Telah muncul I Han.

Wan Wan mendekat dan ia mengucap salam hormat.

"Maafkan kami..kami tidak mengenal anda dan dari negara manakah anda?" tanya Wan Wan hati hati.

"Ayah saya dan maha guru Hang Zhu adalah sahabat kental, ayah saya dulu diutus Maha resi Dea Simha untuk menolong laskar hijau yang dipimpin oleh Hang Zhu namun beliau gugur dalam pertempuran bersama banyak para kesatria laskar hijau..kini saya datang ketanah cina untuk menebus kekalahan ayahku"

"Dari mana anda tau bahwa kami para murid maha guru Hang Zhu?" cecar Wan Wan.

"Kalian bertiga memakai ikat rambut warna hijau dan emas..mungkin maha guru lupa menyuruh kalian untuk mengganti ikat tali rambut..sebaiknya kalian lepaskan dan ganti dengan warna hitam saja"

"Hmm..betul juga katamu..siapa nama ayahmu?"

"Beliau bernama Rangga Syam, panglima perang negara Argasthan"

"Baik..kenalkan saya Wan Wan, ini Lu Jia dan yang muda itu Shu Peng..kita akan istirahat ditelaga dan nanti berangkat lagi"

"Mohon maaf atas kelancangan saya" Ia kembali mengatubkan kedua tangannya didada.

Ke 4 pendekar itu berjalan dengan gagah menuju tepian telaga dan beristirahat disana.

...<●○●○●○>...

"Bahadur..sebentar lagi kita harus berangkat menuju pantai, diusahakan sore ini disana..masalahnya kontak kita akan menunggu diYuYang. Sedikit saja kita terlambat maka kontak kita akan menghilang dan kita akan hilang arah"

"Baik..kalau begitu sekarang saja, mumpung masih siang" jawab Bahadur.

Ke 4 pendekar berdiri..satu persatu mereka melesat dan menghilang. Kecepatan dan ketrampilan Wan Wan dalam meringankan badan menarik perhatian Bahadur. "Hmm..ilmu meringankan tubuh Wan Wan sudah sempurna..cepat sekali ia bergerak, seperti angin saja" gumamnya dalam sambil mencoba mengejar Wan Wan.

Sebelum sore mereka telah berada ditepi pantai, Shu Peng yang pertama kali melihat sampan milik maha guru Hang Zhu.

"Lihat! tanda didepan sampan! itu perahu kita!" ucap Shu Peng.

Dengan cepat mereka mendatangi sampan dan mengecek semua sisi dan bawah sampan. Ternyata keadaannya bagus dan kuat.

Wan Wan mendongakkan wajahnya kelangit, ia geleng geleng kepala melihat tebalnya awan hitam dilangit.

"Kita harus berangkat sekarang! langit sangat hitam..sebelum badai datang kita harus sampai sana! Ayok naik semua!"

Beruntung badai hujan terlambat datangnya, dengan dorongan angin kencang perahu sampan bergerak cepat memecah ombak dan melaju kedepan.

Lewat 1 jam mereka berlayar Wan Wan melihat dikejauhan garis hitam memanjang.

"Sebentar lagi kita sampai! Tutup muka kalian dengan kain selendang, tutup juga pedang pedang kalian. Shu Peng pedangmu panjang sekali, dibungkus pake jubahmu supaya tidak terlalu menyolok. Liu Jia pakai topi capingmu"

...<●○●○●○>...

Pasar buah yang berada ditengah kota YuYang sebentar lagi bubar, beberapa pedagang sudah mulai membereskan dagangannya. Sore itu cukup banyak pelanggan yang datang dipasar dan salah satunya adalah seorang pendeta Budha, I Han.

Dari semenjak siang tadi ia berjalan keliling pasar mencari orang yang menjual kayu manis dan kemenyan.

Salah satu penjual kemenyan dari dataran Utara Cina merasa aneh, karena I Han membeli begitu banyaknya kemenyan dan kayu manis.

"Hai pendeta muda, untuk apa kemenyan sebanyak ini kau beli?" tanya sang penjual.

"Maafkan saya bapak..saya adalah pendeta Budha..sore ini saya akan berdoa banyak dikuil Lentera biru diatas sana..diperlukan banyak sekali kemenyan untuk acara doa itu" ucap I Han dengan lemah lembut.

"Hmm gitu ya..kau punya wang banyak untuk membayar semua ini?" tanya pedagang dengan suara ketus.

Tiba tiba dari sebelah kiri muncul seorang laki laki tua dan mengatakan,."Biarkan ia berbelanja..kalaupun ia tak mampu saya akan membantunya"

I Han terkejut dan menoleh kearah laki laki itu seraya menundukkan kepalanya. "Om Mani padme hom.." ucap I Han sambil mengatubkan kedua telapak tangan didadanya. Ia mengucapkan doa yang artinya: "Aku bersujud kepada permata dalam teratai"

Laki laki tua itupun menundukkan kepalanya dan tersenyum.

Setelah berbelanja I Han meninggalkan pedagang dan beranjak pergi sebelum meninggalkan bapak tua itu.

Sang bapak mengejar dengan jalan cepat, entah bagaimana pergerakkan jalan I Han begitu cepat. Ia berjalan dengan belok kekanan dan kekiri meliwati para pelanggan pasar yang terlihat masih cukup ramai berdesakan.

"Heh..? cepat sekali dia bergerak..tidak salah penglihatanku..itulah I Han anak asuh pendeta terkenal Fa Shien" ucap pak tua..ia berjalan pelan tidak sanggup mengikuti gerak I Han. Ia mendekati beberapa kursi dipinggir pasar dan duduk disana.

Tiba tiba dari arah belakang punggung ia mendengar seseorang.

"Apa yang kau cari pak tua?"

Bapak tua itu kaget dan menileh kebelakang. I Han sudah berdiri dibelakangnya dengan senyum diwajah.

"Oh..cepat sekali kau bergerak" Pak tua itu berdiri dan membisikan didekat wajah I Han.

"Namaku Go Shi, aku ditugaskan mengumpulkan para pendekar..aku melihat pendeta sudah hadir disini..engkau adalah I Han murid Fa Shien..betul?" bisiknya.

I Han tidak mengucapkan kata kata..ia hanya menganggukan kepalanya dan mengucapkan..

"Om Amideva Hrìh.." atau dalam bahasa Indonesianya agar semua rintangan dan kesusahan dapat diatasi..

I Han adalah pendekar ke 5 yang akan ikut menyerang kerajaaan Grimseng. Ia ditugaskan Fa Shien seorang pendeta terkenal yang sudah melanglang buana untuk menumbangkan kaisar Zao Gao yang sangat bengis.

"Ayok..sambil menunggu yang lainnya kita singgah dikedai minum dulu"

Go Shi mempersilahkan pendeta muda I Han berjalan lebih dahulu sebagai penghormatan kepada pendeta.

...<¤●¤●¤●>...

Hampir saja malam turun dibumi YuYang, sampan Wan Wan telah sampai ditepian dermaga YuYan. Nampaknya para nelayan sedang bersiap siap untuk melaut.

Wawan dan rombongan seakan acuh kepada mereka para nelayan. Mereka sengaja bergaya seakan hanya pelancong kota yang baru saja mendarat dari perjalanan laut.

"Kita langsung mencari kedai minum ditengah kota..katanya Go Shi akan menemui kota disana"

ujar Wan Wan.

"Hati hati dengan polisi pantai..sebaiknya saudara Bahadur berpisah jalannya agar tidak terdeteksi"

Bahadur setuju dengan langkah santai ia berjalan kearah tukang jualan ikan dan menanyakan harga ikan ikan kecil.

Ke 3 pendekar dengan langkah sigap berjalan ketengah kota. Kota YuYan memang terkenal ramai dan banyak sekali wanita malam mulai keluar mencoba keberuntungan ditengah tengah hilir mudik para pelancong.

Karena kota pelabuhan, disana ada bermacam macam tipe ras. Ada Warga India, Arab, Persia dan juga suku Melayu bugis. Mereka semua berlayar dan mencoba peruntungan di negeri yang indah itu.

"Jangan lupa..jangan dekati wanita wanita sebagaimanapun cantiknya..Shu Peng tutup wajahmu!"

Wan Wan sadar bahwa Shu Peng yang berparas ganteng itu akan menarik perhatian kaum penjual cinta.

...■□■□■□...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!