Keesokan paginya.
Setelah Fitri selesai memakan sarapan paginya, ia pergi berganti pakaian. Ia berdandan dengan cantik.
”Semoga Mas Randi terpesona dengan penampilan ku kali ini!” Ia tersenyum, menyemangati dirinya sendiri di dalam pantulan cermin.
Ia mengambil kunci mobil dari laci dan bergegas keluar dari kamar.
Fitri mengunci pintu rumahnya dan berjalan ke mobil. Ia masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya.
Beberapa menit dalam perjalanan, kini ia sampai di tempat tujuannya, menemui suaminya, Randi di kantor ayahnya.
Di kantor.
Fitri menepikan mobilnya di tempat parkiran Ceo. Salah satu satpam menghampirinya, membantu Fitri membukakan pintu mobil.
”Silahkan, Nyonya!”
”Terima kasih, Pak Udin. Apa pak Randi ada di dalam?” Fitri turun dari mobil.
”Sama-sama, Nyonya. Iya, tuan ada di dalam.” jawab sang satpam. Dia mengantar Fitri berjalan hingga ke pintu kantor.
”Oh, kalau begitu, saya langsung masuk saja ya, Pak!” Fitri berpamitan.
”Iya, Nyonya. Silahkan!” Dia membuka pintu dan mempersilahkan Fitri masuk.
Fitri berjalan masuk ke dalam perusahaan yang di bangun dengan kerja keras oleh mendiang ayahnya itu.
Pak Udin melihat punggung Fitri yang terus melangkah dengan iba. Kasihan nyonya... benaknya.
Di pos satpam.
”Kasihan nyonya, selama ini di bohongi oleh suaminya. Coba saja hari ini selingkuhan suaminya itu datang. Selesai sudah pak Randi dan selingkuhan nya itu, di pergoki oleh nyonya!” Gerutu Udin sambil duduk.
”Apa ini, pagi-pagi sudah berbicara sendiri, kehabisan obat kamu?” sahut satpam satunya, yang baru datang bekerja.
”Kamu tuh yang kehabisan obat! Makanya jangan terlambat melulu datang ke tempat kerja!”
”Ada apa sih? Kesal lagi sama pak Randi? Sudah! Itu urusan rumah tangganya orang! Kaga usah di urus! Yang penting kita dapat gaji tiap bulan!” ucap satpam tersebut sambil tersenyum lebar. Ia duduk di kursi satunya.
Udin menghela nafas, ”Siapa yang gak kesal kalau suami berselingkuh di belakang istri, Budi! Aku kasihan dengan nyonya, punya suami kok kayak gitu!” Ia yang pusing memikirkan perselingkuhan atasannya.
”Lalu, kamu mau apa? Mau melaporkan kelakuan pak Randi pada nyonya?” tanya Budi.
Udin tertawa kecil, ”Mana berani! Nyonya hari ini datang berkunjung ke kantor. Aku berharap tuh selingkuhan pak Randi juga datang, supaya nyonya tahu kelakuan suaminya itu seperti apa di kantor ini!” Wajahnya menampakan kebencian.
”Jadi, nyonya ada di dalam kantor sekarang?” Budi tidak percaya. Udin mengangguk.
”Selama menikah dengan pak Randi, nyonya tidak pernah lagi datang ke kantor. Dan selama itu juga nyonya tidak tahu kalau suaminya membawa selingkuhan nya di kantor ini, bahkan sering keluar bersama.” Budi menggelengkan kepalanya lalu berkata, ”Di pikir-pikir... kasihan juga nyonya!” Wajahnya berubah kasihan juga sedih.
”Iya, makanya itu aku kesal, sebal, dengan pak Randi itu! Gak tahu di untung pak Randi itu! Dia menduduki jabatan sebagai Ceo di perusahaan istrinya, mana istrinya cantik, baik hati, ramah, di selingkuhi begitu saja!”
”Iya, ya! Coba kalau mba Fitri Raihana menikah dengan Mang Udin! Pasti hidup mba Fitri Raihana akan bahagia, kan?” sahut Budi.
”Iya, tentu saja! Eh... ” Udin tersadar akan bicaranya. ”Kamu ngomong apa tadi? Ngomong kok sembarangan! Hati-hati loh kalau di dengar sama pak Randi, mau di pecat kamu!!” Ia mengomeli Budi.
”Gak mau!!”
Di dalam kantor.
Fitri berhenti di depan sekretaris Randi. ”Apa pak Randi sedang sibuk di dalam?” tanyanya pada sang sekretaris.
”Tidak, Bu! Pak Randi sedang santai, beliau hanya kedatangan teman-teman nya saja. Saya akan menghubungi pak Randi untuk memberitahu jika Ibu datang berkunjung.” Ita mengambil gagang telfon.
”Tidak usah!” cegah Fitri. ”Aku langsung masuk saja!”
”Oh, silahkan, Bu!” Ita meletakkan kembali telfon tersebut.
Fitri memasuki ruangan kantor Ceo. Di dalam sana terdengar begitu ramai dari depan pintu kantor Ceo.
”Jadi, kamu sudah menyentuh si Fitri itu?” Terdengar suara Jaka. Fitri menghentikan tangannya untuk membuka pintu.
Ia berdiri di sana untuk mendengarkan pembicaraan suaminya dan temannya itu. Apalagi, namanya menjadi target topiknya.
Di dalam kantor Randi.
Randi menarik ujung kanan bibirnya ke atas dan mengangguk.
”Wah! Sudah berapa kali kamu menyentuhnya? Kapan? Gimana rasanya, beda gak dengan Cindy?” Dito penasaran.
Randi tersenyum. ”Apa yang kamu katakan betul, Jaka! Sia-sia dong aku menikahi Fitri kalau tidak menyentuhnya! Kapan aku menyentuhnya, dan sudah berapa kali menyentuhnya, kalian berdua tidak perlu tahu!”
Fitri menutup mulutnya, air mata mengalir di pipinya. Rupanya Jaka dan Dito tahu kalau Randi berselingkuh dengan Cindy. Dan mereka malah mendukung Randi. benaknya.
”Lalu, apa Cindy sudah tahu kamu menyentuh Fitri?” tanya Jaka.
Randi menghela nafas. Punggungnya ia sandarkan di sandaran bangku. Dengan santai ia menjawab, ”Awalnya Cindy tidak tahu. Tapi, kemarin dia tahu hal ini... bahkan Cindy juga tahu kalau Fitri telah mengandung anakku.”
Dito dan Jaka terkejut. Randi sungguh bajingan hebat!
”Wah! Langsung hamil! Cepat juga kamu buatnya! Cindy hamil, Fitri juga hamil, bagi resep dong! Istriku belum hamil juga sampai sekarang.” ucap Dito.
”Resepnya? Pergi konsultasi sama dokter kandungan!” jawab Randi.
”Bagaimana Cindy bisa tahu? Lalu apa reaksinya saat dia tahu kamu ternyata sudah menyentuh Fitri? Apakah dia marah?” Jaka penasaran.
Randi teringat lagi saat Cindy marah padanya setelah mereka keluar dari rumah Fitri.
”Dia marah? Tentu saja marah! Aku sudah berjanji padanya untuk tidak menyentuh Fitri sedikit pun. Tapi... aku malah tergoda untuk menyentuh Fitri jadi aku menyentuhnya. Kemarin, aku dan Cindy bercumbu di rumah kami dan ketahuan oleh Fitri. Bukan hanya itu, Fitri mengatakan kalau dia hamil. Di hadapan Fitri, Cindy menahan amarahnya. Tapi di belakangnya Fitri, ia memarahiku.”
Fitri menutup mulutnya yang terkejut mendengar pengakuan Randi. Jadi Randi tidak menyentuh ku selama ini karena permintaan Cindy? benaknya. Matanya berkaca-kaca.
”Setelah kalian keluar dari rumah itu, Cindy memarahi mu mati-matian dan kamu tentunya gak berkutik! Iya, kan? Hahahaha!” Jaka menertawakan ketidak berkutiknya Randi dari Cindy.
Randi menatap Jaka tidak senang. ”Tertawa lah sepuas mu! Selagi istri mu tidak tahu kamu berselingkuh, kamu tertawa kan saja aku! Setelah kamu kepergok selingkuh oleh istri mu, saatnya aku yang menertawakan kamu!” Ia mengutuk Jaka.
Jaka berhenti tertawa. ”Sialan kamu! Kamu mengutukku? Aku tidak akan sesial kamu, aku akan berhati-hati untuk itu.” Ia percaya diri jika ia pandai merahasiakan perselingkuhannya dari istrinya.
Fitri kembali terkejut. Ternyata... mereka semua sama saja, sama-sama tukang selingkuh!! benaknya. Ia masih berdiri di depan pintu kantor suaminya itu. semua sama, tukang selingkuh! benak Fitri.
”Lalu, apa rencana mu?” tanya Dito.
”Cindy memaksa ku untuk bercerai dengan Fitri. Sebelum kejadian kemarin, aku sudah mengurus surat cerai itu. Tinggal nunggu Fitri yang menandatangani surat cerai itu.” jawab Randi. Fitri menangis sedih mendengarnya.
”Apa kamu tidak mencintai Fitri selama kalian hidup sepuluh bulan ini? Dia cantik, pintar, dan... baik loh!” Jaka ingin tahu perasaan Randi untuk Fitri.
Di depan pintu kantor Randi, Fitri juga menunggu jawaban Randi atas pertanyaan Jaka. Apakah Randi pernah mencintai ku?
Randi terdiam. Teringat lagi kebaikan-kebaikan Fitri ketika memperlakukan dirinya sebagai seorang istri dari bangun tidur hingga kembali tidur.
Fitri selalu menyiapkan sarapannya, pakaiannya, bahkan ketika ia sakit, Fitri lah yang merawat nya dengan tulus sampai ia sembuh total.
Dia juga teringat kembali pada kecantikan alami Fitri. Kulitnya yang putih, halus, mulus, saat ia menjamah tubuh Fitri.
”Bu Fitri! Gak masuk, Bu?” Terdengar suara sekretaris Randi dari depan pintu. Randi terkejut saat mendengar nama ”Bu Fitri”.
”Sttstsst! Jangan berisik!” ucapnya pelan pada Jaka dan Dito.
Di depan pintu kantor Randi.
Fitri menghapus air matanya dan berbalik melihat Ita. Wanita itu berdiri sambil memegang beberapa map di tangannya.
Fitri tersenyum terpaksa. ”Pak Randi sedang bercerita dengan temannya, aku tidak berani mengganggu nya. Setelah temannya pergi... baru aku masuk.” Ia berbicara pelan agar tidak terdengar Randi di dalam sana.
”Gak apa-apa, Bu. Ibu tidak akan mengganggu pak Randi, justru pak Randi akan senang dengan kehadiran Ibu Fitri. Mari masuk saja Bu sama saya. Kebetulan, saya ingin memberikan beberapa berkas penting untuk pak Randi tinjau.” Ajak Ita. Fitri tersenyum dan mengangguk.
Ita membuka pintu ruangan Randi. Dia masuk, Fitri ikut masuk ke dalam. Randi melihat Fitri dengan gugup. Apakah Fitri mendengar pembicaraannya dengan kedua temannya?
Ita terus melangkah menghampiri meja kerja Randi. ”Pak Randi, ini proyek baru yang Bapak tangani. Saya sudah memperbaharui nya. Silahkan, Bapak koreksi lagi.” Ia memberikan berkas tersebut pada Randi.
”Oh, simpan saja di atas meja. Aku akan memeriksanya nanti.” Sahut Randi, tatapannya tertuju pada Fitri.
”Baik, Pak!” Ita meletakkan map yang di pegang nya di atas meja. ”Kalau begitu, saya permisi, Pak!”
”Hum.”
Ita segera keluar dari ruangan itu.
Randi masih melihat Fitri yang sangat cantik hari ini. ”Em__” ucapannya terhenti di sela Fitri.
”Kamu sangat sibuk. Aku tidak akan menggangu mu.” Fitri melenggang keluar dari ruangan Randi. Randi tidak berniat menghentikan ataupun mengejar Fitri untuk pergi.
Randi melihat Jaka dan Dito. ”Apa Fitri mendengar pembicaraan kita barusan?” Ia penasaran.
Kedua temannya tidak menjawab. Mereka juga bingung untuk menjawabnya.
Di depan meja sekretaris, Ita.
”Loh, Bu. Sudah mau pulang, Bu?” tanya Ita.
”Iya, pak Randi sedang sibuk. Ita, jika pak Randi bertanya padamu, apakah saya sudah lama datangnya? Jawab saja belum lama. Saya datangnya bersamaan dengan kamu. Ok?”
Kening Ita mengerut melihat istri dari atasannya itu. ”Hmm? Oh, iya
Baik, Bu!” Jawabnya kemudian.
Fitri segera pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
harie insani putra
lie komen mendarat d bab 2 yg keceh
2022-10-14
0
TK
like fav n komentar datang 👏👏👏
2022-07-05
0
TK
penjarakan saja tuh suami
2022-07-05
0