Datangnya Keajaiban

Selama satu hari, Tan dirawat di rumah sakit. Sebenarnya dia sudah bisa pulang beberapa jam setelah dia sadar. Tidak ada cidera yang cukup serius yang dialaminya sehingga dokter jaga UGD membolehkan dirinya untuk pulang dan melakukan rawat jalan untuk selanjutnya.

Namun karena bagian belakangnya masih terasa sakit, juga harus menggunakan kursi roda untuk bergerak. Dia meminta untuk dirawat inap sehari. Tentu saja biaya rawat inap itu ditanggung oleh perusahaan Jayantaka.

Lagipula di rumahnya hanya ada dia sendiri sehingga tidak akan ada yang bisa membantunya sama sekali.

Hal inilah yang membuat Tan memutuskan untuk mengambil rawat inap sampai rasa sakit di punggungnya tidak terlalu sakit lagi saat bergerak dan tidak perlu menggunakan kursi roda untuk bergerak.

Tan segera beres-beres untuk segera pulang karena dia sudah tidak merasa terlalu sakit lagi pada punggungnya dan tidak perlu kursi roda.

Tidak banyak barang yang harus dia bereskan, hanya berupa pakaiannya yang masih ada noda kotor dan darah akibat kecelakaan dan tas selempang kecilnya yang berisi dompet serta ponsel pintarnya.

Dia berjalan keluar dari bangsal bersama tempat dia dirawat selama satu hari itu. Ada dua pasien yang dirawat dalam bangsal tersebut.

Tentu saja Tan berpamitan dengan kedua pasien berserta keluarga yang berjaga pasien tersebut.

Meskipun hanya satu hari, kedua pasien berserta keluarganya cukup ramah tamah dengan dirinya, bahkan mereka saling berbagi buah atau makanan dengan Tan.

Tan berpamitan pada suster dan dokter yang menjaga lantai tempat bangsalnya berada, saat melewati mereka.

Biaya administrasi telah dibayar oleh perusahaan Jayantaka termasuk biaya tambahan rawat inapnya yang sehari sehingga dia bisa keluar dengan tenang tanpa perlu ditahan oleh pihak rumah sakit karena tidak bisa bayar.

Akan tetapi mengenai kompensasi 25 juta belum dia terima karena Tan meminta untuk diberikan secara tunai daripada dimasukkan ke dalam rekening banknya.

Hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan saat itu juga karena pria yang menjadi perwakilan tim legal perusahaan tempat dermawannya bekerja harus melaporkan ke pihak keuangan untuk menyiapkan hal tersebut.

"Seharusnya hari ini, aku menerima uang kompensasi itu, tapi aku tidak memiliki nomor pria itu, lebih baik aku menunggu di lobby sampai dia menelpon aku."

Tan memang tidak memiliki nomor pria yang menjadi perwakilan tim legal perusahaan Jaya group cabang kota Yogyakarta, tapi dia memberikan nomor kontaknya pada pria itu.

Dia memasuki sebuah lift yang akan membawanya ke lantai tempat lobby rumah sakit berada. Hanya beberapa menit, dia sudah sampai di lantai lobby rumah sakit tersebut.

Saat keluar, dia terkejut karena ada yang memanggil namanya di depannya.

"Tuan Tanaka, kebetulan sekali kamu berada disini, baru saja aku ingin ketempat bangsal kamu dirawat." Ucap pria perwakilan itu.

"Ya, aku sudah boleh pulang saat ini dan akan melakukan rawat jalan untuk selanjutnya." Kata Tan.

Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan kemudian meminta Tan untuk mencari tempat yang nyaman untuk duduk agar dirinya bisa memberikan titipan cek senilai 25 juta rupiah pada Tan sebagai kompensasi atas perintah atasan.

Mereka berdua duduk di sebuah taman rumah sakit yang tidak jauh dari lift.

"Sebelumnya aku ucapkan selamat pada tuan Tanaka karena sudah bisa pulang dari rumah sakit saat ini dan selanjutnya kedatangan aku kesini karena ingin memberikan sebuah cek senilai 25 juta rupiah, sesuai dengan kompensasi yang telah disepakati kemarin hari," jelas pria itu sambil menyerahkan sebuah kertas yang disebut dengan cek.

"Kami tidak bisa menyerahkan uang tunai secara langsung karena itu sedikit beresiko membawa uang sebanyak itu sehingga kami memberikan sebuah cek yang senilai dengan 25 juta, tuan Tanaka bisa lihat sendiri ada nominal 25 juta dalam cek itu dengan nama penerima tuan Tanaka Saputra, tanda tangan dari manajer jaya group cabang kota Yogyakarta, dapat dicairkan di seluruh cabang Bank Pusat Asia (BPS) yang ada di Indonesia dengan maksimal pencarian tiga hari, dihitung mulai hari ini." Lanjut pria itu.

Tan mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah urusan dengan Tan sudah selesai, pria itu memutuskan untuk kembali ke kantornya, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan Tan.

Mereka berdua berpamitan di pintu lobby rumah sakit karena pria itu harus menuju ke tempat mobilnya berada di parkiran rumah sakit sedangkan Tan harus menuju ke Bank pusat Asia untuk mencairkan cek senilai 25 juta rupiah tersebut.

Dia sebenarnya ingin pulang terlebih dahulu untuk berganti pakaian. Namun ongkos ojek onlinenya tidak cukup bila harus pulang dan kemudian pergi lagi.

Uang yang dimilikinya saat ini hanya cukup untuk membawanya ke bank pusat Asia karena tidak terlalu jauh dari rumah sakit tempat dia berada saat ini.

Sesampai di BPS, dia langsung berjalan menuju pintu masuk bank dan seorang satpam dengan pandangan menyelidik telah melihat Tan yang berjalan mendekati pintu utama Bank sehingga dia langsung membuka pintu kaca bank itu.

Satpam itu melihat pakaian Tan yang berupa set training yang terlihat agak kotor dan ada bekas noda darah di bagian lehernya. Dia sedikit curiga dengan itu, namun berdasarkan raut wajah Tan, tidak terlihat adanya hal yang mencurigakan.

Satpam itu memberikan senyuman, menyapa dan menanyakan keperluan Tan datang ke bank tersebut dengan ramah.

"Aku ingin mencairkan sebuah cek, kemana aku harus pergi?" Tanya Tan pada satpam bank itu.

"Bolehkah saya tahu, berapa nilai cek yang akan tuan cairkan, bila 50 juta ke atas maka akan disediakan ruang khusus untuk proses pencairan, tapi bila dibawah 50 juta, tuan langsung saja menuju ke teller dengan mengisi terlebih dahulu slip kertas yang berisi indentitas tuan dan keperluan yang ada slip tersebut dan kemudian menunggu nomor antrian tuan dipanggil." Jelas satpam itu.

Tan mengangguk-anggukkan kepalanya dan memberitahu padanya kalau ceknya dibawah 50 juta dengan suara bisikan, takut ada yang mendengar dan kemudian merampoknya saat meninggalkan Bank.

Satpam itu mengerti dan kemudian memberikan sebuah nomor antrian untuk teller pada Tan.

Setelah menerima nomor antrian tersebut, dia menuju ke tempat kertas slip untuk mengisi indentitasnya dan juga keperluannya.

Selesai dengan itu semua dia langsung duduk di sofa tanpa penahan punggung yang telah disediakan di depan teller.

Sambil menunggu nomor antriannya dipanggil yang masih ada 10 nomor antrian lagi sebelum nomor antriannya dipanggil, Tan melihat acara TV yang layarnya terbagi menjadi dua bagian, sebelah kanan tentang acara perbicangan bisnis sedangkan sebelah kiri adalah indeks saham domestik atau saham BEI.

Sebuah keanehan terjadi saat Tan melihat pada bagian index saham domestik tersebut.

Dalam pikirannya terlihat angka yang ada dalam saham domestik telah berubah angkanya termasuk jam yang tertera di bagian bawah index saham domestik tersebut secara perlahan-lahan.

"Apa ini? Apa ada kelainan dengan mataku? Kenapa dalam pikiranku muncul jam yang terus menerus bergerak sampai jam 12 malam? Padahal jam yang tertera di TV itu baru jam 10.55" Tanya Tan dalam pikirannya.

Selain itu angka yang ada di index saham itu juga berubah-ubah warna. Tan tidak tahu apa arti merah, putih dan hijau pada angka dalam index saham domestik tersebut.

Namun dalam pikirannya warna angka pada angka itu terus berubah sampai berhenti saat jam lima sore.

Dia kemudian ingin memastikan mengenai hal itu dengan melihat sangat fokus pada layar monitor, terutama pada layar yang menampilkan angka berwarna yang 15 menit lagi beberapa angka yang berwarna hijau berubah menjadi merah atau putih, angka yang berwarna putih berubah menjadi merah atau hijau dan yang merah berubah menjadi hijau atau putih.

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa aku bisa hal seperti itu dalam pikiranku?" Tanya Tan dalam pikirannya.

Dia penasaran apakah perubahan warna yang terjadi pada angka itu pada pikirannya akan terjadi atau memang pikirannya sedang bermasalah.

Bila memang bermasalah, dia akan melakukan pemeriksaan pada kepalanya, tapi bila memang terjadi perubahan warna yang sesuai dengan apa dalam pikirannya dia juga tetap akan memeriksa kepalanya karena itu juga adalah sebuah keanehan.

Lima belas menit pun tiba dan warna angka yang ada pada saham domestik tersebut berubah warna sesuai dengan apa yang muncul dalam pikirannya.

"Apa ini? Mengapa warna angka itu bisa sama dengan apa yang muncul dalam pikiranku? Apa yang terjadi pada kepalaku?" Tanya Tan dalam pikirannya dengan sedikit panik.

Selagi dia memikirkan hal tersebut, nomor antrian telah dipanggil yang membuat Tan tersadar dalam lamunannya dan berusaha untuk menenangkan dirinya. Menganggap itu hanyalah sebuah ilusi.

Dia bergegas menuju ke teller untuk mencairkan cek 25 juta tersebut.

"Selamat pagi, dengan saya Nina Maharani, ada yang bisa saya bantu?" Tanya petugas teller bank itu yang masih muda, berumur sekitar 24-26 tahun, rata-rata umur yang baru lulus dari sekolah tinggi atau universitas.

Dia memiliki wajah yang tidak terlalu cantik namun masih bisa dibanggakan pada kerabat dan teman-teman.a

"Aku ingin mencairkan cek." Jawab Tan sambil mengeluarkan selembar cek yang ada dalam tas selempang kecilnya dan menyerahkan cek tersebut pada Nani.

"Baik, saya periksa terlebih dahulu, mohon menunggu beberapa saat." Kata Nani yang langsung memeriksa keaslian dan keabsahan cek tersebut sambil duduk.

Beberapa saat kemudian, teller itu kembali berdiri dan kemudian berkata, "Keaslian dan keabsahan cek sudah terverifikasi, dan cek ini, nama penerimanya dengan atas nama Tanaka Saputra, bisakah saya melihat E-KTP tuan untuk memastikan nama yang tercantum penerima dalam cek ini sama dengan nama tuan." Jelas Nani.

Tanpa pikir panjang, Tan mengeluarkan dompetnya dalam tas selempang lagi, membuka dompetnya yang isinya sudah kosong, tinggal berisi kartu-kartu penting seperti SIM C, STNK, E-KTP, dan ATM bank NI.

Dia mengambil E-KTP nya dan menyerahkan pada Nani untuk diverifikasi. Teller itu melihat nama yang tertera di E-KTP dengan nama yang ada di penerima pada cek tersebut. Setelah itu dia juga melihat foto yang tercantum di E-KTP dengan wajah Tan.

"Baik, tuan Tanaka, nama anda sudah terverifikasi sama dengan nama penerima dalam cek ini, saya akan mencairkan nominal uang yang tertera di cek ini sebesar 25 juta rupiah, apakah tuan Tanaka memiliki rekening bank pusat Asia atau ingin ditransfer ke bank rekening tuan Tanaka lainnya?" Tanya Nani sambil menyerahkan E-KTP pada Tan.

"Tidak, aku tidak punya rekening di bank ini dan juga aku ingin dicairkan secara tunai." Tegas Tan.

Baik, silahkan menunggu terlebih dahulu, saya akan segera mencairkan cek ini secepat mungkin." Ujar Nani yang kemudian pergi meninggalkan counter teller, masuk ke dalam ruangan yang ada dibelakang counter teller.

Beberapa menit kemudian, Nani keluar dari ruangan tersebut dengan membawa keranjang yang berisi tumpukan lembaran uang dengan nominal 100 ribu rupiah.

"Tuan, Tanaka, mohon untuk melihat mesin penghitungan uang, memastikan jumlah uangnya sesuai dengan nominal yang ada dalam cek tuan." Kata Nani yang mulai menaruh satu ikat lembaran uang 100 ribu yang berjumlah 100 lembar yang berarti setiap satu ikat berjumlah 10 juta.

Tan melihat ada tiga ikat dengan diantaranya, 2 ikat berjumlah 10 juta dan 1 ikat berjumlah 5 juta rupiah.

"Uang yang telah dihitung berjumlah 250 lembar 100 ribu jadi semua berjumlah 25 juta rupiah, sesuai dengan nominal yang tertera dalam cek, tuan Tanaka?" Tanya Nani sambil melihat Tan untuk memverifikasi hal tersebut.

Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan kemudian Nani bertanya. "Apa tuan memiliki wadah untuk menaruh uang tuan ini? Bila tidak kami bisa memberikan sebuah amplop coklat untuk menaruh uang tuan ke dalam amplop coklat dan tuan tidak perlu membayar karena ini termasuk pelayanan dari kami."

"Tidak perlu, terima kasih." Tan mengambil beberapa lembar uang dalam ikatan berjumlah lima juta untuk dimasukan kedalam dompet agar bisa bernafas kembali, tidak kering atau dehidrasi seperti sebelumnya.

Sedangkan sisa uang lainnya dimasukkan ke dalam tasnya. Bila memakai amplop coklat, isi tas selempangnya akan penuh.

"Baik, tuan Tanaka, apa ada yang bisa saya bantu lagi?" Tanya Nani dengan ramah.

Tan berpikir sejenak dan kemudian dia berkata, "Bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu, ini sedikit di luar obyek saat ini tapi masih berhubungan dengan perbankan?" Tanya Tan.

Perempuan itu langsung merasa percaya diri kalauTan akan menanyakan nomor kontaknya atau mengajak makan malam dengannya.

Tentu saja bila Tan melakukan itu, dia akan menolaknya dengan tegas. Meskipun Tan baru saja memiliki uang sebanyak 25 juta namun itu bukan berarti pendapatan bulanannya.

Lagipula pula, dalam penglihatan Nani pada Tan, terlihat seperti seorang pengangguran atau memiliki pekerjaan dengan gaji rendah karena tidak mungkin seorang pekerja kantoran atau pengusaha memakai pakaian training kotor seperti yang dipakai Tan saat ini.

Bila saja, nilai nominal pada cek tersebut lebih dari 100 juta maka dirinya akan mempertimbangkan untuk menerima ajakan makan malam atau setidaknya memberikan nomor kontaknya.

"Tentu bisa, selama saya bisa menjawabnya, tuan Tanaka." Jawab Nani yang masih bersikap ramah sesuai dengan SOP teller.

"Nona Nani, apa arti warna hijau, merah dan putih dalam angka yang ada dalam layar tv itu?" Tanya Tan sambil menunjuk ke arah TV yang masih menampilkan index saham domestik.

"Mohon maaf, saya tidak bisa memberikan nomor kontak pribadi atau ajakan ... Tunggu, apa yang tuan tanyakan tadi?" Tanya Nani yang sudah terlanjur pede tapi ternyata Tan tidak menanyakan hal tersebut tapi hal lainnya.

Nani merasa malu karena sudah sangat pede akan apa yang dipikirkannya dan memberikan jawaban seperti itu. Seandainya ada lubang di dekatnya dia akan masuk dan bersembunyi di dalam lubang itu karena merasa malu.

Terpopuler

Comments

Halim Hrfin

Halim Hrfin

ciri2 mau hiatus ya thor?

2023-01-19

1

ketombee

ketombee

👍☕

2022-07-20

1

lihat semua
Episodes
1 Pria Pengidap Psikologis Introvert Stadium Empat
2 Kompensasi 25 juta
3 Datangnya Keajaiban
4 Penglihatan 24 Jam
5 Membuka Rekening Sekuritas
6 Memulai Investasi Saham
7 Uang Datang Menghampiri Tan
8 Kaya Raya Belum Tentu Miliader
9 Bertemu Mantan Pacar
10 Aku Bisa Bayar Sendiri
11 Mendaftar Sekolah Mengemudi mobil
12 Membeli Mobil 1,32 Miliar Tunai
13 Memberikan Tip 500 Ribu Lagi
14 Mantan Pacar Mengajak Bertemu
15 Undangan Pernikahan
16 Membeli Pakaian Branded
17 Menghabiskan Uang 40 Juta Dalam 8 jam
18 Menghadiri Pernikahan Mantan Pacar
19 Bertemu Lagi Dengan Ayunindya
20 Ayunindya Tertarik Pada Tan
21 Pergi ke Jakarta
22 Menginap Di Kamar Presidential Suite
23 Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
24 Memberikan Kejutan
25 Happy shopping!
26 Happy Shoping (2)
27 Bertemu Dengan Teman SMA
28 Reuni kelas 12-1 IPS (1)
29 Reuni kelas 12-1 IPS (2)
30 Reuni Sekolah Itu, Acaranya Pamer Kekayaan
31 Biar Aku Yang Bayar
32 Tidak Perlu Dikembalikan
33 Kencan Buta
34 Bertemu Lagi
35 Menjadi Anjing Penurut
36 Ajakan Ayunindya
37 Rasa Canggung
38 Cari Pekerjaan Hanya Untuk Hilangkan Kebosanan
39 Plin Plan
40 Menjual Motor
41 Buat ojek online, motor mana yang nyaman?
42 Dompet Buncit
43 Costumer Perempuan Cantik
44 Mendengar Curhatan Perempuan Cantik (Part 1)
45 Mendengar curhatan perempuan cantik (part 2/akhir)
46 Memberikan pelajaran pada pria Br*ngs*k (part 1)
47 Memberikan Pelajaran Pada Pria Br*ngs*k (part 2/akhir)
48 Apa Kamu Ingin Buat Perusahaan?
49 Fantastis Investment
50 Ke Jakarta Lagi
51 Bertemu lagi
52 Dipermalukan
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Pria Pengidap Psikologis Introvert Stadium Empat
2
Kompensasi 25 juta
3
Datangnya Keajaiban
4
Penglihatan 24 Jam
5
Membuka Rekening Sekuritas
6
Memulai Investasi Saham
7
Uang Datang Menghampiri Tan
8
Kaya Raya Belum Tentu Miliader
9
Bertemu Mantan Pacar
10
Aku Bisa Bayar Sendiri
11
Mendaftar Sekolah Mengemudi mobil
12
Membeli Mobil 1,32 Miliar Tunai
13
Memberikan Tip 500 Ribu Lagi
14
Mantan Pacar Mengajak Bertemu
15
Undangan Pernikahan
16
Membeli Pakaian Branded
17
Menghabiskan Uang 40 Juta Dalam 8 jam
18
Menghadiri Pernikahan Mantan Pacar
19
Bertemu Lagi Dengan Ayunindya
20
Ayunindya Tertarik Pada Tan
21
Pergi ke Jakarta
22
Menginap Di Kamar Presidential Suite
23
Jangan Menilai Orang Dari Penampilan
24
Memberikan Kejutan
25
Happy shopping!
26
Happy Shoping (2)
27
Bertemu Dengan Teman SMA
28
Reuni kelas 12-1 IPS (1)
29
Reuni kelas 12-1 IPS (2)
30
Reuni Sekolah Itu, Acaranya Pamer Kekayaan
31
Biar Aku Yang Bayar
32
Tidak Perlu Dikembalikan
33
Kencan Buta
34
Bertemu Lagi
35
Menjadi Anjing Penurut
36
Ajakan Ayunindya
37
Rasa Canggung
38
Cari Pekerjaan Hanya Untuk Hilangkan Kebosanan
39
Plin Plan
40
Menjual Motor
41
Buat ojek online, motor mana yang nyaman?
42
Dompet Buncit
43
Costumer Perempuan Cantik
44
Mendengar Curhatan Perempuan Cantik (Part 1)
45
Mendengar curhatan perempuan cantik (part 2/akhir)
46
Memberikan pelajaran pada pria Br*ngs*k (part 1)
47
Memberikan Pelajaran Pada Pria Br*ngs*k (part 2/akhir)
48
Apa Kamu Ingin Buat Perusahaan?
49
Fantastis Investment
50
Ke Jakarta Lagi
51
Bertemu lagi
52
Dipermalukan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!