Dengan perasaan lega, Tan berhasil kembali ke rumahnya dengan aman. Sebelumnya dia sudah merasa cemas dan was-was sepanjang jalan dari Bank Pusat Asia ke rumahnya karena dirinya sedang membawa uang dalam jumlah yang cukup banyak.
Ini adalah pertama kalinya Tan membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Uang tunai paling besar yang pernah dia bawa sebelumnya hanya sebesar 5 juta dan itu juga untuk membayar uang bulanan kuliahnya. Bukan untuk dikonsumsi pribadi.
"Fiuh~terima kasih ya Allah, Engkau sudah melindungi hamba ini dari segala macam bahaya saat hamba membawa uang begitu banyak ini." Kata Tan yang sangat bersyukur.
Dia merasa sangat cemas bila saja ada cobaan yang diberikan padanya saat membawa uang sebanyak itu.
Seperti adanya perampokan atau supir taksi online yang dia pesan, membawa dirinya ke tempat sepi untuk merampas uangnya.
Dia merasa bersalah karena sudah berpikiran buruk pada supir taksi online yang telah mengantarnya ke rumah.
"Mohon maaf pak supir, atas pikiran negatif aku pada bapak." Ucap Tan dalam pikirannya.
Hanya karena dirinya membawa uang banyak secara tunai, dia sudah berpikiran yang tidak-tidak dan selalu bersikap waspada pada siapapun itu.
"Memiliki uang banyak itu memang tidak selalu membawa kebahagiaan tapi bisa membuat orang stress dan berpikiran negatif pada siapapun."
Tan berjalan menuju ke kamarnya, untuk berganti pakaian. Dia tidak mandi karena hari sudah siang, memasuki waktu sholat Dzuhur. Setelah berganti pakaian, dia menuju ke kamar mandi yang berada tepat di sebelah kamarnya yang berada di lantai satu.
Sebelum kedua orang tuanya meninggal dunia, kamarnya berada di lantai dua. Namun setelah itu, dia memakai kamar almarhum papa dan mamanya.
Kamar mandi di rumah itu hanya ada di lantai satu, tidak ada di lantai dua sehingga dulu, dia harus berulang kali menuruni tangga hanya untuk sekedar mandi, wudhu, dan buang air kecil maupun besar.
Tan adalah anak tunggal sehingga dia tidak memiliki saudara kandung untuk membantu keuangannya.
Meskipun dia memiliki kerabat keluarga baik itu dari papa ataupun mamanya, hanya ada beberapa kerabat yang mau membantu dirinya saat mengalami masalah dan itu dapat dihitung dengan jari.
Sedangkan kerabat lainnya menjauhi dirinya bahkan menghina dirinya karena menjadi beban dan mempermalukan keluarga karena pengangguran dan memiliki hutang yang begitu besar.
Tan tidak terlalu mempermasalahkan kerabat yang menghina dirinya karena apa yang mereka katakan memang benar, dirinya hanya menjadi beban keluarga.
Tapi setidaknya mereka sadar diri tidak menghina atau merendahkan dirinya secara langsung disaat keluarga besar baik dari keluarga papanya atau mamanya berkumpul.
Oleh karena itu, dia tidak lagi pernah lagi ikut dalam pertemuan keluarga besar dari kedua orangtuanya sejak kedua orang tuanya meninggal dunia sampai sekarang ini.
Meskipun ada kerabat yang masih peduli dan membantu dirinya, membujuk dirinya untuk hadir dalam pertemuan keluarga besar itu, Tan selalu menolak secara halus dengan berbagai alasan.
Dia mengambil air wudhu di kamar mandi dan setelah itu akan melangsungkan sholat Dzuhur seperti biasanya. Meskipun tubuhnya terasa sakit, terutama pada punggungnya saat melakukan ruku' dan sujud, tapi dia melakukannya secara perlahan-lahan.
Hanya kurang lima menit dia sudah selesai sholat Dzuhur serta dengan dzikir dan berdoa pada Allah tentang pengampunan dirinya, orang tuanya, perlindungan, rezeki dan lainnya.
"Baiklah mari kita bagi-bagi uang ini." Ucap Tan pada dirinya sendiri yang sudah duduk di atas tempat tidur sambil meletakkan tiga ikat uang di atas tempat tidurnya juga.
Dia langsung memilah-milah uang tersebut ke berbagai keperluan, terutama keperluan membayar hutang karena pembayaran hutang adalah prioritas utamanya.
Dia tidak ingin bila sewaktu-waktu malaikat Izrail datang untuk mencabut rohnya dalam keadaan masih berhutang.
Tan mengambil 10 juta untuk keperluan hidupnya dan membayar tagihan air yang nantinya akan mengajukan penghentian langganan.
Sedangkan 15 juta untuk membayar hutang-hutangnya. Dia memberikan jumlah yang lebih banyak pada pembayaran tiga pinjaman online karena pada pinjaman itu ada bunganya.
Sebenarnya Tan tidak ingin mengambil pinjaman online karena terdapat perbuatan riba, tapi karena dalam keadaan darurat sehingga terpaksa mengambil peminjaman online tersebut.
Awalnya dia sudah mengajukan pinjaman pada beberapa Bank Syariah untuk modal usaha onlinenya tapi di tolak semuanya karena melihat kemampuan Tan untuk mengembalikan pinjaman tersebut tidak ada.
Pihak bank bisa menyetujui pinjaman bila Tan memberikan sebuah jaminan yang sesuai atau lebih dari nilai pinjamannya.
Jadi yang bisa dia berikan sebagai jaminan hanyalah rumah peninggalan orang tuanya tersebut yang sudah diganti kepemilikan nama pada sertifikat tanah menjadi namanya terlebih dahulu saat ingin dijadikan sebagai jaminan pinjaman.
"Besok aku akan menyetor, untuk saat ini lebih baik beristirahat agar cepat sembuh."
Dia memasukkan uang yang berjumlah berbeda-beda itu ke dalam dua amplop putih besar yang tersimpan banyak di laci meja rias mamanya sehingga membuat dua amplop itu yang tadinya tipis menjadi gembung.
Dalam keadaan berbaring di atas tempat tidur, dia membuka aplikasi browser pada ponsel pintarnya untuk mencari tentang segala hal tentang saham.
Dia telah mendapatkan sedikit gambaran atas apa yang terjadi padanya tentang penglihatan tersebut.
Setelah mendapat penjelasan singkat dari petugas teller, Nani Maharani, mengenai arti warna yang ada pada indeks saham domestik yang dilihatnya itu.
Dia mengerti kalau dirinya mendapatkan penglihatan masa depan dalam kurung waktu satu hari atau 24 Jam.
Akan tetapi penglihatan itu hanya terjadi pada saat dia melihat index saham saja tidak ke hal lainnya.
Dia telah melakukan eksperimen dengan melihat seseorang saat berhenti di lampu merah untuk melihat apa yang akan terjadi selama 24 jam kemudian pada orang itu, tapi tidak ada penglihatan yang muncul dalam pikirannya.
Meskipun dia telah melotot sampai dikira oleh orang itu ngajak berantem karena Tan menatapnya dengan tatapan tajam, dia tidak mendapatkan penglihatan apapun tentang satu hari kedepannya pada orang tersebut.
Namun saat melihat index saham domestik melalui aplikasi saham BEI yang dia download pada ponsel pintarnya, dia kembali mendapatkan penglihatan perubahan saham yang terjadi dalam kurun waktu maksimal satu hari.
Semua penglihatan tersebut terbukti benar seratus persen. Warna-warna yang ada dalam angka saham tersebut berubah sesuai dengan penglihatannya sampai batasnya, 24 jam.
Tan berpikir, bagaimana dia bisa mendapatkan penglihatan seperti itu? Sebelumnya dia tidak pernah mendapatkan hal seperti ini.
"Apa Allah telah memberikan bantuan padaku dengan sebuah keajaiban penglihatan ini?" Tanya Tan pada dirinya sendiri.
"Tapi kenapa harus penglihatan perubahan index saham? Apakah saham itu halal? Bukankah saham itu menyamai judi?" Tanya Tan lagi pada dirinya.
Dia kemudian mengetik pada pencarian dengan kata kunci 'saham halal atau haram?'
Tan tidak ingin melakukan sesuatu yang haram karena itu sama saja telah melanggar perintah Allah dan sebagai muslimin yang taat dia harus mendapatkan penjelasan yang cukup jelas tentang sesuatu itu halal atau haram.
Bila terjadi perbedaan pandangan dari berbagai ulama tentang halal dan haram maka dia akan melihat pendapat dari tiga organisasi Islam besar dan memang teruji kelayakan sebagai ulama di negaranya, Indonesia.
Meskipun dia mendapatkan keajaiban dapat melihat perubahan yang terjadi pada saham dalam waktu 24 kedepannya, dia tidak serta merta akan menerima itu karena takutnya, Allah memberikan cobaan padanya dengan memerintahkan setan untuk memberikan tipu muslihatnya agar menjerumuskan dirinya ke jalan yang salah, jalan pembangkangan perintah Allah.
Dengan cepat situs pencarian tersebut langsung menampilkan begitu banyak informasi tentang kata kunci tersebut.
Dia membaca satu persatu informasi tentang saham tersebut yang diambil dari berbagai pendapat dalam perspektif Islam.
Kebanyakan para ulama atau cendekiawan Islam menghalalkan saham dengan syarat yang cukup tegas. Selain itu juga terdapat penjelasan tentang perbedaan saham dengan judi yang dari penjelasan tersebut sangat masuk akal.
Saham merupakan salah bentuk produk penjualan dari perusahaan untuk mendapatkan dana agar perusahaannya berjalan untuk mendapatkan keuntungan sebesar mungkin.
Dengan membeli saham perusahaan, seseorang bisa menjadi pemilik perusahaan dari saham yang dia beli meski kepemilikan itu tergantung dengan seberapa banyak dia membeli saham perusahaan tersebut.
Setelah membaca berbagai pendapat dan cendekiawan Islam tersebut, Tan memutuskan untuk ikut serta melakukan pembelian dan penjualan saham.
"Ini adalah kesempatan yang diberikan Allah padaku dan aku tidak akan menolaknya, bagaimana menolak rezeki sama saja menghina Allah karena rezeki itu juga datang atas izin Allah." Kata Tan yang berusaha meyakinkan dirinya atas apa yang akan dia perbuat.
Dia mulai mempelajari secara mendalam tentang saham agar dia dapat mengerti lebih jelas.
Meskipun dia memiliki penglihatan harga index saham satu hari ke depan, bukan berarti dia tidak mempelajarinya dan melakukan begitu saja dengan mempercayakan seluruhnya pada penglihatan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Putra_Andalas
blum apa² sdh Goblok...knpa tadi gk sekalian buka Rekening & ATM 😂
2024-06-29
0
Tan Koto
Wajar ada perbedaan pendapat dalam suatu urusan dan tidak cocok dikatakan sebagai lebay , karena opini dari sisi manapun boleh dimunculkan apalagi isu tentang saham ini termasuk dalam pembahasan fikih kontemporer dalam pelajaran agama islam
2022-08-20
3
Zafrullah Effendy
bukan riya, tapi riba
2022-07-26
4