Malam baru saja datang, tapi sunyi telah mendatangkan sepi, menyelimuti setiap sudut rumah ini. Sebuah rumah yang seharisnya memberi kesan damai. Bamyak lampu yang mengelilingi rumah ini sehingga menjadi penerang bagi sekitar. Tapi rasanya sebanyak apapun lampu malam ini masih terasa gelap bagi Yudha. Diluar rumah terbentang halaman yang luas dan ditumbuhi berbagai tanaman kayu dan buah, penuh tidak seperti hati yudha yang terasa kosong.Biasanya terdengar suara jangkrik atau katak kawin dari daerah lembab disisi kanan halaman. Namun entah mengapa kebisingan itu tak datang malam ini.
Yudha masih belum beranjak dari tempatnya menikmati kopi tadi sore. Kini ia seorang diri menikmati sepi malam ini. Tamunya sudah undur diri, dan kini tinggalah dia sendiri hanya dengan ampas kopi.
Bibirnya mulai menghisap batang batang kretek dan mengepulkan asapnya. Kini teras rumah itu dipenuhi kepulan nikotin, hingga nyamukpun engan menghampiri.
"Seharusnya aku melakukan ini dari dulu," gumannya. Tentu yang Yudha maksud ini adalah keberanian dan ketegasannya dalam bersikap untuk melindungi orang orang yang dia sayangi, dan menghadirkan kebahagiaan bagi mereka.
Sejak pertemuan pertamanya dengan Siska hingga hari ini, tak sedikitpun perasaannya berubah dalam hal mencintai perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Hatinya selalu berdebar tiap kali bersama Siska, hingga terkadang membuat emosinya tidak stabil dan membuatnya salah dalam bertindak.
Teringat olehnya peristiwa yang membuat yudha bertemu Siska. Usia mereka terpaut jauh. Saat itu Siska baru berusia dua puluh tahun, dan Yudha tiga belas tahun lebih tua. Namun begitu, Siska sudah mendapatkan posisi yang baik di perusahaan tempatnya bekerja. Sehingga bosnya mempercayakan sebuah proyek besar kepadanya. Dan proyek itulah yang membawanya bertemu dengan Yudha.
Yudha bukanlah pemegang proyek dari mitra bisnis perusahaan tempat Siska bekerja. Dia adalah salah satu analis yang kebetulan dibawa dalam tim. Walaupun tiga belas tahun lebih tua dari Siska, Yudha adalah orang paling menarik dalam tim itu. Tubuhnya tidak termasuk katagori tingi bagi laki laki, hanya 165 cm, kalah 3 cm dari Siska. Kulitnya putih dan rambutnya hitam sedikit kecoklatan membuat wajahnya selalu berseri. Dia memiliki mata yang tajam, dengan alis tebal seperti dua ulat bulu hitam yang berhadapan. Hidungnya mancung sempurna ditambah bibir tipis berwarna pink. Benar benar sosok yang menawan.
Pertemuan itu terjadi di Bali. Saat Yudha diperintahkan untuk menjemput Siska dibandara. saat itu Siska datang sehari setelah rombongannya. Yudha saat itu sangat membutuhkan pekerjaan, hingga diapun rela diperintah menjemput yamu, jelas ini bukan jobdes-nya. Namun apa boleh buat. Sebagai anggota tim yang sangat membutuhkan proyek ini demi kelangsungan hidupnya, Yudha menyangupi.
Sesuai jadwal kedatangan. Jam 7 lebih 15, Yudha sudah menunggu di pintu kedatangan bandara Ngurah Rai. Membawa papan nama bertuliskan SISKA. Baru kali ini Yudha ditugaskan menjemput tamu. Dirinyapun hanya diberitahu nama tamunya, tanpa foto, wajah tanpa nomor kontak. baiklah, kini dia hanya bisa menunggu. Terlintas dalam pikirannya jika dia dikerjai oleh pimpinan Tim.
Hingga dua puluh menit berlalu tak seorangpun yang bernama Siska datang menghampirinya.
"Sial, Aku dikerjai mereka, harusnya Aku tolak dari awal, awas saja nanti, akan aku Balas." Umpatnya terus menerus, sambil tetap memegang papan mana bertuliskan SISKA. Kalau saja dia bisa ingin sekali dia berteriak dan menarik siapapun dan dianggap siska. Tidak tahan lagi ahirnya dia menurunkan papa nama itu, mengepalkan tangan kanannya keudara, mengibaratkan kekesalan. kemudian berbalik badan dan berniat untuk kembali ke tempat pertemuan.
Baru saja dia membalikkan badan. Terdengar suara lembut memanggil namanya. "Pak Yudha." dengan segera dia mencari siapa pemilik suara itu. Benar saja, suara lembut itu berasap dari seorang perempuan muda, cantik, enekgik dan mempesona.
"Saya Siska," katanya memperkenalkan sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan.
Seketika itu juga jantung Yudha berdebar sangat kencang. Dalam hati Yudha bertanya benarkah Siska yang dimaksud pimpinan timnya adalah perempuan dihadapannya sekarang? Dalam hati itu pula, Yudha memuja perempuan yang membuat jantungnya berdegup. Belum sempat Yudha menyambut tangan Siska, perempuan muda itu kini menerima sebuah pangilan lewat telepon.
"Iya Pak, saya sudah bertemu dengan Pak Yudha." Kata Siska pada seseorang diseberang telepon.
"Bapak ingin berbicara dengan pak Yudha?" Katanya kemudian memberikan teleponnya kepada Yudha. Ternyata orang yang menelepon siska adalah mimpinan timnya, yang memastikan kliennya sudah dijemput oleh Yudha.
"Halo Roy," Kata Yudha begitu mendengar sapaan dari orang tersebut.
"Kalau uda ketemu, langsung antar ke tempat acara. Jangan macem macem." Kata Roy memperingatkan teman dan juga bawahannya.
Sebagai teman, Roy sangat paham dengan watak Yudha saat melihat perempuan seperti Siska.
"Iya iya, tenang saja."
"Dua puluh menit belum sampai tempat pertemuan, awas."
"Hahahaha...," Yudha hanya tertawa kemudian mengembalikan teleponnya kepada siska.
***
Tidak jauh dari lamunan Yudha. Masih didalam rumah yang sama, disebuah ruangan di lantai dua. Ruangan berwarna merah muda dengan hiasan tokoh putri dari sebuah kartun terkenal saat ini, ratu Elsa dan putriAna, tak ada satu anak perempuanpun yang tidak mengidolakan mereka. Kisah persaudaraan yang dapat mengendalikan kekuatan pembeku dari sang ratu, hingga akhirnya mereka bisa hidup bahagia menerima satu sama lain.
Didalam ruangan itu, terdapat dua ranjang single disusun berdampingan, dengan meja kecil kayu sebagai pembatas. Satu ranjang disebelah kanan dekat jendela terbaring seorang anak perempuan berusia sembilan tahun. Matanya terpejam, lelap tertidur karena kelelahan. Sama seperti ayahnya, anak itu memiliki kulit putih bersih dan rambut pirang bergelombang. Dia bernama Lisa, anak pertama Siska Dan Yudha.
Adiknya yang juga memiliki warna kulit dan rambut yang sama bernama Lili, yang juga sedang tertidur tepat dipelukan ibunya di ranjang sisi dalam. Mereka bertiga agaknya kelelahan setelah merapikan pakaian yang tersisa dari koper ke lemari. Hingga Siska juga ikut terlelap.
Sayup sayup terdengar oleh Siska suara pintu kamar diketuk. "Tok tok tok" disusul dengan deritan pintu.
"Sayang sudah tidur?" Suara Yudha dari balik pintu. Kemudian melangkah mendekati ranjang.
Sementara siska memilih untuk tetap memejamkan mata dan pura pura tertidur.
Melihat Istri dan anaknya tertidur lelap, Yudha tidak mau menganggu dan memilih membetulkan selimut mereka, meredupkan lampu kemudian beranjak meninggalkan kamar.
Setelah memastikan Yudha sudah keluar kamar, Siska membuka matanya tepat saat mendengar suara pintu ditutup.
"Hhhhhhmmm," Siska menghela nafas kemudian duduk menyandarkan pungungnya pada penegak ranjang. Tangan kanannya mengapai smartphone diatas meja pembatas. Kemudian mengaktifkan.
Seharian dia tidak membukanya. Matanya memicing melihat layar smartphone dengan cahaya redup. Terlihat foto Siska bersanding dengan Yudha di pelaminan. Foto yang baru diambil dua hari lalu. Tersirat kelegaan pada wajah Siska tiap kali melihat foto itu.
Dirinya dan Yudha akhirnya sudah resmi menikah. Diakui agama dan negara. Tidak ada lagi kekhawatiran yang disembunyikan. Namun dibalik kelegaan itu Siska masih belum begitu percaya sepenuhnya kepada Suaminya. Memang harus diakui, sejauh ini Yudha sudah benar benar membuktikan kesunguhannya.
Yudha telah melakukan satu persatu janjinya setahun lalu pada Siska.
"...kasih kesempatan Aku sekali lagi untuk melakukan yang belum pernah aku berikan kepadamu, yaitu kebahagiaan." terlintas kata kata Yudha sampaikan melalui telepon saat itu.
Satu tahun lalu Yudha kembali menghubungi dirinya melalui WhatsApp dengan nomor baru. namun begitu tahu jika itu adalah ayah dari anak anaknya, Siska mengabaikan bahkan memblokir nomor nomor itu. Saat itu Siska telah memilih untuk menjalani semuanya sendiri, perjuangnnya selama ini untuk hidup bersama Yudha telah pupus karena sikap Yudha. Maka siska memilih tidak lagi pemperdulikannya. Laki laki yang sudah dengan tega meninggakan Siska dan anak anaknya, tepat empat hari setelah kelahiran anak kedua mereka.
Pagi itu, Saat Siska sedang menyusui anak keduanya. Bayi yang masih merah. Kemudian Yudha yang baru selesai salat subuh mendekat. Memperhatikan bayinya yang sangat kencang menyusu. Dielusnya kepala sibayi.
"Hari ini jam berapa mau antar imunisasi?" Tanya Siska. Tadi malam mereka telah sepakat akan mengantar anak keduanya kerumah sakit.
"Terserah kamu, aku akan pulang sebelum jadwalnya." Kata Yudha tanpa memalingkan pandangannya dari si bayi yang kini sudah kembali tertidur. "Kamu baringkan dulu dia." Perintanya kemudian.
"Kalau begitu jam sepuluh ya, supaya tidak lama mengantri." Kita Siska sambil membaringkan bayinya di sebuah keranjang bayi sederhana.
"Baiklah, Aku pasti pulang sebelum jam 10." Yudha menyusul Siska, yang sedang merapikan bajunya.
"Kamu doakan aku, semoga kali ini aku berhasil." Kali ini Yudha tepat dibelakang siska. Bersiap untuk memeluknya dari belakang. Melingkarkan tangannya kepingang siska.
"Aku sayang banget sama Kamu," sesaat mereka menikmati, saling memberikan kehangatan dalam pelukan.
"Sekarang Aku pergi dulu ya." Yudha berpamitan. Siska mengangguk pelan. Matanya berbinar penuh harapan.
"Hati-hati." Pesannya sesaat setelah Yudha menciumnya. Dan itu adalah ciuman terahirnya dengan Yudha. Sejak saat itu, Yudha tak pernah kembali.
Hati Siska hancur sehancur hancurnya. Ini bukan kali pertama Yudha pergi tanpa kejelasan. Namun lagi dan lagi Siska terpedaya, keputusannya membawa jauh Yudha dari kotanya ternyata salah. tujuannya adalah agar Yudha tetap berada disampingnya, namun ternyata Yudha tetap saya menghilang.
Haripun telah berganti. Bayi yang dulu masih merah kini telah pandai berceloteh. Begitupun dengan Siska, Tidak membutuhkan waktu lama, siska yang kemarin terpuruk perlahan mulai bangkit. Berusaha untuk pulih dan berjuang kembali.
Langkah pertamanya adalah menghubungi teman teman yang bersedia membantunya. Tentu banyak teman yang dengan ringan membantunya. Dimana teman temannya Siaka adalah orang yang baik, sehingga pantas mendapatkan kebailkan pula.
Jika diingat saat itu, Sejujurnya keadaannya sangat menyedihkan. Uang tabungan siska hanya cukup untuk menyewa sebuah rumah petak dipingiran kota. Satu satunya mobil yang dia miliki dibawa pergi oleh Yudha, Walaupun sembulan kemudian didapati informasi jika mobil itu berada di bengkel untuk diperbaiki.
Pihak bengkel mendatangi langsung Siska ke rumah petaknya, itupun siska harus membayar puluhan juta untuk perbaikan dan sewa parkir, Karena dianggap kelalaian pemilik tidak mengambil mobilnya setelah selesai diperbaiki. untunglah mobil tua itu kembali.
Memang, sebelumnya Siska dan Yudha tak pernah tinggal bersama, sekalipun mereka telah memiliki seorang anak. Siska memilih untuk merawat anaknya seorang diri. Siska meminta Yudha kembali kepada keluarga yang telah dibinanya jauh sebelum bertemu Siska. hal itu Siska pilih begitu tahu jika Yudha telah menikah sebelumnya, dengan kata lain Yudha membohongi Siska untuk membuatnya jatuh cinta kepada Yudha dan menyerahkan segalanya.
Suatu ketika, saat anak pertamanya akan memasuki sekolah dasar, anak itu ingin bertemu ayahnya. Untuk membesarkan hati anaknya, Siska memenuhi permintaan itu. Ahirnya Siska kembali mencari informasi tentang Yudha kemudian menemuinya dan mempertemukan dengan anaknya.
Yudha ya!ng merasa diberikan kesempatan kedua, sangat bahagia. saat kesempatan itu datang kembali, dia merasakan detak jantun yang sama seperti saat pertama bertemu Siska. Dalam pertemuan itu Yudha kembali merayu Siska dan memaksa untuk menghabiskan malam bersama. Siska menolak, namun Yudha sengaja membuat siska setengah sadar sehingga bisa menghabiskan malam bersama.
Akibat perbuatan itu, siska hamil. Kali ini siska menuntut pertangung jawaban Yudha. Namun setelah itu, Yudha yang merasa tidak siap kembali mengambil keputusan keliru. Yudha mengatakan bersedia bertangung jawab, namun Siska harus membantunya. Siska yang sudah kepalang tangung ahirnya menyangupi.
Bantuan yang Yudha maksud adalah berupa sokongan dana untuk mengembangkan usahanya. Namun nyatanya usaha itu tidak pernah terwujud. Yudha justru memakai uang Siska untuk menutupi hutang hutangnya. Kasian Siska.
Hingga ahirnya saat kelahiran anak keduanya tiba. Siska yang saat itu sudah mulai kehabisan uang, memaksa Yudha datang ke kota tempat Siska berada. Dan memaksa Yudha untuk tinggal bersamanya, dengan tujuan bisa membantu merawat anak anaknya sementara siska memulihkan dirinya. Yudha datang walaupun hanya untuk empat hari, dan tidak kembali lagi.
***
"Baiklah, jika kamu memang bersunguh sungguh. Aku beri waktu satu tahun untuk mempersiapkan dan membuktikannya." Jawab Siska melalui pesan suara, sebulan setelah Yudha terus menerus menghubungi nomornya.
Pesan suara itu menjadi penyemangat bagi Yudha hingga tercapai semua ini. Dalam waktu tidak melebihi dari yang ditentukan Siska. Tepat satu tahun dan Yudhapun mengucapkan ijab kobul, janji suci dihadapan para wali, menjadi suami yang akan bertangung jawab sampai ajal nanti.
Setelah ijan kobul, Siskapun terbang bersama keluarga kecilnya, dan saat ini Siska berada di kamar anak-anaknya, memutuskan untuk menemani mereka malam ini.
Sementara Yudha telah berada dikamarnya. Melewati malam sendiri hingga pagi menghampiri. Kamar pengantin yang telah dipersiapkan khusus untuk Siska. Namun hingga kini, tak selangkahpun siska memasuki, tak sedetikpun siska melihat keindahan kamar pengantinnya.
Berbeda dengan siska yang menganggap malam ini seperti malam malam yang lain. Dan memilih untuk tidur bersama anak anaknya. Kali ini Yudha benar benar ingin menghabiskan malam bersama istrinya. Malam pertama di kota Jogja, Malam pertama juga setelah menyandang status suami Istri.
Memang dulu mereka sering menghabiskan malam bersama, berjanji bertemu dari satu hotel ke hotel lain. Namun Yudha sadar yang terjadi dulu hanyalah sebuah pemaksaan akibat dirinya tak bisa mengendalikan nafsunya. Namun begitu Yudha tidak sedikitpun menyesali keberadaan siska dan anak anaknya Saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments