"Bangun! ayo jangan ngorok aja!" ucap Wan Wan sembari menendang pantat Shu Peng.
"Eit Hiya!" Shu Peng kaget dan secara reflek ia melepaskan satu pulan kearah perut Wan Wan. Namun dengan mudah pukulan maut itu ia hadang dengan sebelah kaki dan selanjutnya kaki yang ia buat perisai tadi telah bertengger dileher Shu Peng. Sekali lagi dihentak kedepan patahlah leher Shu Peng.
Wan Wan melirik kearah Lu Jia, namun priya itu sudah bangun dan berdiri kearah kamar mandi.
"Jangan lama lama dikamar mandi Lu Jia kita harus berangkat sekarang secepatnya mumpung masih gelap" ujar Wan Wan.
Lu Jia membalikan badannya dan memberikan salut.
Bersamaan dengan itu sang maha guru Hang Zhu juga terbangun. Ia atur napas sebentar dan langsung duduk bersila, kedua tangannya dicakupkan didadanya dekat dengan ulu hati dan jari jari tangannya diturunkan. Cakupan tangan yang disebut Muspa diagama Hindu adalah sebuah penyerahan hormat atas keseimbangan tubuh dan Butha Yadnya.
Maha guru Hang Zhu bukanlah beragama Budha namun Hindu, meskipun ia berasal dari daratan Cina tapi sejak kecil ia diasuh oleh seorang pendeta Hindu dari India dan semua ilmu silat dan ilmu kesaktiannya didapatkan dari Maha resi Dea Simha.
Selang sepuluh menit kemudian maha guru membuka matanya, kini dihadapannya ke 3 murid yang sudah dianggap sebagai anak duduk bersila menunggu dirinya memberikan blessing.
"Wan Wan..mendekatlah anakku, buka kedua telapak tanganmu"
Wan Wan mengikuti perintah maha guru dan merentangkan kedua tangan sekaligus membuka telapak tangannya.
Hang Zhu sang maha guru merapalkan mantra, ia mengangkat kedua tangannya keatas Ubun ubun. Dan kemudian meletakkan tangannya diatas kedua telapak tangan Wan Wan.
Seberkas cahaya biru mengalir dari tubuh Hang Zhu dan masuk kedalam telapak tangan Wan Wan. Priya gagah perkasa itu merasakan sebuah getaran keras dan memaksa masuk kedalam tubuhnya.
"Tahan Wan Wan! Jangan kepaskan tanganku!" teriak Hang Zhu. Sejurus kemudian cahaya biru itu semua telah menghilang masuk kedalam tubuh Wan Wan.
"Sudah! semua sudah masuk kedalam tubuhmu. Ini adalah ilmu mencakar langit. Hanya digunakan apabila semua keahlian silatmu tak mampu lagi menghalau musuh..sangat berbahaya, jadi digunakan dalam keadaan posisi ahir. Nanti dari tanganmu akan keluar cahaya biru dan ia mampu menghancurkan apa saja, batu, pohon besar atau apapun.."
Wan Wan merasakan beban berat dikedua tangannya. Bahkan ia tidak dapat mengangkatnya, ia biarkan kedua tangan dilantai.
"Tidak apa apa..dalam beberapa saat lagi ia akan menjadi ringan..biarkan dilantai dulu" ujr Hang Zhu melirik kearah Wan Wan.
Kemudian Hang Zhu mengalihkan pandangannya kepada Lu Jia, ia memanggil Lu Jia dengan menggerakkan jari telunjuknya, Lu Jia beringsut mendekat maha guru.
"Tolong ambil kotak besar itu" kata Hang Zhu sambil menunjuk kesebuah kotak berwarna merah.
Hang Zhu membuka kotak besar itu dan mengeluarkan 2 pedang. 1 besar dan 1 kecil. Ia menyerahkan kedua pedang itu kepada Lu Jia.
"Ini adalah pedang milik permaisuri Liu Kang. Dengan pedang pedang ini khusus engkau kuberikan tugas untuk memenggal kepala kaisar Zao Gao. Permaisuri berpesan waktu dulu sebelum ajalnya berahir agar dengan pedang pedang ini sesorang dari laskar harus bisa memenggal kepalanya. Jangan kau perlihatkan lambang kerajaan kepada orang lain. Lambang ini khusus kepunyaan kaisar Qin Shi suami permaisuri Liu Kang"
Terahir Hang Zhu memandang anak didiknya yang paling muda. Hang Zhu memanggil pemuda itu.
"Hehe Shu Peng! sini kamu nak" Dari ke 3 memang Shu Peng yang paling ia sayangi. Hang Zhu menarik sebuah kotak panjang dari bawah tempat tidurnya, ia membuka dan menarik pelan pelan sebuah pedang besar dimana pada tengah tengah bilah pedang terdapat ukiran naga berwarna hijau keemasan.
"Terimalah pedang naga hijau ini..Inilah pedangku yang aku pakai dalam pertempuran dahulu kala ketika menyerbu kerajaan Gremsing. Pedang ini warisan dari maha resi Dea Simha yang didapat dari sebuah kawasan selatan nirwana"
"Terima kasih maha guru Hang Zhu!" serentak ketiga laki laki gagah perkasa memberi hormat.
"Berangkatlah kalian dan aku doakan keselamatan kalian semua..ingat! Jangan sampai kalian tertangkap! Saling bantu satu sama lain, apabila sangat berbahaya makan buah kurma, jangan sampai mereka menangkap dan menyiksa mu!"
Ke 3 pendekar gunung HuangShan memberi hormat dan berjalan keluar rumah, mereka langsung disambut deru angin pagi yang amat dingin.
"Tutup badan kalian dengan mantel!" teriak Wan Wan.
...<●○●○●○>...
"Ka Wan Wan! ayo kita lompat! udara ini terlalu dingin untuk berjalan!" teriak Shu Peng.
Setelah ke 3 pendekar itu mengenakan mantel tebal..satu persatu tubuh nereka melenting tinggi diudara dan kira kira 5 meter mereka hinggap didahan pohon dan melenting lagi.
Setelah 1 jam mereka melompat dan melompat ahirnya mereka sampai dipinggir sebuah telaga.
"Kita berhenti sebentar di telaga itu!" teriak Wan Wan.
Ke 3 pendekar itu berhenti melompat dan mulai berjalan. Mereka tidak sadar sepasang mata memperhatikan. Dengan gerakan super pelan ia mengambil sebuah batu berukuran satu jempol.
Wiisssh..
Yang pertama kali merasakan adanya sebuah benda melayang secara kilat adalah Wan Wan. Ia melirik kekiri..
"Awas!" teriaknya.
Wan Wan meloncat keudara salto kebelakang dan menangkap batu misterius dan dengan gerakan super cepat ia melepaskan batu itu kepada Sang pengirim. Kali ini ia lempar dengan sedikit tenaga dalam.
Tidak jauh dari posisi Wan Wan dan teman temannya mereka melihat sosok meloncat dan mendarat dengan ringan ditanah.
"Tidak salah! hehe.." ia tersenyum dan kini terbang kearah Lu Jia.
"Lu Jia!" teriak Wan Wan.
Lu Jia sudah lebih dulu menyiapkan diri dan membuka jurus perangkap bambu. Kedua tangan ia rentangkan.
Dalam hitungan detik, datanglah pukulan dan tendangan. Lu Jia sibuk menangkis semua serangan dan tidak bisa menangkap wajah sang penyerang.
Dalam satu kesempatan penyerang berhasil menyepak kaki kanan Lu Jia hingga ia oleng dan ketika oleng itulah si penyerang menghujamkan satu jari telunjuk kedada Lu Jia.
Seketika Lu Jia kaku, seluruh badannya mengencang.
"Hehe..huup!" Dengan sekali tekan tubuh Lu Jia lemas kembali namun ia jatuh ditanah seakan tidak punya tenaga.
Penyerang itu duduk bersila dihadapan Lu Jia, ia menyalurkan kekuatan ketubuh Lu Jia hingga ahirnya kekuatan Lu Jia bangkit.
"Maafkan aku sobat..aku hanya ingin berkenalan" ucap sipenyerang.
Geram, Lu Jia memukul dada sipenyerang, namun ia tidak menangkis dan membiarkan pukulan keras itu menghujam dengan keras.
Ia jatuh terkapar..muntah darah segar dari mulutnya.
"Hah?? kenapa tidak kau tangkis?!" tanya Lu Jia.
Sipenyerang tersenyum dan mengatupkan kedua tangan didadanya.
"Perkenalkan nama saya Bahadur Syam, saya tau siapa kalian bertiga..kalian adalah para murid maha guru Hang Shu"
...■□■□■□...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments