Setelah kehilangan kesadaran dalam waktu beberapa menit pasca kecelakaan, kesadaran Tan mulai kembali secara perlahan.
Dia berusaha membuka kedua matanya yang sangat susah untuk dibuka, seperti ada yang menahannya.
Meskipun kedua matanya sudah berhasil dia buka pun, penglihatannya masih buram untuk beberapa saat sampai akhirnya penglihatannya itu berangsur-angsur normal.
Saat itu, dalam penglihatannya, dia melihat sebuah lampu gantung yang menancap di langit-langit ruangan tempat dia berada. Langit-langit itu juga berwarna putih secara keseluruhan.
"Dimana aku?" Tanya Tan dengan kepala terasa pusing, sakit dan bagian belakang tubuhnya juga terasa sakit saat dirinya bergerak.
"Ini di rumah sakit, kamu telah tidak sadarkan diri selama satu setengah jam setelah kecelakaan itu."
Seorang perempuan berumur antara 20 sampai 26 tahun, dengan wajah cantik natural, mulus, bersih, putih cerah, dan berambut panjang warna hitam seperti iklan sampo sedang duduk di kursi lipat dan menjawab pertanyaan Tan.
Pria itu menatap dengan pandangan tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini karena baru pertama kalinya melihat ada wanita yang secantik itu di dekat dengannya.
Dengan kecantikan yang dimiliki dari perempuan itu, kecantikan Saras, mantan pacarnya tidak bisa disamakan sama sekali. Bila ingin diperingkat maka perempuan itu berada di urutan nomor 2 dalam kecantikan yang pernah Tan lihat selama hidupnya.
Urutan pertama adalah alrmahum mamanya, bagaimanapun tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan dan hal lainnya dari seorang Ibu yang melahirkan dirinya.
Perempuan itu juga menggunakan pakaian pakaian kerja yang sangat formal tapi terlihat mewah dan elegan. Memperlihatkan bahwa perempuan itu adalah seorang pimpinan sebuah perusahaan besar dan ternama.
"Siapa kamu?" Tanya Tan.
"Aku adalah pemilik mobil yang kamu tabrak beberapa jam yang lalu" jawab perempuan itu.
Mendengar itu, membuat Tan kembali teringat peristiwa kecelakaan itu dan dia langsung berpikir apakah perempuan cantik yang ada dalam penglihatannya saat ini menunggu dirinya sadar untuk menagih ganti rugi kerusakan mobilnya.
Dia teringat kalau mobil itu adalah mobil buatan Eropa yang tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang karena harga minimal mobil buatan Eropa di atas 500 juta.
"Kalau benar seperti itu, beban hidup aku akan semakin banyak, ya Allah, mengapa engkau berikan cobaan seperti ini padaku?" Pikir Tan yang sudah sangat cemas.
"A ... Pa, kamu ingin menagih ganti rugi atas kerusakan mobilmu? Kalau benar, maka aku tidak akan bisa mengganti rugi kerusakan mobilnya kamu dalam waktu cepat ini, mohon berikan waktu yang cukup lama untuk membayarnya, aku janji tidak akan lari dari tanggung jawab." Kata Tan yang merasa sangat gugup dan takut kalau permintaannya tidak dipenuhi oleh wanita cantik itu.
"Masalah itu, kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan meminta ganti rugi padamu, kerusakannya juga tidak terlalu parah, jangan khawatirkan masalah itu." Kata perempuan cantik itu.
Pernyataan itu, membuat Tan merasa lega karena dia tidak tahu harus bagaimana cara mendapatkan uang agar bisa membayar ganti rugi kerusakan mobil perempuan itu.
Membayar semua tagihannya yang membengkak saat ini saja sudah membuat dia tercekik apalagi harus membayar ganti rugi kerusakan mobil, itu sama saja sebuah pisau telah menikam jantungnya.
Meskipun begitu, Tan merasa heran atas alasan keberadaan wanita cantik itu bila tidak ingin menagih biaya ganti rugi atas kerusakan mobilnya.
Seperti menjawab pikiran Tan, perempuan itu berkata, "Karena kamu sudah sadar, aku harus pergi, masalah kompensasi atas kerusakan motor kamu, biaya perawatan rumah sakit, dan hal lainnya akan dibahas oleh tim legal perusahaan aku."
Perempuan cantik itu beranjak dari kursi lipat yang tidak empuk dan nyaman itu, meninggalkan Tan yang sedang berbaring di atas tempat tidur UGD rumah sakit.
Tan baru menyadari kalau perempuan itu tidak sendirian, tapi ada juga dua orang lainnya, yakni perempuan dan laki-laki. Perempuan ikut dengan perempuan cantik itu sedangkan yang laki-laki tetap berada di tempat dan sangat menghormati perempuan cantik itu.
"Tunggu ... " Ucap Tan membuat dua perempuan yang sangat berbeda kecantikan itu berhenti dan kembali menatap Tan.
"Kamu tidak perlu melakukan ini, kecelakaan itu bukan kesalahan kamu, tapi aku yang tidak hati-hati dan tidak menyadari adanya mobil kamu." Kata Tan yang tidak ingin menerima uang kompensasi dari perempuan cantik dan baik itu.
Bagaimanapun kecelakaan ini adalah kesalahannya yang tidak hati-hati pada saat itu. Dia tidak ingin mengambil keuntungan dari kesalahan yang diperbuat oleh dirinya sendiri. Itu sama saja penipuan.
Sebagai muslimin yang taat pada ajaran agama Islam, segala bentuk perbuatan yang merugikan orang lain adalah tindakan yang dilarang dalam agama, jadi dirinya tidak ingin melakukan hal yang melanggar aturan agamanya.
Perempuan itu terdiam sejenak dan kemudian berkata, "Meskipun kamu mengatakan hal seperti itu, aku tetap akan memberikan kompensasi padamu, terlepas siapa yang salah, aku tetap memberikannya, dalam hal ini aku tidak mengalami cidera apapun dan kerusakan mobil juga tidak terlalu parah, tapi kamu mengalami cidera dan motor kamu mengalami kerusakan parah, jadi apakah kamu akan menerima atau mau membuang uangnya, itu terserah kamu," jelas perempuan cantik itu sebelum dia pergi meninggalkan Tan bersama dengan perwakilan legal perusahaannya.
Tan tidak bisa berkata apa-apa lagi karena perempuan cantik itu sudah pergi. Pada saat itu juga perwakilan legal perusahaan perempuan cantik itu mengeluarkan beberapa berkas yang harus ditandatangani oleh Tan.
Meskipun hal ini tidak diperkenankan dalam hukum karena orang yang sedang tidak dalam kondisi sehat jasmani dan rohani, tidak dibolehkan untuk memberikan sebuah pernyataan atau sebuah tanda tangan pada sebuah berkas yang mengandung unsur hukum.
Tapi, Tan tetap memberikan tanda tangannya setelah mendengar beberapa penjelasan penting dalam berkas hukum tersebut.
Dia tidak bisa membaca berkas itu karena tubuhnya masih terasa sakit saat digerakkan, terutama pada bagian punggungnya yang sangat terasa sakitnya.
Jadi dia tidak tahu berapa total nominal kompensasi yang akan diberikan padanya.
"Jadi, bisakah tuan Tanaka beritahu nomor rekening, tuan, agar pihak keuangan kami, bisa langsung mengirim 25 juta ke rekening tuan Tanaka dan itu tidak termasuk biaya perawatan tuan Tanaka di rumah sakit ini dan biaya perbaikan motor tuan Tanaka." Ucap perwakilan legal itu.
Mendengar jumlah yang tidak masuk akal itu membuat Tan terkejut sampai dia lupa akan rasa sakit yang di deritanya.
"25 juta!? Apa tidak salah? Apa itu tidak terlalu besar untuk kompensasi yang harus aku terima?" Tanya Tan dengan mata melotot karena terkejut.
"Aku hanya menjalankan perintah atasan, bila atasan sudah berkata seperti itu jumlah nominalnya, aku hanya bisa melaksanakannya, meskipun bagi tuan Tanaka, 25 juta sangat besar, tapi atasan saya tidak beranggapan seperti itu, dengan aset bersih perusahaan yang mencapai 700 triliun pertahun, maka 25 juta hanyalah jumlah kecil, semacam uang jajan untuk membeli permen lollipop." Jelas perwakilan legal itu yang menyombongkan keuangan perusahaan tempat dia bekerja.
Tan tidak tahu apakah pria dihadapannya telah berkata terlalu berlebihan atas kekayaan perusahaan atau memang benar seperti itu. Kalaupun memang benar maka itu sama saja atasannya merupakan anggota kelompok super konglomerat di Indonesia.
Meskipun begit, Tan tidak tahu siapa saja anggota kelompok super konglomerat Indonesia itu karena dia jarang membaca berita bisnis. Dalam pikirannya hanya bagaimana cara mendapatkan uang.
"Kalau boleh tahu, siapa nama atasan kamu tadi?" Tanya Tan yang penasaran.
Dia harus tahu siapa dermawan cantik itu karena dia ingin membalas kebaikan dari perempuan cantik itu bila dirinya memiliki kesempatan untuk melakukannya suatu saat nanti.
"Tuan Tanaka tidak mengenal siapa atasan saya? Apa di rumah tuan Tanaka tidak ada TV atau tuan tidak pernah membaca berita online? Apa tuan Tanaka hidup dalam gua?" Tanya pria itu yang mengejek Tan di perkataan terakhirnya tanpa dia sadari.
Tan kesal dengan perkataannya itu. Dia memiliki TV tapi acara yang dilihat hanyalah acara hiburan tidak pernah sekalipun tentang berita.
Acara berita di tv aja jarang dia lihat apalagi berita online dan juga dia tidak tinggal di gua tapi di rumah peninggalan orang tuanya yang suatu saat akan disita oleh Bank karena gagal membayar pinjaman, tentu saja itu pinjaman dari bank syariah.
"Jadi, bisa sebutkan saja nama atasan kamu itu tanpa perlu menghina aku?" Pikir Tan dalam dirinya.
"Atasan aku tadi itu adalah Ayunindya Batari Jayantaka, Anak ke dua sekaligus putri pertama dari keluarga Jayantaka yang memiliki kekayaan sekitar 466 triliun pertahun dan juga merupakan direktur pemasaran dan pengembangan dari perusahaan Jaya group yang memiliki aset bersih 700 triliun pertahun" jelas pria itu dengan penuh semangatnya.
Sementara itu, pendengarnya hanya bersikap biasa saja. Meskipun begitu, Tan masih terkejut dengan kekayaan yang dimiliki oleh keluarga perempuan cantik itu.
Tan membayangkan seandainya dirinya memiliki kekayaan sebesar itu maka hidupnya akan menjadi lebih baik daripada saat ini dan Saras, mantan pacarnya tidak akan meninggalkan dirinya.
Pria itu masih mencintai mantan pacarnya itu karena bagaimanapun perempuan itu sudah mengisi hati Tan, menemani dan membantunya selama ini.
Namun karena kebodohannya dan sifatnya, dia harus menerima nasib untuk berpisah dengan cinta pertama dan berharap akan menjadi yang terakhir.
Saat ini harapannya menjadi terakhir itu sudah sirna karena Saras memutuskan untuk mengakhiri hubungan kekasih dengan dirinya.
"Jadi seperti itulah, tuan Tanaka, bisakah sekarang kamu memberitahu nomor rekening bank milik kamu, aku harus kembali ke kantor karena memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan lebih lama lagi."
Mendengar permintaan pria itu, Tan akan menyebutkan nomor rekeningnya. Dia memiliki ingatan yang bagus jadi dia mengingat nomor rekeningnya.
Tapi setelah berpikir sejenak, dia kemudian bertanya pada pria itu.
"Bisakah kompensasinya itu diberikan secara tunai? Aku tidak ingat nomor rekening aku, buku rekening ada di rumah dan aku tidak mencatatnya di ponsel pintar aku." Kata Tan dengan tersenyum.
Dia terpaksa berbohong karena bila uang kompensasi itu dimasukkan kedalam rekeningnya, bank akan langsung mengambil secara otomatis untuk dimasukan kedalam pembayaran angsuran pinjaman.
Tan tidak ingin hal itu terjadi, bagaimanapun dia harus mengatur keuangannya lebih baik karena hanya uang 25 juta itulah asetnya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
V.Y.Z
Berkah dibalik musibah
2023-03-02
0
🔥 The Choosen One 🔥
Lahh, MC yang nabrak mobil apa mobil yang nabrak MC ini?
2022-08-20
2
ketombee
musibah yg menguntungkan😀😀😀
2022-07-20
1