Nur Hayati sengaja langsung membayar belanjaannya agar bisa cepat-cepat pergi
meninggalkan ibu-ibu tersebut.
Setelah selesai membayar Nur Hayati langsung saja berjalan pulang. Sengaja ia mempercepat langkahnya. Namun baru beberapa langkah ia berjalan tiba-tiba terdengar suara keras seseorang berkata dengan lantang.
"Dasar perempuan sombong, mandul aja belagu."
Tiba-tiba saja langkah Nur Hayati terhenti. ia tahu betul siapa pemilik suara tersebut. Bu Aisyah sepertinya memang sengaja mengatakannya dengan suara keras agar terdengar oleh Nur Hayati.
Sejenak Nur Hayati menarik nafas dalam-dalam, setelah merasa sedikit lebih tenang ia pun kemudian berbalik barjalan kembali tepat kearah bu Aisyah. Nur Hayati memberi sebuah senyuman lebar pada Bu Aisyah. Bu Aisyah yang melihat Nur Hayati tersenyum padanya malah merasa takut dan jadi salah tingkah. Ia merasa ada yang aneh dengan senyuman tersebut, wajah Nur Hayati juga terlihat berbeda dari pada tadi waktu pertama ia datang. Bu Aisyah bahkan merasa seperti sedang melihat hantu.
"Plakk," tiba-tiba saja sebuah tamparan mendarat dipipi Bu Aisyah.
Semua orang langsung terdiam sekitika. Selama ini Nur Hayati tidak pernah kasar pada orang apalagi sampai mukul. Ada apa dengan Nur Hayati. Semua Orang yang sedang berkumpul disitu merasa seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat, namun tidak satupun dari mereka yang berani bicara. Mereka semua diam dan hanya memandang satu sama lain.
"Coba bu ulang sekali lagi yang ibu ngomong barusan," ucap Nur Hayati sambil tangannya menarik rambut Bu Aisyah.
"Aduhh... aduuhh... sakit," ucap bu Aisyah mencoba melepas rambutnya dari pegangan Nur Hayati sambil meringis menahan sakit.
"Ayo bicara lagi, kenapa, sakit?" ucap Nur Hayati masih terus menjambak rambut Bu Aisyah.
Meski badan Bu Aisyah lebih besar dari Nur Hayati tapi ternyata ia kalah tenaga dengan Nur Hayati. Entah dari mana Nur Hayati punya tenaga sekuat itu. Nur Hayati yang selama ini tidak pernah melawan bahkan selalu diam meski Bu Aisyah sering sekali nyinyir setiap kali bertemu dengan Nur Hayati, tapi ia tidak sekalipun ia membalas. Lalu ada apa dengannya hari ini, Nur Hayati bahkan lebih kelihatan seperti orang kesurupan. Bu Aisyah benar-benar tidak berkutik sama sekali melawannya.
"Sudah-sudah, lepasin dulu rambut Bu Aisyah, kasian nanti bisa-bisa Bu Aisyah jadi botak kamu jambak terus," ucap Bu Hasnah mencoba melerai.
"Iya Bu tolong saya," ucap Bu Aisyah meminta pertolongan.
"Lepasin dulu Hayati ya, kan bisa bicara baik-baik, jangan emosi seperti ini," ucap Bu Hasnah mencoba untuk membujuk Nur Hayati.
Akhirnya Bu Hasnah berhasil membujuk Nur Hayati agar mau melepas rambutnya Bu Aisyah. Bu Aisyah mencoba merapikan kembali rambutnya yang berantakan gara-gara jambakan Nur Hayati. Tampak dari mukanya iya sangat kesakitan. Namun ia tidak berani membalas Nur Hayati karna ia kalah kuat tenaga.
"Sudah ya Hayati, kamu pulang saja jangan kamu turutin emosi kamu," ucap Bu Hasnah lagi.
"Gak bisa Bu Hasnah, dia itu sudah keterlaluan, selama ini saya selalu diam," ucap Nur Hayati dengan wajah penuh amarah.
"Iya saya tahu, tapi kalau menghadapi masalah pakai emosi nanti jadi malah nambah masalah," ucap Bu Aisyah lagi.
Akhirnya Nur Hayati menuruti perkataan Bu Aisyah dan memilih pergi meninggal kemurunan orang-orang tersebut.
***
Sesampainya dirumah Nur Hayati melepar sayur yang dibelinya keatas meja makan yang berada didapur. Semangatnya untuk memasak sudah hilang. Jangankan untuk memasak, untuk makan saja ia bahkan sudah tidak berselara lagi.
Nur Hayati kemudian menarik kursi meja makan bermasuk untuk duduk, namun matanya tiba-tiba terbelalak pada keranjang barang yang ia letakkan semalam didapur. Barang-barang dalam keranjang kembali berhamburan dilantai. Nur Hayati melihat hal tersebut benar-benar merasa aneh. Karena saat dia keluar rumah tadi untuk belanja sayur pintu rumahnya dikunci. Pada saat ia pulang juga pintunya masih dalam keadaan terkunci. Jadi tidak mungkin akan ada orang yang masuk kedalam rumah.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi," gumam Nur Hayati dalam hati.
Sebenarnya Nur Hayati bermaksud untuk membakar barang-barang tersebut, namun belum sempat dilakukan. Nur Hayati kemudian kembali memungut barang yang berantakan tersebut dan memasukkannya dalam keranjang. Terlihat ada beberapa buku diantara barang-barang tersebut. Nur Hayati membuka beberapa lembar dari buku tersebut yang ternyata isinya adalah bacaan mantra yang maksud dan tujuannya sama sekali tidak dimengerti oleh Nur Hayati. Karena tidak paham dengan isi bacaan dalam buku tersebut Nur Hayati kemudian memasukkan buku tersebut kedalam keranjang bersamaan dengan barang-barang yang lain.
"Apa sebaik disimpan saja ya, soalnya barangnya masih bagus-bagus," gumam Nur Hayati kemudian mengangkat barang tersebut kedalam kamar dan memasukkannya kembali kedalam lemari.
Saat Nur Hayati sedang dikamar tiba-tiba terdengar seseorang dari luar memberi salam.
"Assalamu alaikum."
"Walaikum salam," jawab Nur Hayati dari dalam.
"Lhaa rupanya kamu Ali, ngapain kemari, disuruh ibu kamu ya," tanya Nur Hayati penuh selidik saat melihat orang yang datang kerumahnya adalah Ali anaknya Bu Aisyah.
"Lho kok ibu sih mbak, memangnya ibu kenapa mbak?" tanya Ali penasaran dengan ucapannya Nur Hayati.
"Kamu tanya saja sendiri sama ibu kamu," ucap Nur Hayati dengan wajah sedikit kesal.
"Ibu gangguin mbak lagi ya, maaf ya mbak kalau ibunya Ali sering nyakitin perasaannya mbak, Ali juga tidak tahu kenapa ibu seperti itu ke mbak hayati," ucap Ali merasa bersalah pada Nur Hayati gara-gara prilaku ibunya yang selalu nyinyir ke Nur Hayati.
"Iya tidak apa-apa, tidak perlu minta maaf, lagi pula kamu juga bukan salah kamu," ucap Nur Hayati.
Ali sebenarnya tahu kalau selama ini ibunya tidak pernah suka pada Nur Hayati. Bahkan ibunya sangat sering menyindir Nur Hayati di depan orang banyak. Entah kesalahan apa yang pernah diperbuat Nur Hayati pada ibunya sehingga ibunya sangat benci pada Nur Hayati. Ali benar-benar tidak mengerti dan tahu kenapa bisa seperti itu. Yang ia tahu selama Nur Hayati jadi tetangganya, wanita tersebut sangat baik, sopan dan juga sangat ramah sama orang. karena itu ia sering merasa kasian pada Nur Hayati.
"Oya mbak sebenar aku kesini mau kasih ini sama mbak," ucap Ali sambil menyodorkan bungkusan berwarna hitam.
"Apaan ini," tanya Nur Hayati penasaran.
"Mie ayam," jawab Ali sambil menyunggingkan senyum dari bibirnya.
"Jadi merasa tidak enak kamu bawain saya makanan terus," ucap Nur Hayati sambil sidikit mengintip isi bungkusan ditangannya.
"Gak apa-apa mbak, kalau mbak Hayati suka saya juga senang mbak," ucap Ali.
"Terima kasih banyak ya makanannya," ucap Nur Hayati.
"Iya mbak sama-sama, saya pulang dulu ya," ucap Ali kemudian berjalan meninggalkan rumah Nur Hayati.
Nur Hayati juga kembali masuk kedalam rumah sambil menenteng bungkusan mie ayam ditangannya.
***
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Yulita
👍👍👍
2022-08-30
0
Imar Fuah
ibu nya ali bikin gemes.....😇
2021-02-27
1
Richa Rostika
penasaran thor...
2021-02-20
1