Kalila menjelaskan pada ibunya tentang uang 1 milyar yang ia bawa pulang saat ini. Ia berhasil meyakinkan ibunya bahwa uang itu sebagai pinjaman dari bosnya di Cafe, dan gajinya akan dipotong setiap bulan tentu akan terus terikat bekerja di sana sampai hutang lunas.
Setelah melunasi hutang, masih ada tersisa uang dari 1 milyar, Kalila dan ibunya gunakan untuk membayar kontrakan rumah yang kebetulan habis akhir bulan ini, selebihnya untuk kebutuhan adiknya yang akan lulus SMA.
Pukul 10 pagi.
Kalila bertemu dengan orang suruhan Tuan Harun yang telah membeli jasanya sebagai pelakor bayaran tidak jauh dari rumahnya, ia dijemput dengan mobil SUV mewah.
"Kenapa kita ke salon?" tanya Kalila saat mobil yang membawanya berhenti di depan salon kecantikan ternama.
"Tentu kau harus cantik dan terlihat menarik sebelum bertemu target mu nanti, jika berpenampilan seperti ini apa kau kira lelaki playboy itu bisa suka padamu? Tidak mungkin bukan?" jawab Dina yang mengenalkan diri sebagai sekretaris Tuan Harun itu seraya membuka pintu mobil bagian Kalila.
Gadis itu terdiam, ia melirik pakaian dan penampilannya saat ini. Benar, siapa yang akan tertarik dengan gadis miskin seperti Kalila, semuanya tampak biasa saja. Karena yang akan ia goda adalah lelaki playboy yang sudah tentu pula mahir dalam menilai wanita cantik.
Di Restoran Hotel Mahardika Luxury.
"Ingat, tugasmu membuat pria itu tergoda akan kecantikan mu, pembahasan pekerjaan menjadi nomor dua. Tunjukkan bahwa kau gadis yang benar-benar menggoda iman pria itu." Dina mengingatkan Kalila sebelum mereka berpisah.
"Baik, aku mengerti."
Setelah berpisah, Kalila yang telah didandani cantik mulai duduk di sebuah meja yang telah diatur dalam sebuah ruangan private, tempat biasa para pengusaha meeting.
Kalila menetralisir kegugupannya dengan bernapas dalam beberapa kali. Ia tidak pernah bekerja kantoran sebelumnya, mana bisa ia mengerti dengan cepat apa yang telah Dina ajarkan tadi. Kalila bahkan tidak pernah makan di restoran mahal seperti ini, apalagi harus bertemu dengan seseorang yang akan ia goda.
"Aduh..... Ini benar-benar gila, kenapa aku gugup sekali," gumam Kalila sambil menarik napas dalam-dalam.
Sampai pandangannya mengarah pada seseorang yang datang bersama seorang pelayan dari restoran.
Gadis ini tercengang. Tanpa sadar ia berdiri, pria itu tampan dan gagah. Penampilan formal yang berkharisma, sungguh kata playboy jauh dari wajahnya yang dingin dan teduh. Sejenak Kalila terpesona, demi apa pria itu seperti dewa yang tersesat di dunia manusia.
"Nona Kalila, ini Tuan Anggara sudah datang," ucap sang pelayan yang juga merupakan orang suruhan Tuan Harun.
Kalila tergagap, ia mengangguk lalu mengulurkan tangannya dengan gerakan cepat.
"Kenalkan aku Kalila, aku utusan dari PT. Bima Tama, perusahaan konstruksi yang akan mengerjakan proyek anda di Sumatera."
Kata-kata Dina begitu lancar Kalila ucapkan, ia menjadi ingat semua yang Dina ajarkan tadi.
"Aku Anggara, silahkan duduk kembali. Santai saja, jangan terlalu formal, maaf sekretaris ku sedang di jalan mungkin dia akan datang sedikit terlambat."
Suara berat itu menjawab seraya menyambut tangan Kalila yang dingin dan berkeringat karena terlalu bersemangat.
Gadis itu tersenyum malu, inikah lelaki yang akan ia goda?
Kalila merasa harga yang wajar jika 1 milyar ia terima jika mampu menaklukkan si pria sempurna di hadapannya ini. Kesempatan dalam kesempatan pikir Kalila.
Percakapan yang normal tentang pekerjaan, namun saat Anggara lengah, Kalila berpura menumpahkan gelas jus hingga mengotori tangan pria itu.
"Oh, aku benar-benar tidak sengaja, maafkan aku Tuan."
Kalila meraih tangan Anggara lalu mengelapnya dengan tisu, usapan tangan lembutnya membuat Anggara tertegun, melihat wajah cantik utusan dari PT Bima Tama itu yang sangat dekat dengannya saat Kalila beralih duduk di sampingnya hanya untuk mengelap tangannya yang tertumpah jus tomat.
Sama-sama diam, Anggara tidak menolak. Ia sibuk memperhatikan wajah oval itu, alis lebat yang terukir indah di atas mata, bulu mata asli yang lentik dan tebal, pemandangan yang tidak biasa.
Kalila tersenyum, ia tahu Anggara memperhatikannya, ia sengaja mendongak dan mata mereka bertemu. Kalila tersenyum dibuat semanis mungkin.
"Maaf, aku lancang menyentuhmu."
Lamunan pria itu buyar, entah ia terpesona atau tidak yang pasti dadanya cukup gugup saat bertatapan dengan mata cokelat milik gadis itu.
"Tidak masalah, ayo lanjutkan!" jawab Anggara tak kalah canggung.
Kalila duduk kembali pada kursinya, kembali sedang membahas pekerjaan, Anggara melihat wajah Kalila yang tampak meringis seperti menahan sakit.
"Nona Kalila, kau kenapa?" tanya Anggara heran.
"Ah..... Sepertinya sakit kepala ku kambuh," jawab Kalila seraya memegang kepalanya seolah sakit hingga meringis.
Anggara tampak menatap Kalila dengan serius.
"Nona, kau baik-baik saja? Bagaimana jika kita membahas ini lain waktu, sebaiknya kau pulang saja, apa kau datang sendiri?" ucap Anggara segera saat merasa tidak tepat untuk melanjutkan pertemuan itu.
Kalila mengangguk, "Maafkan aku Tuan, maaf sekali, aku suka sakit kepala sebelah jika terlambat makan."
"Baiklah, bertahanlah sebentar. Aku akan menghubungi seseorang agar mengantar mu pulang."
Kalila melihat Anggara yang sibuk menelepon seseorang.
Kalila berdiri, dengan sengaja ia condong ke arah Anggara dan ia berpura pingsan setelah pria itu terkejut mendapati Kalila yang sudah jatuh ke pengakuannya yang sedang bicara di telepon hingga ponselnya terjatuh.
"Astaga..... Nona Kalila? Nona, nona."
Anggara terus memanggil gadis itu namun tidak ada pergerakan, pria itu hanya mendesis kesal, meski terpaksa ia tetap menggendong gadis cantik yang terkulai dalam pelukannya itu keluar dari ruangan private tersebut guna mencari bantuan.
"Maaf, Tuan bisa membawa gadis ini ke ruangan sebelah sini saja," tegur salah satu pelayan restoran.
"Beri aku jalan! Gadis ini berada dalam tanggung jawab ku sekarang!" perintah pria itu pada dua pelayan restoran yang ingin membantu, tapi entah kenapa ia tidak menuruti mereka yang menawarkan ruangan untuk gadis itu dibaringkan.
Tanpa ia sadari seorang memotret pemandangan itu bahkan sejak awal bertemu, seperti hasil yang diinginkan.
Sesekali Kalila membuka matanya diam-diam memperhatikan wajah tampan yang berhasil menggendongnya. Sungguh menyenangkan berada dalam gendongan pria tampan.
Sampai kamar hotel ia dibaringkan, lalu pria itu segera keluar setelah memanggil pelayan hotel untuk menemani Kalila hingga sadar.
Baru akan berpura sadar, terdengar suara gaduh dari luar, suara perempuan marah-marah memaksa masuk.
Kalila sempat mengintip dengan matanya yang ia buka separuh, lalu segera terpejam lagi saat perempuan itu berhasil masuk. Ia kembali berpura tidak berdaya.
"Aku kecewa padamu, lihat ini!" Kata wanita itu pada Anggara yang menjelaskan padanya jika yang terjadi hanya salah paham.
Sambil berteriak ia memberikan ponselnya berisi foto Anggara dan Kalila saat di restoran tadi hingga ia menggendong Kalila sampai ke kamar hotel.
"Kau hanya salah paham Diana, aku hanya menolongnya tidak lebih, kasihan dia..... Dia pingsan, jangan percaya foto ini, aku tahu sepertinya seseorang memang ingin kita bertengkar."
"Menolong tapi tidak membawa ke kamar mu juga bukan?"
Anggara terdiam, ia melirik Kalila yang masih terpejam. Tidak ada yang mencurigakan.
"Maafkan aku. Percayalah..... Bukankah sudah biasa kau menerima foto-foto seperti ini? Jangan cepat percaya, aku tidak berselingkuh, sejauh ini apa ada yang terbukti?"
"Kita sudah bertunangan Diana, kenapa kau masih saja tidak percaya padaku?"
Diana terdiam, ia memang selalu menerima foto-foto Anggara dengan wanita lain yang berbeda akhir-akhir ini, namun hingga kini belum ada bukti pasti jika pria yang ia cintai itu mengkhianatinya. Tapi kali ini Diana merasa benar-benar marah, Anggara tidak pernah membawa wanita hingga ke kamar hotel apapun alasannya.
Ia melirik wanita cantik yang terbaring di ranjang.
"Tapi foto mu ketika bertatapan di restoran itu membuat ku benar-benar cemburu. Itu bukan tatapan biasa, siapa sebenarnya gadis itu?"
"Tenanglah itu hanya perasaanmu saja, aku baru bertemu dia sekali ini, dia utusan baru PT Bima Tama."
Diana akhirnya terbujuk juga oleh rayuan Anggara, mereka berpelukan lalu berbaikan. Anggara membawa Diana pergi dari sana setelah memberi perintah pelayan hotel untuk menjaga gadis pingsan itu sampai sekretarisnya Don datang.
Kalila bernapas kasar, sungguh ia cemas.
"Bagaimana jika aku ketahuan tadi? Huh, ini cukup berbahaya. Nona itu tampak menakutkan," gumam Kalila setelah mereka pergi dari sana.
Kalila merasa belum berhasil saat ini, Anggara dan tunangannya berbaikan dalam waktu singkat. Iya setidaknya itu awal yang bagus untuk pertemuan pertama pikir Kalila. Tuan Harun segera menghubunginya, ia memberi pujian atas kerja Kalila hari ini. Itu artinya Tuan menakutkan itu mengawasi segala gerak geriknya.
Tuan Harun juga mengatakan bahwa nanti malam Anggara akan menghadiri pertemuan dengan teman lamanya di Cafe Carita tempat Kalila bekerja.
Senyum devil gadis ini tampilkan. Terbesit sebuah ide gila di kepalanya. Biar bagaimanapun ia tahu ini permainan berbahaya, Tuan Harun bukan orang sembarangan, namun ia telah memakan budi uang 1 milyar yang telah menyelamatkan ibunya, kini saatnya menuntaskan hutang itu agar tidak terlalu lama berada dalam tekanan Tuan Harun.
"Lebih cepat putus lebih baik bukan? Sudah seharusnya memberi hal yang sebanding dengan uang 1 milyar."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Lisa
lanjut
2022-08-25
1
Dwisya12Aurizra
novel ini ikutan event ya thor
2022-07-07
1
Naura Qirani
seru tor ceritanya
2022-07-07
1