Sekawanan burung melintas di langit sore. Diatas alun alun kebanggaan Jogja. Pedagang ronde dan jagung bakar mulai mengelar tenda mereka. Menyambut malam yang menjadi jalan datangnya rejeki. Dipersimpangan terlihat sekelompok kesenian musik sedang berlatih dengan angklung mereka.
Tidak jauh dari situ. Keluarga kecil Yudha sedang menikmati sore di alun-alun. Lisa dan Lili sedang asik bermain dengan gelembung. Berlarian kesana kemari mengejar gelembung sabun yang ditiupkan oleh ayahnya.
Siska yang kelelahan, saat ini duduk dibangku besi disekitar mereka. Menarik nafas panjang kemudian menghembuskan lagi. Memperhatikan interaksi suami dan buah hatinya. Sesekali melembarkan senyum, saat mereka melihatnya.
Ditengah keasikan bermain gelembung. Smartphone Yudha berdering. Tampak dari layar, Yang meneleponnya adalah Bang Tigor. Yudha segera menjawab teleponnya.
"Sore bang." Kata Yudha bersemangat.
"Bisa kau malam, ini kerumahku. Kita nonton bola sambil omong bisnis." suara Bang Tigor dari seberang.
"Siap bang, jam tujuh saya sampai rumah abang ya. mau dibawakan apa?"
"Sudah ku siapkan semuanya. Asal datang aja kau. Ada temanku yang tertarik sama usaha telurmu, dia datang juga nanti."
"Siap siap bang." mendengar peluang yang disampaikan temannya, Yudha semakin bersemangat. Benar saja, baru tadi siang Siska menyampaikan keinginannya untuk memperbesar usaha telur asin, dan sekarang Tuhan langsung memberikan jalan.
"Pasti saya tidak akan telat bang." pungkas Yudha sebelum menutup teleponnya.
Yudha menyerahkan alat pembuat gelembung kepada Lisa. Meminta Lisa untuk mengantikannya membuat gelembung. "Kalian main dulu disini ya, ayah ke tempat ibu sebentar." Kata Yudha kemudian berlari ke arah Siska.
"Sayang coba tebak berita baik apa?" Tanya Yudha begitu sampai didepan istrinya.
"Emmm kita mau lanjut nonton." Siska mencoba menebak. Nonton bioskop adalah hal yang paling tidak disukai Yudha, jadi menurut Siska, jika Yudha mengajaknya nonton adalah salah satu hal baik. disisi lain Siska juga ingin mengoda suaminya.
"Ayo Kita nonton, siapa takut." teriak Yudha sambil terus berlari ke arah Siska.
Mendengar jawaban itu, Siska hanya tersenyum . dirinya yakin juka ada berita lain yang ingin disampaikan Yudha. Siskapun neranjak dari temoat duduknya kemudian melangkah mendatangi suaminya dan mengandeng tangannya saat mereka sudah dekat.
"Jadi apa berita baiknya sayang?" Kata Siska kemudian.
"Teman Bang Tigor ada yang tertarik dengan usaha kita,"
"Syukurlah, Kamu tahu orangnya?"
"Belum tahu, malam ini Aku akan menemuinya di rumah bang tigor. Sambil nonton bola."
"Harus malam ini ya? kenapa gak besok aja?" Siska melepaskan tangan Yudha. Sebenarnya dia sedang ingin menghabiskan waktu dengan keluarganya.
"Itu juga kalau istriku mengizinkan, baru aku akan pergi." Kata Yudha menenangkan Siska yang berubah sikap. "Aku telepon bang Tigor sekarang ya, untuk mengundur besok pagi." Yudha segera mengambil smartphone di kantong kiri celananya.
"Tidak apa - apa, pergilah." izin dari siska keluar sebelum Yudha menemukan kontak Bang Tigor.
"Benar sayang?" Yudha memastikan sambil mengengam kedua tangan istrinya. Siska tersenyum dan mengangguk.
***
Yudha sudah pergi kerumah bang tigor setengah jam yang lalu. kini Siska bersama kedua anaknya sedang membersihkan diri dan bersiap untuk tidur.
Siska sudah menyiapkan dua piyama bermotif sama dengan ukuran berbeda sesuai badan Lisa dan Lili. Piyama tersebut diletakkan diatas kasur. menunggu empunya keluar dari kamar mandi.
"Krekkk..." Pintu kamar Mandi dibuka, dua malaikat kecil keluar. Masing masing mengenakan handuk berkarakter putri Disney. Kemudian berlari kecil kearah ibu mereka yang terduduk diatas kasur, menunggu anak anaknya.
Siska membantu yang kecil mengeringkan badan dan memakaikan piyama.
"Ibu, malam ini ibu tidur bersama kami kan?" Tanya Lili, manja.
"Adek, kan sudah janji tidur sama Kaka. Ibu dikamar sebelah." Protes Lisa mengingatkan.
"Plis bu..., satu malam lagi tidur disini." pinta Lili.
Sebenarnya Siska lebih memilih tidur bersama anak anaknya. Selama tinggal dirumah ini, Siska selalu menjadikan Lili sebagai alasan agar tidak tidur di kamarnya bersama Yudha. walaupun sebenarnya memang Lili yang manja selalu minta ditemani.
Berbeda dengan Lili, Lisa yang jauh lebih besar sudah ingin tidur sendiri. Dia tidak sabar membagikan ke teman temannya, pengalaman tidur tanpa orang tua. Namun selalu terkendala dengan rengekan adiknya.
Menyikapi hal itu, Siska harus mengambil jalan tengah. "Baiklah ibu akan menemani anak anak ibu sampai tertidur, setelah itu ibu akan kembali ke kamar ibu. bagaimana?"
Tawaran Siska langsung diiyakan oleh kedua anaknya. Dan itu berarti mulai malam ini Siska harus mulai tidur sekamar dengan Yudha.
"Sekarang pergilah ke tempat tidur, ibu akan membacakan cerita."
Sementara kedua anaknya menaiki tempat tidur masing masing. Siska berjalan ke rak buku mengambil salah satu buku cerita untuk dibacakan. Siska duduk di ranjang Lili, didekat kakinya. kemudian mulai membaca.
Baru seperempat halaman, anak anak sudah terlelap. Siska menutup bukunya kemudian meletakkan kembali ke rak buku. tak lupa merapikan selimut sehingga memberikan kehangatan Yang sempurna bagi anak anaknya. Setelah meredupkan lampu, Siska meninggalkan kamar menepati kapta katanya.
***
Rumah Bang Tigor mudah dikenali. Berbeda dari rumah kebanyakan di sekirarnya. Sebuah rumah pangung dengan perpaduan warna kuning dan hijau menyala. Dengan mudah Yudha menemukan rumah itu, walau sudah lama tidak singah.
"Wah Yudha... masuk masuk." teriak Bang Tigor Dari teras rumahnya.
Yudha berjalan memasuki teras rumah yang dulu menjadi pendengar setia keluh kesahnya. Gaya dan penataannya belum berubah.
Bang Tigor sudah menunggunya bersama seorang laki laki yang diperkenalkan sebagai jangkung. jelas itu adalah nama julukan untuk laki laki yang memiliki tubuh tinggi besar athletic. laki laki itu duduk di kursi single di seberang kanan kursi tempat bang tigor duduk. keduanya berlomba mengepulkan asap.
Yudha menyalami mereka dan memperkenalkan diri. "Yudha, teman curhatnya Bang Tigor." semua tertawa mendengar perkenalan Yudha.
"Nah ini si Jangkung, kau panggil saja Jangkung. biar akrab." Bang Tigor memaksa.
"Boleh panggil nama asli juga bang, Nama saya su...."
"Ah sudahlah Jangkung saja biar gampang." Kata Bang Tigor memotong kalimat teman curhatnya yang lain.
Semakin larut perbincangan semakin berisi. semua telah dibagikan, mulai dari pengalaman masa muda, rencana jangkung, hingga kesempatan terkait usaha telur asin. Paket kumplit, sama seperti kacang, kwaci dan kopi yang menjadi teman ngobrol sedari tadi.
Begitulah perkenalan awal antara Yudha dan Jangkung. Kita sebut saja dia Jangkung untuk saat ini. Dari perkenalan inilah akan terbangun sebuah kerjasama yang baik. Mungkin. ta semoga saja begitu.
Akankah perkenalan ini menjadikan mereka seperti kacang, kwaci, dan kopi? Yang akan semakin menghangatkan saat disajikan bersama. melengkapi satu sama lain. Meleburkan ego sisetiap tongkrongan.
Jam dinding baru menunjukkan pukul sembilan malam, saat Yudha berniat untuk undur diri. Kalau tidak karena bertemu teman barunya, Jangkung, dan membicarakan usaha telur asin, Yudha tidak akan meninggalkan rumahnya seorang diri malam malam begini.
Dalam pikiran Yudha, senyuman dan bayang bayang wajah Siska melintas berulang kali. Apalagi sikap Siska hari ini tidak lagi dingin padanya. Hal ini juga mendorong Yudha untuk segera berpamitan. Agar bisa pulang dan melihat wajah keluarga kecil ya, terlebih Siska, satu satunya perempuan yang sangat dia cintai. walaupun jika sudah sampai rumah, Yudha berfikir , hanya Akan melihat mereka dari pintu kamar anak anaknya. Sama seperti malam malam sebelumnya.
"Bang saya pamit dulu, tak enak istri dan anak anak dirumah bertiga."
"Hahahaha.... pengantin baru pengantin baru, Aku lupa baru sebulan kalian menikah." Goda Bang Tigor. "Pulanglah. biarkan Aku ditemani si Jangkung yang lajang ini." tambahnya
Setelah mendapatkan izin, Yudha kembali menyalami keduanya serta istri bang tigor yang sedang menonton televisi didalam.
"Ajaklah istrimu kemari, pengen juga aku ngobrol sama dia, cantik kata suamiku. Penasaran aku secantik apa dia? kata istri bang tigor saat Yudha menyalaminya.
"Ah, bicara apa kau, ada ada saja." teriak bang tigor dari luar. "Salah kau juga tak mau ikut kerumahnya kemarin." timpalnya lagi
"Siapa yang akan mangaduk rendangku kalau aku ikut waktu itu," istri bang tigor tak mau kalah beradu argumen. "Abangpun mendadak mengajakku. Sudah ku masukkan daging itu ke tungku."
"Sudah sudah tak pulang pulang nanyi tamu kita ini." Kata Tigor sambil menyusul Yudha ke dalam.
"ha iyalah, pulanglah kasian istrimu menunggu." Istri tigorpun ikut mengingatkan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments