Di kamar Fitri.
Fitri membuka mata saat merasakan pelukan Randi.
Mas! Apakah aku ada di hatimu? Kita sudah menikah selama sepuluh bulan, apakah tidak ada sedikit pun perasaan mu padaku? Apakah ada perasaan bersalah Mas padaku, ketika Mas berselingkuh di belakang ku? Mas, aku mencintai mu, sungguh! Ku harap, tiap malam Mas tidur memeluk ku...seperti malam ini. Pelukan Mas menghangatkan ku.
Ia menghela nafas, membalikkan badan dengan perlahan, menghadap Randi. Ia melihat Randi telah tertidur. Perlahan tangannya terangkat, membelai wajah Randi, ia pun memeluk Randi dan tertidur.
*
*
*
Malam hari, di kediaman Cindy.
”Bagaimana sekarang? Apakah Randi sudah mendapatkan 60% sahamnya Fitri? Apakah Randi sudah bersedia menikahi mu dan menceraikan Fitri?” tanya Dian. Cindy menghela nafas. Papanya selalu saja menanyakan hal itu jika ia datang mengunjungi dirinya.
”Papa! Tidak semudah itu, Papa! Semua butuh proses! Bagaimana dia mau memberikan sahamnya pada Randi? Sekarang saja... Fitri... entahlah dia akan bagaimana! Dia telah tahu aku dan Randi berselingkuh, bahkan Fitri tahu aku sudah hamil anaknya Randi!”
”Apa?!” Dian terkejut, ”Bagaimana bisa dia tahu? Apakah Randi yang memberitahukan padanya?”
Cindy menggeleng. ”Bukan, Pa! Aku pergi ke rumahnya Fitri menemui Randi. Saat itu Fitri sedang keluar rumah, jadi... aku nekat untuk datang. Gak taunya pas aku dan Randi lagi di kamar... Fitri datang dan memergoki kami berdua...sedang melakukan hubungan intim,” ungkapnya.
”Astaga!! Cindy!!” Dian mengusap kasar wajahnya. ”Kalau sampai Fitri menceraikan Randi, bahkan saham yang di miliki Randi dari Raihan, akan di tarik kembali oleh Fitri! Jika Randi sudah tidak punya apa-apa lagi, lalu bagaimana dengan kamu? Bagaimana dengan hutang ayah?” Dian sangat khawatir jika itu terjadi, maka, tidak tempat baginya lagi untuk meminta uang.
”Papa, Papa tenang saja! Andika, ayah Randi juga tidak akan membiarkan Randi bercerai begitu saja dengan Fitri. Dia akan berusaha mempertahankan hubungan Fitri dan Randi sampai Fitri memberikan 60% sahamnya untuk Randi.”
”Bagaimana jika Fitri tidak ingin memberikan sahamnya pada Randi dan juga mempertahankan Randi sebagai suaminya? Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Dian, ia sangat serius melihat Cindy, anak semata wayangnya itu.
Cindy terdiam. Pertanyaan papanya benar! Apa yang akan dia lakukan jika Fitri tidak memberikan sahamnya pada Randi? Apa yang akan dia lakukan jika Fitri menahan Randi di sisinya? Apalagi Fitri adalah istri sah dari Randi dan mengandung anaknya! Dan Randi, demi harta dan keinginan papanya, pasti Randi akan bertahan dengan Fitri.
Bukan hanya itu... Randi pasti ada perasaan sama Fitri, makanya Randi menyentuh Fitri hingga hamil. Lalu, bagaimana jika Fitri menyuruh Randi menceraikan dia? Bagaimana nasibnya? Bagaimana nasib anak yang di kandungnya?
Tidak! Aku harus segera melakukan sesuatu. Aku tidak ingin semua hal itu terjadi. Fitri dan anaknya itu yang harus pergi dari sisi Randi. benak Cindy.
”Papa, aku pastikan cepat atau lambat, Fitri akan mati bersama anaknya! Aku tidak akan membiarkan aku dan anakku terlantar begitu saja!”
Dian tersenyum licik. ”Bagus! Kalau kamu butuh bantuan Papa, Papa akan membantu mu. Sekarang, Papa pulang dulu.” Dian beranjak berdiri.
”Iya, Pa.”
”Ingat, Kita hanya di beri waktu Tiga bulan oleh mereka untuk membayar hutang. Dua bulan telah berlalu, sebulan ini...pergunakan waktu dengan baik.” Dian mengingatkan Cindy.
”Tenang saja, Papa. Sekarang waktunya Cindy yang bertindak. Papa pulanglah! Di saat mereka datang, mereka akan mendapatkan uangnya kembali. Hutang Papa di pastikan lunas.”
”Hum, Papa pergi!” Dian beranjak melangkah keluar dari rumah Cindy.
”Bi, kunci pintunya. Aku pergi istirahat.” Teriak Cindy memerintah bibi art-nya.
”Baik, Non!” Sang bibi bergegas pergi ke depan dan mengunci pintu rumah.
*
*
*
Keesokan paginya, di rumah Fitri.
”Masakan mu memang tiada bandingnya, Fitri. Sangat enak dan lezat.” Puji Randi. Ia memasukkan lagi makanan di mulutnya. Makanan rumahan yang lezat seperti itu tidak bisa ia dapatkan dari Cindy.
”Terima kasih, Mas. Aku masak hanya untuk Mas,” senyum Fitri melebar melihat suaminya. Ia selalu merasa puas dan senang Randi sangat menyukai masakannya.
”Mas beruntung bisa menikmati masakan mu,” Randi kembali menggoda Fitri. Ia telah selesai makan.
”Mas berangkat ke kantor ya. Kamu baik-baik di rumah, kalau ada apa-apa, hubungi Mas.” Randi berdiri.
”Iya, Mas.”
Randi berjalan mendekati Fitri. Ia mengecup kening Fitri dan bergegas pergi dari dapur.
Fitri kembali melanjutkan makannya.
Aku harus membuat Randi menceraikan Cindy setelah Cindy melahirkan anaknya. Anaknya... biar aku saja yang rawat. Aku akan merawatnya dengan baik bersama anakku nantinya.
Fitri mengelus perutnya yang masih datar.
*
*
*
Di kantor Randi.
”Cindy? Bagaimana kamu bisa kesini, pagi-pagi begini?” Randi terkejut saat membuka pintu ruangannya, ia melihat Cindy yang sudah duduk di sofa. Ia berjalan menghampiri Cindy.
Cindy berdiri dan memeluk Randi, ”Aku merindukan mu, Randi.”
”Iya, aku tahu! Ayo, duduk, apa yang membuat mu datang kemari pagi-pagi begini? Kenapa gak menunggu ku di rumah saja?” Randi duduk di kursi setelah Cindy melepas pelukannya.
”Aku gak bisa diam dan duduk menunggu mu di rumah. Kalau aku rindu...aku akan mendatangi mu di manapun kamu berada,” jawab Cindy.
”Tapi, untuk sementara kamu jangan datangi aku di kantor! Takutnya nanti Fitri melihat mu di kantor, dia tidak akan senang.”
”Aku tidak peduli dengan dia!” Cindy berkata ketus.
”Kamu gak peduli, tapi aku sedikit peduli. Aku takut dia akan bersikap lain padaku...dan untuk mendapatkan sahamnya...akan semakin sulit,” jelasnya, tangannya membelai wajah Cindy. Berharap wanita itu bisa mengerti keadaannya.
”Apa? Fitri bersikap lain padamu? Apa dia marah padamu setelah kejadian itu?” Cindy penasaran. Randi menghela nafas, kepalanya di sandarkan di bahu sofa.
”Dia marah...tapi cuma sebentar saja. Hanya saja--” Ucapannya terhenti di pangkas oleh Cindy.
”Apa dia menyuruh mu menceraikan aku?”
”Bukan, sayang! Dia menyuruhku untuk menandatangani surat pemisahan aset,” wajahnya kesal mengingat itu.
”Surat pemisahan aset?” Cindy serius melihat Randi. Randi mengangguk.
”Aset miliknya termasuk saham milik papanya yang ada di tangan ku... itu milik Fitri. Milikku hanya apa yang ada sebelum aku menikah dengan Fitri,” jelasnya.
Cindy terdiam. Apa yang dia bicarakan dengan papanya semalam adalah benar! Lalu, apakah yang ada di pikirannya semalam juga akan terjadi? Cindy menggeleng.
”Randi, apa kamu mencintai Fitri? Apa kamu menginginkan anakmu yang di kandung Fitri?” tanya Cindy penasaran.
Randi terdiam sesaat. Dia akui dia memang punya ketertarikan pada Fitri. Tapi, dendamnya lebih besar dari perasaannya. Anak? Dia tidak ingin ada ikatan apapun dengan Fitri, apalagi anak.
”Hei, Randi? Apa yang kamu pikirkan? Jangan bilang kamu benar-benar mencintai Fitri!” Cindy kesal dan cemberut.
”Eh, em...tidak! Aku tidak mencintai Fitri, anak itu juga aku tidak menginginkan nya! Aku tidak ingin memiliki ikatan apapun dengan Fitri.” Randi berdiri dari sofa dan berjalan ke kursi kerjanya.
”Benarkah?” Cindy berjalan mengikuti Randi.
”Tentu saja! Jika tidak ada hal lain lagi... kamu kembalilah, aku ingin kerja sekarang.”
”Baik, sayang. Aku pergi dulu, kamu baik-baik bekerja...” Cindy mencium pipi Randi. Ia melangkah keluar dari ruangan Randi.
Di luar kantor Randi.
Cindy tersenyum licik sambil melihat handphonenya.
Bagus! Rekaman ini sudah bisa membuat Fitri marah, sedih, dan tidak ingin hidup lagi saat mendengarnya. Sekarang...saatnya aku mendatangi mu. Fitri...kamu tunggu aku! benak Cindy.
Ia berjalan dengan cepat meninggalkan kantor Randi.
”Lihat! Perempuan tidak tahu malu itu mendatangi pak Randi lagi, pagi-pagi buta lagi.” Keluh Udin, saat melihat Cindy melenggang masuk ke dalam mobil.
”Sudah! Berdoa saja supaya perselingkuhan mereka di ketahui sama mba Fitri. Aku sudah geram sama mereka berdua.” sahut Budi.
Mereka berdua memandang mobil Cindy yang keluar dari halaman parkir dengan tidak senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
TK
udah tau kali 😲
2022-07-14
0
TK
Dian itu papa atau mama?
2022-07-14
0