"Ali mbak," terdengar suara seseorang menyahut dari luar.
Begitu Nur Hayati membukakan pintu terlihat Ali sedang berdiri didepan pintu. Ali tersenyum pada Nur Hayati yang terlihat seperti kebingungan.
"Ali ada apa kamu kok malam-malam begini kemari," tanya Nur Hayati merasa heran.
"Ali mau lihat keadaan mbak aja, mbak Hayati tidak apa-apa kan?" jawab Ali balik bertanya.
"Saya tidak apa-apa. Kalau soal masalah mas Aryo saya sudah tidak apa-apa, itu biar jadi urusan saya, kamu tidak perlu khawatir," jawab Nur Hayati menjelaskan sambil masih berdiri didepan pintu.
"Syukurlah kalau mbak baik-baik saja," ucap Ali terlihat lega.
"Mbak Hayati tidak suruh saya masuk," tanya Ali sambil senyum cengengesan.
"Ooh iya maaf saya lupa, yaudah mari masuk," ucap Nur Hayati mempersilakan Ali masuk kedalam rumahnya.
Nur Hayati berjalan keruang tamu diikuti Ali dari belakang.
"Oya mbak, ini aku bawakan bakso buat mbak," ucap Ali sambil menyerahkan bungkusan warna putih pada Nur Hayati.
"Kok repot-repot segala Ali," ucap Nur Hayati sambil mengambil bungkusan bakso dari tangan Ali.
"nggak ngerepotin kok mbak, cuma kebetulan lewat depan warung bakso, jadi aku beli, kan mbak Hayati suka bakso," ucap Ali.
"Dari mana kamu bisa tahu kalau saya suka bakso?" tanya Nur Hayati penuh selidik karena merasa ia tidak pernah mengatakan pada Ali kalau ia memang menyukai makanan tersebut.
"Kan saya sering lihat mbak Hayati makan bakso sama mas Aryo, makanya saya tahu," jawab Ali menjelaskan.
Mendengar Ali mengucap nama Aryo, seketika wajah Nur Hayati langsung berubah muram, kelihatan sekali bahwa ia masih sedih.
Melihat wajah Nur Hayati yang tiba-tiba berubah muram, Ali menyadari kalau kata-katanya yang tanpa sengaja menyebut nama Aryo telah membuat Nur Hayati kembali bersedih.
"Maaf mbak kalau aku sudah buat mbak sedih, aku tidak sengaja nyebut nama mas Aryo barusan mbak," ucap Ali mencoba untuk menjelaskan pada Nur Hayati bahwa dirinya memang sama sekali tidak bermaksud untuk membuat Nur Hayati mengingat Aryo.
"Tidak apa-apa, kamu duduk sana, biar saya ambilkan mangkok dulu. Kita makan sama aja," ucap Nur Hayati sambil berlalu membawakan bungkusan bakso ditangannya.
Ali duduk disofa berwarna hitam yang terletak diruang tamu dekat jendela depan. Ia duduk menghadap kedinding kamar utama. Didinding itu banyak foto yang digantung berjajar dengan rapi. Ali bangun berjalan kearah dinding tempat foto-foto tersebut dipajang. Ia memperhati satu foto tersebut, kebanyak foto Nur Hayati berdua dengan Aryo. Dalam foto-foto tersebut Nur Hayati tampak sangat cantik. Ali memperhatikan satu persatu foto didinding sambil tersenyum.
Namun kemudian pandangannya beralih kesebuah foto yang dipajang paling ujung. Foto seorang wanita berambut panjang memakai pakaian serba hitam duduk diatas kursi . Wanita dalam foto tersebut terlihat sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Nur Hayati, tetapi semakin diperhatikan wajah dalam foto tersebut semakin lama semakin menyeramkan, foto tersebut seperti memancarkan aura mistis.
"Apa yang sedang kamu lihat?" ucapan Nur Hayati yang tiba-tiba sudah berada dibelakang punggung Ali.
"Astaga mbak, kok mbak berdiri dibelakang Ali tidak bilang-bilang," ucap Ali kaget karena tidak sadar ternyata Nur Hayati sudah berdiri dibelakangnya.
"Kok malah berdiri, sini aja dulu kita makan baksonya sama-sama," ucap Nur Hayati sambil meletak dua buah mangkok berisi bakso diatas meja kecil lalu duduk diatas sofa diikuti Ali duduk disampingnya.
Ali kembali duduk ketempat tadi sambil tangannya meraih mangkok berisi bakso diatas meja. Sambil menyendok bakso kemulutnya rupanya Ali sesekali melirik kewajah Nur Hayati. Mata Nur Hayati masih sedikit bengkak.
"Mungkin karena kelamaan nangis tadi," pikir Ali dalam hati sambil tangannya terus menyendok bakso kemulutnya.
Suasana kembali sepi, baik Ali maupun Nur Hayati keduanya tidak ada yang berbicara. Keduanya sibuk menyendok bakso kedalam mulut mereka masing-masing.
"Sudah habis mbak, sini mangkoknya biar aku saja yang bawa kedapur," ucap Ali sambil mengambil mangkok yang telah kosong dari tangan Nur Hayati.
"Tidak usah, masa saya ngerepotin tamu, sini biar saya bawa sendiri kedapur," ucap Nur Hayati merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa kok mbak," jawab Ali langsung pergi menuju dapur membawa kedua mangkok ditangannya.
Ali meletakkan mangkok kedalam wastafle. Ia kemudian beralih kekulkas, ia membuka pintu kulkas lalu mengambil beberapa potongan kecil es batu lalu memasukkannya kedalam baskom.
Ali kembali dari dapur membawa baskom berisi es batu dan juga handuk kecil yang tadi ia ambil dari lemari gantung didapur.
"Lho itu buat apa, kok es batunya kamu taruh dibaskom?" tanya Nur Hayati merasa heran saat melihat Ali kembali keruang tamu sambil membawa baskom berisi es batu.
"Sini buat kompres mata mbak biar bengkaknya hilang?" ucap Ali sambil memasukkan es batu kedalam handuk kecil berwarna putih tersebut.
"Saya tidak apa-apa kok," ucap Nur Hayati pada Ali yang masih sibuk membungkus es batu kedalam handuk.
"Sudah mbak tidak perlu sungkan sama saya, kitakan tetangga mbak, sini biar saya bantu kompres matanya mbak supaya bengkaknya cepat hilang," ucap Ali sambil mendekatkan bungkusan es batu kewajah Nur Hayati.
"Biar saya sendiri saja," ucap Nur Hayati kemudian mengambil bungkusan es batu dari tangan Ali kemudian meletakkannya diatas kedua kelopak matanya.
Ali kembali memperhatikan foto yang terpajang paling ujung. Penasaran siapa wanita cantik yang ada difoto tersebut. karena jujur saja dari pertama tadi Ali memperhatikan foto tersebut ia sudah merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dengan foto tersebut. Jelas sekali terasa bahwa foto tersebut seperti memancarkan aura mistis yang susah untuk dijelaskan.
Ali sebenarnya ingin menanyakan pada Nur Hayati siapa orang dalam foto tersebut. Namun ia mengurungkan niatnya lantaran saat ia melihat jam rupanya sudah hampir jam 10 malam. Lama juga ia sudah disana.
Akhirnya Ali pamit pulang karena tidak enak nanti jika sudah terlalu larut malam. Karena kalau sudah terlalu malam Ali takut nanti tetangganya ada yang melihat dan bisa berpikir yang bukan-bukan. Nanti bisa-bisa malah timbul gosib.
"Mbak saya pamit pulang dulu ya, sudah jam 10 soalnya," ucap Ali pada Nur Hayati.
"Ooh iya terima kasih banyak ya Ali, kamu sudah mau peduli sama saya, terus terima kasih juga untuk baksonya he he he," ucap Nur Hayati terus memindahkan buskusan es batu yang diletakkan diatas kelopak matanya kedalam mangkok sambil menyunggingkan senyum dari bibirnya yang manis.
"Iya mbak sama-sama, kitakan tetangga wajar kalau saling membantu," ucap Ali sambil jalan menuju kepintu.
Nur Hayati bangun mengantarkan Ali sampai kepintu depan.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Dyon Alifahri prasetiyo
Ali modusmu ketahuan
2022-06-19
0
Lilis Sulistiawati
si Ali rada aneh euy....
2022-05-05
0
Akinda Rizky Arkay
iya gitu deh
2021-09-09
1