Kalila bertemu Anggara di Cafe, beruntung malam ini ia minta izin libur bekerja karena satu alasan.
Pria itu sedang duduk seorang diri, seperti sedang menunggu seseorang. Ia sibuk bermain ponsel tanpa peduli sekeliling.
Datang seorang pelayan mengantarkan minuman, Anggara tampak ramah pada pelayan itu dan memberi uang lebih saat minuman langsung dibayar. Lagi-lagi Kalila ragu jika pria itu adalah seorang playboy, ada banyak perempuan cantik di Cafe malam ini tapi pria itu tampak biasa saja.
"Hai."
Kalila berani mendekati, ia sedang membawa sebuah gelas minuman yang masih baru. Gelas dan minuman yang sama dengan pesanan Anggara tadi.
Pria itu mengernyitkan dahi saat menoleh pada sumber suara.
"Nona Kalila?"
"Iya, syukurlah jika Tuan mengingatku."
"Kebetulan sekali," kekeh pria itu ikut berdiri sambil berjabat tangan dengan gadis cantik itu.
"Maaf, aku melihat mu duduk seorang diri. Apa kau menunggu seseorang?"
"Iya, aku menunggu teman lama. Kami berjanji bertemu disini."
"Sepertinya kau baru pertama kali kemari?"
"Wah, kau pandai menebak."
Tentu saja karena Kalila merasa selama ia bekerja di Cafe ini belum sekalipun ia melihat Anggara datang seperti malam ini.
"Apa boleh aku duduk? Aku juga sedang menunggu teman," ucap Kalila menahan malu.
Sejenak Anggara tertegun saat menatap gadis itu menyisipkan rambutnya ke belakang telinga. Ia berusaha menahan senyum, namun lamunannya buyar saat Kalila menegur.
"Tuan Anggara?"
"Ah, iya tentu saja.... Silahkan duduk."
Kalila bersyukur dalam hati jika pria itu tidak menolaknya.
"Maaf kemarin aku lancang membawamu ke kamar hotel, aku hanya tidak ingin kau kenapa-kenapa. Maaf juga tidak menunggu mu hingga sadar."
"Oh soal itu, seharusnya aku yang meminta maaf. Aku mengacaukan pertemuan kita, aku malu sekali kenapa bisa pingsan di restoran kemarin. Aku berterimakasih padamu, kau tidak meninggalkan ku mati disana sendirian."
Kalila tersenyum manis, membuat pria itu segera mengalihkan perhatiannya pada pandangan lain.
"Sudah seharusnya aku membantu," sahut pria itu ikut tersenyum mengingatnya.
"Terimakasih banyak Tuan Anggara."
"Soal pertemuan kita kemarin, sudah ku serahkan pada Don sekertaris ku, dia akan menghubungi mu nanti kapan bisa bertemu lagi membahas lebih lanjut proyek itu, karena lusa aku akan keluar kota."
Kalila mengangguk saja meski ia tidak mengerti sama sekali tentang pekerjaan yang Anggara sebutkan itu.
Lagi, Kalila berpikir keras tentang sosok Anggara. Pria ini tidaklah mencerminkan lelaki hidung belang, tutur katanya yang sopan, seperti pria baik-baik dan berpendidikan tinggi. Meski tampan namun tidak sombong.
"Maaf Nona, aku akan menerima telepon dulu. Sepertinya ada hal penting."
"Tentu, silahkan!" Kalila mendapat kesempatan dan memanfaatkan kala Anggara sedang lengah menerima telepon berdiri sedikit menjauh, gadis ini dengan gugup dan gemetar menukar minuman mereka.
"Huh, ini sungguh gila," gumam Kalila menetralisir perasaan takutnya.
Saat Anggara kembali ke meja, Kalila gugup bukan main, tangannya berkeringat.
Tanpa curiga, pria itu duduk dan meminum minuman milik Kalila yang sengaja ditukar.
"Ya Tuhan...." desis Kalila menggigit bibir bawahnya.
"Maafkan aku Nona, sepertinya aku akan pergi sekarang, temanku tidak bisa kemari karena ada sesuatu mendesak. Senang bertemu dengan mu," pamit Anggara sambil menjabat tangan Kalila lagi seolah mereka memanglah rekan kerja.
Kalila hanya bisa mengangguk saja. Diam-diam ia mengikuti Anggara yang menuju mobilnya, ia ingin melihat reaksi dari obat yang sengaja ia masukkan ke dalam minuman untuk menjebak Anggara jika sesuai rencana.
Benar saja, Anggara tampak lain saat ingin membuka pintu mobil. Kalila segera menopang saat pria itu terkulai.
Kalila melihat pria itu setengah sadar, ia segera menghubungi temannya satu pekerjaan untuk membantu membawa Anggara ke hotel murah tidak jauh dari Cafe, semua ini sudah direncanakan gadis itu dengan baik, entah kenapa semua rencana seperti berjalan lancar malam ini.
Kalila tidak ingin bertele-tele seperti kemarin, ia harus nekad dalam hal ini jika ingin cepat terbebas dari jerat Tuan Harun yang menakutkan.
Kalila menunggu Anggara terbangun, ia sudah mengunci pintu kamar hotel yang sengaja ia sewa untuk satu malam ini.
Kamera ponselnya sudah menyala di sudut kamar, guna mengambil gambar yang dikira akan membuat Diana sang tunangan Anggara menjadi mendidih dan merasa dipermainkan lalu meminta putus dari pria yang terus membuat Kalila gugup saat ini.
"Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan?" gumam Kalila dalam hati, ada rasa menyesal namun ia tidak bisa mundur lagi sekarang.
"Maafkan aku Bu, Kania maafkan kakak! Biarlah aku bertaruh kehormatan demi sebuah pelunasan uang 1 milyar itu."
Kalila menatap Anggara yang mulai terbangun.
"Tuan Anggara, maaf aku lancang membawa mu kemari.... Aku tidak tahu harus berbuat apa, kau pingsan. Kebetulan aku menginap di hotel ini, jadi ku bawa kau kemari karena aku tidak bisa menyetir untuk mengantarmu pulang. Lagi pula aku tidak tahu alamat mu."
Kalila berpura menjelaskan.
Anggara memijat kepalanya, ia menatap Kalila dengan perasaan lain, badannya panas seketika menatap indahnya sosok perempuan di hadapannya saat ini, Kalila berdiri dengan dress berbahan lembut jatuh mengikuti lekuk tubuhnya berwarna Milo.
Dada yang berukuran di atas rata-rata membuat sesak kejantanannya saat ini. Gila, ternyata gadis yang baru dua hari berkenalan dengannya itu sungguhlah cantik dan seksi. Sempurna sebagai perempuan yang menggugah selera pria normal seperti Anggara. Terlebih dalam pengaruh obat perangsang pula.
"Maafkan aku Nona Kalila, aku merasa terjadi sesuatu padaku. Aku benar-benar tidak bisa menahannya, kau cantik sekali. Aku menginginkan mu sekarang, aku tidak bisa menahannya lagi."
Anggara berkata sambil meraih pinggang Kalila, tangannya yang lain ia raih leher gadis itu lalu mulai mencium bibir Kalila tanpa permisi.
Gelanyar hasrat Anggara kian muncul saat tangannya mulai naik turun di punggung gadis itu. Kalila tidak menolak, entah kenapa ia pun ikut terbawa suasana.
Anggara semakin liar mencium dan merenggut manisnya bibir ranum Kalila yang tidak pernah berciuman sebelumnya.
"Ini sudah terlanjur, aku milikmu malam ini Tuan Anggara," gumam Kalila dalam hati.
Anggara tidak berbasa basi lagi, ia menjatuhkan dirinya dan tubuh Kalila ke ranjang berukuran queen size itu.
Setelah melepaskan semua benang yang melekat, Anggara sibuk menciumi leher hingga bermain dada gadis itu. Liar semakin liar.
"Aku inginkan ini sekarang juga, aku sungguh ingin gila Nona Kalila, kau benar-benar sempurna dan cantik, cantik sekali," puji Anggara sambil membuka paha gadis itu seolah meminta izin seraya memaksa.
Kalila meneteskan air mata, "Aku sudah dibayar untuk hal ini Tuan Anggara, kau bebas melakukannya, aku mohon lakukan dengan perlahan, ini pertama kalinya untuk ku."
Mendengar suara tangis Kalila membuat Anggara semakin menginginkan gadis itu, sepenuhnya, sampai kinerja obat itu tuntas.
"Aku akan masuk sekarang!"
Bersamaan dengan ekspresi wajah yang meringis dari Kalila, jari lentiknya mencengkram rambut pria itu kuat-kuat seolah menahan sesuatu.
"Oh.... " desis Anggara setelah berhasil masuk setelah kesusahan.
"Kau masih perawan?" Anggara tidak menyangka, ia sedang memerawani seorang gadis saat ini.
Kalila tidak menjawab, ia hanya menoleh ke lain arah, menetralisir perasaannya yang menyesal bukan main.
"Aku akan melakukannya dengan pelan."
"Oh sial..... Kau benar-benar membuatku gila Nona Kalila," racau pria itu memejamkan matanya menahan nikmat.
Sejenak kemudian, ia menjadi liar lagi menjamah setiap inci tubuh gadis Kalila untuk pertama kalinya. Menghantarkan hasrat yang memuncak, sinyal-sinyal kenikmatan duniawi hingga Kalila pun terbuai dan mulai melupakan rasa perih di bawah sana disaat Anggara lihai memberinya sakit yang kini berubah kenikmatan.
Lama bermain, hingga mencapai puncak dan menabur benihnya pada rahim Kalila meski Kalila memohon untuk tidak menanamkan di dalam, namun Anggara menolak, ia tetap mengeluarkan airnya di dalam inti jiwa Kalila.
Anggara benar-benar berada dalam kegilaan yang besar.
Mereka menuntaskan apa yang seharusnya dituntaskan, lalu lelap saling berpelukan, malam yang panjang sekaligus melelahkan.
Pagi harinya.
Anggara mulai membuka mata, ia menoleh ke samping terdapat gadis yang ia nodai semalam. Kalila hanya duduk memeluk lututnya dalam selimut tebal, matanya menatap kosong pada lain arah.
Raut menyesal menguasai gadis itu sekarang.
Anggara mendudukkan dirinya, ia beralih ke sisi ranjang lalu memungut celananya dilantai lalu memakainya segera.
Ia ikut duduk di samping Kalila yang masih diam.
"Nona Kalila, aku benar-benar minta maaf. Aku bisa bertanggung jawab jika kau merasa tidak terima, aku tidak akan lari. Percayalah."
"Semua sudah terjadi, lupakanlah. Segeralah mandi dan berpakaian, aku tidak bisa berlama disini."
Anggara terdiam, ia tidak berani bersuara lagi. Ia mengangguk lalu menuju kamar mandi, Kalila melihat punggung pria itu lalu menangis lagi.
Sedang Anggara di kamar mandi, mata Kalila tidak sengaja menangkap sebuah dompet yang tampak tercecer isinya. Ia tertarik melihat kartu nama dan identitas pria yang sedang mandi itu.
Kalila memungutnya, ia menutup mulut saat membaca kartu nama sekaligus kartu identitas milik Anggara.
"Anggara Mahardika?"
Kalila menelan ludah.
"Tuan muda Anggara Mahardika?" ulangnya lagi.
"Huh, aku tahu sekarang..... Aku benar-benar dalam masalah besar."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
hutang ternyata bisa meruntuhkan iman dan kehormatan...
pesan moral agar kita berhati-hati dlm menginvestasikan dana, sekalipun dgn teman sendiri, dan jgn sampai terlibat dgn yg namanya utang riba (rentenir)
2022-07-07
1
Naura Qirani
lanjut tor jngn lama2 seru ceritanya...
2022-07-07
1
Mommy Dalsyi
masuk favorit, yok thorrrr lanjutkaaannnn
2022-07-07
1