon dan hinggap dengan ringan diatas ranting besar dipohon sebelah.

Kampak Lars menebas habis pohon itu dan langsung bagian atasnya pecah dan tumbang. Suaranya keras dan membahana dihutan.

Pendeta yang mendengar bergegas mempercepat langkahnya menuju arah suara itu.

Ke 3 pendekar gunung HuangShan melakukan salto dan loncat dengan gerak cepat.

Bahadur Syam yang sedang santai berjalanpun langsung menghentakkan kaki kakinya dan loncat tinggi menyusul ke 3 pendekar.

...<●○●○●○>...

Ke 5 pendekar mengelilingi Lars, bersiap membantu temannya.

"Stop!" teriak Go Shi yang berlari terengah engah, ia mengatur nafas dan merentangkan kedua tangannya memberi aba aba kepada ke 6 pendekar.

"Stop! tunggu! itu adalah Mata Elang teman kita juga! Ayok turun dari atas sana!" teriak Go Shi sambil melihat keatas pohon.

Diatas pohon nampak sosok muda dan gagah berdiri diatas sebuah ranting dahan pohon.

"Hehehe..ternyata Lars masih tajam pendengaran dan gerakannya! Huup.." Laki laki itu loncat ketanah.

"Perkenalkan, Pendekar Mata Elang!" ucap Go Shi.

Priya kekar bernama Mata Elang itu menundukkan tubuhnya memberi hormat.

"Maafkan aku yang lancang!" ucapnya dan mendekat kearah Lars.

"Mata Elang?!" kata Lars tidak percaya.

"Benar sobat..sudah lama kita tidak bertemu!"

Kedua pendekar itu saling berpelukan.

"Aku pikir kau sudah mati!" kata Mata Elang ditelinga sahabatnya.

"Aku pikir kau sudah jadi buring betulan! Hahaha!"

Pendeta berkata, 7 pendekar telah terkumpul.

Wan Wan takjub melihat kedua mata pemuda tegap itu. Ia tidak bisa melihat bulatan hitam dimatanya, semuanya putih.

"Apa kabar Mata Elang? ahirnya kau sampai juga disini, sesuai dengan panggilan maha guru Hang Zhu. Ahirnya kau menerima undangan ini" ucap Go Shi.

"Semenjak ayah ibuku mati ditahan kaisar bengis itu, dendamku terus membara dan kini aku senang mendapatkan panggilan intuk sekali lagi menggempur istana terkutuk itu!" ucap Mata Elang. Ia melihat kesekeliling dan tersenyum melihat 6 pendekar berada dengannya.

"Go Shi! ketika kapalku merapat aku sudah melihat ada sebuah kapal dagang dengan bendera Hindustan yang juga merapat..tebak siapa nahkodanya?" Mata Elang berkata.

"Hah?! Rajesh Muria sudah tiba? Wah sukurlah..kalau begitu aku akan lepaskan burung supaya ia merapat kehutan ini" ucap Go Shi sambil mengeluarkan seekor burung dara kecil dari balik kantong jubahnya.

"Hehe..kau masih menyimpan si Emas ya?" ucap Lars.

Burung itu langsung terbang tinggi diudara.

"Baiklah..sambil menunggu Rajesh, aku akan mencari rusa, kita makan enak siang ini"

Belom lagi Go Shi berbicara, Mata Elang sudah berlari kencang masuk kedalam hutan.

"Biarkan ia mencari, aku juga lapar pagi ini" ucap Lars.

...<●○●○●○>...

Wan Wan dan ke 2 temannya mencari dahan kering dan mulai mengumpulkan untuk dijadikan api unggun.

Pendeta duduk bersila dan mulai membacakan mantra doa keselamatan.

Bahadur duduk tidak jauh dari mereka, ia menancapkan tongkat saktinya ditanah.

Larspun ikut duduk disampingnya sambil membersihkan kampak besar yang ia lemparkan tadi.

Kira kira setengah jam, Mata Elang kembali membawa seekor rusa yang sudah tewas dipunggungnya.

"Kita bakar rusa ini, dagingnya bagus untuk ketebalan kulit kita dari dinginnya udara" ucap Mata Elang sambil melemparkan rusa ditanah.

Bahadur berdiri dan membantu Mata Elang mengkuliti dan membersihkan kotoran dari dalam tubuh rusa.

"Besarkan api itu, kita akan segera panggang daging ini!" ucap Mata Elang.

...<●○●○●○>...

Bau daging dibakar sontak membuat langkah Rajesh lebih cepat lagi. Ia tau siapa yang membajar daging rusa itu, sebenarnya pembakaran daging rusa adalah tanda bahwa ia, Si Mata Elang sudah hadir.

Dengan sekali gerakan tubuhnya meliuk keatas seakan terbang ia mencari arah mana bau rusa bakar itu datang.

"Aah waah baunya membuat aku lapar!!" teriak Rajesh sambil tersenyum mendatangi mereka.

Mata Elang melihat sahabat lamanya hadir langsung memeluk kegirangan.

"Prince Rajesh Muria dari Hindustan welcome my brother!"

Semua pendekar memandang keduanya dengan rasa bahagia. Pendeta menghitung inilah pendekar ke 8 telah tiba.

Rajesh agak berbeda dengan lainnya, ia benar benar seorang bangsawan. Pakaiannya terbuat dari kain sutera berwarna emas. Kalung besar dari emas murni menghiasi dadanya yang bidang, setiap kali ia berjalan keluar bunyi bunyian dari tungkak kakinya. Yang paling menarik adalah fasihnya ia berbahasa TiongKok.

Sambil menundukkan tubuhnya ia memberi hormat kepada Go Shi dan 7 pendekar yang hadir disana.

"Kapan kita bisa menyantap daging rusamu yang terkenal itu?" ucapnya sambil merangkul Mata Elang.

"Aah sebentar lagi kawan..ayok aku kenalkan ke yang lainnya"

...■□■□■□■...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!