Acara ramah tamah telah usai. Satu persatu tamu mulai berpamitan. Yudha dengan rendah hati mengantar para tamunya hingga kehalaman. Masing masing dari mereka membawa bingkisan sekotak telur asin, diungkus dengan rapi kemudian disusun kedalam kontak dari bambu bertuliskan Telur Asin Yudha.
Semakin malam semakin sepi. Tersisa para karyawan toko yang sengaja dipangil untuk membantu acara ramah tamah. Dimana saat ini yang mereka lakukan adalah membantu petugas catering dan dekor merapikan ruangan.
Ditengah hiruk pikuk setelah acara, terlihat Yudha sedang memgantarkan tamu terahirnya malam ini. Keduanya sedang asik bercerita sebelum ahirnya mengucapkan kata pamitan.
"Gak nyangka sudah sebesar ini usahamu Yud." Kata seorang yang berjalan beriringan dengan Yudha. Mereka berjalan kearah vespa yang terparkir di ujung jalan.
"Ini semua berkat doa dan semanggat dari abang juga, kalau dulu abang tidak mencicipi telur asinku dan membaginya ke teman teman kos, mustahil akan sebesar ini juga bang." ucap Yudha dengan rendah hati
"Ah kau ini, Omong omong aku juga minta maaf dulu tanpa Izinmu, langsung ku bagi ke teman teman di rumah kos itu." katanya disusul suara tawa.
"Aman bang."
"Tapi dimana sekarang mereka, rindu juga aku. Tak kau undangnnya mereka Yud?"
"Inilah bang, saya sudah mendatangi tempat kos itu, tapi kata penjaganya mereka sudah pindah. Abang lah satu satunya yang masih bisa dihubungi."
"Baiklah baiklah...,Semoga mereka selalu dalam lindungan-Nya." Terucap sebuah doa menjelang ahir pertemuan. Kini mereka telah tiba tepat di samping vespa. "Besok besok kita cari mereka, sekarang aku pulang dulu ya." katanya sambil menaiki vespa merah kesayangannya
"Hati hati kalau begitu bang."
"Tolong pamitkan aku sama istrimu, lama juga aku ngomong sama dia tadi. Baik dia." Katanya, sambil menutup percakapan mereka.
Bukan hanya Tigor yang memuji sikap Siska. Jika kamu bertemu Siskapun pasti kamu akan menyukainya, memuji sikap, sopan santun dan keramahannya. Siska adalah orang yang pandai berkomunikasi, dia tahu kapan waktunya mendengarkan dan kapan waktunya menangapi maupun berbagi. Belum lagi ketawanya yang khas, membuat semua orang selalu rindu.
"Iya bang nanti akan saya sampaikan. maaf juga Siska tidak bisa mengantar abang pulang, sepertinya sedang menidurkan anak anak."
"Tak apa, satu pesanku jangan sakiti dia lagi dan jaga baik baik istrimu."
Sedikit cerita tentang Tigor, dia adalah teman pertama Yudha di Jogja. Mereka bertemu di alun alun utara. Saat itu pertama kalinya Yudha tiba di kota ini. Melihat Yudha yang kebingungan, muncul iba pada dirinya, keemudian memutuskan untuk membantu Yudha, bantuan pertamanya adalah mencari tempat tinggal, yang mana tidak jauh dari rumahnya. Karena menurut Tigor, keadaan Yudha saat itu sangat lemah dan todak bisa dotinggalka seorang diri. Dari situlah hubungan keduanya terjalin. Semakin lama mereka semakin akrab dan menjadi tempat curhat satu sama lain.
Tigor banyak berperan dalam setahun kebelakang di kehidupan Yudha. Selain menjadi teman curhat dan tempat berbagi kesedihan, Tigor jugalah yang membantu proses perceraian Yudha dan istri sebelumnya, serta yang menjebatani komunikasi antara Siska dan Yudha. Sementara Yudha banyak membantu Tigor dalam membesarkan usahanya. Inilah yang membuat persaudaraan mereka terus terbangun hingga kini.
Tigor telah menaiki motor vespa kesayangannya, dan bersiap meninggakan halaman rumah Yudha, yang kini sudah semakin sepi. Selepas kepergian Tigor, Yudha Masih berdiri di ujung gerbang hingga vespa merah menghilang di tikungan.
***
Seperti pagi sebelumnya. Siska dan Yudha mengantarkan anak anak mereka ke sekolah. Kemudian memeriksa toko hingga waktu menjemput anak. Keduanya bersama sama melakukan semua itu. Kedatangan mereka ke toko selalu menjadi penyemangat bagi para pegawai. Siska tidak pernah menunjukkan sikap dinginnya kepasa Yudha saat mereka berada didepan pegawainya. Benar benar pemandangan yang indah.
Siska dan Yudha berjalan berdampingan memasuki toko. Disambut oleh pegawai yang bertugas menjaga di konter depan. Beberapa yang lain sedang melayani pembeli.
"Selamat pagi Pak buk." Sapa mereka, sementara menghentikan aktifitas kemudian melanjutkan kembali.
"Selamat pagi." jawab mereka bersamaan.
"Apa kabar hari ini?" sapa Siska kemudian.
"Baik buk, toko ramai dari tadi. Yati dan Tono tidak istirahat dari tadi." Kata seorang pegawai yang juga sebagai kepala toko.
"Terimakasih ya." kata Siska lembut. "ya sudah lanjutkan aktifitasnya, saya dan bapak mau periksa produksi dan pelaporan dulu ya." Pamit Siska kemudian berlalu meenuju lantai dua.
"Mangga buk (silahkan)."
Siska dan Yudha berjalan ke bagian produksi. Untuk menuju tempat produksi, mereka harus menaiki tangga penghubung lantai satu dan dua. Sebenarnya Gedung ini terdiri dari tiga lantai. dimana semua lantai dimanfaatkan dengan baik untuk menunjang kegiatan toko. Lantai pertama di bagian depan dogunakan untuk transaksi jual beli langsung telur asin dan gudang di bagian belakang. Sedangkan lantai dua dijadikan tempat produksi kemudian lantai paling atas yaitu lantai tiga untuk kantor dan tempat istirahat.
Saat ini ada 15 orang yang bekerja untuk telur asin Yudha. Pembagiannya adalah enam orang ditempatkan dibagian penjualan dan pemasaran, tujuh orang lainnya dibagian produksi, dan dua sisanya untuk bagian keuangan sekaligus administrasi. Masing masing bagian berkoordinasi langsung kepada satu orang kepala toko yang diawasi langsung oleh Siska dan Yudha. Begitulah usaha ini dijalankan.
***
Saat berada di toko, Siska lebih suka bekerja do lantai tiga. Karena disitu ada tempat istirahat karyawan. Suasana disini lebih santai untuk bekerja. Siska dengaja mendesain ruangan ini, terlihat suasana sengaja dibuat senyaman mungkin, disusun menyerupai sebuah taman lengkap dengan kolam ikan kecil di sudut kanan, suara gemericik air membuat lebih tenang. satu hal lagi yang membuat tempat ini nyaman, yaitu dilengkapi tempat duduk dengan berbagai tipe, mulai dari kursi kayu tinggi yang mengitari meja bar, satu set sofa ditengah tengah ruangan, hingga karpet dan bendi, begitu banyak tempat duduk disana. Sehingga karyawanpun bisa leluasa dan bersantai saat jam istirahat. Semua dibiarkan terbuka hingga udara bebas keluar masuk.
Setiap hari tugas Siska adalah memeriksa pelaporan dan menyusun strategi pemasaran. Dalam hal ini tak ada yang bisa mengalahkannya. Untuk urusan produksi dan penjualan menjadi tugas Yudha dalam mengawasi. Pembagian ini dipilih sesuai keahlian masing masing.
Ditemani segelas jus jeruk kemasan dan alunan musik acak dari pengeras suara yang dikendalikan dari ruang administrasi. Siska telah menyelesaikan tugasnya. Beberapa catalan perbaikan telah dia tulis dalam bukunya. kemudian dia rangkum dalam tabletnya untuk menjadi tugas selanjutnya para admin.
Kini tanngannya masih asik mencorat coret tablet. Nampakmua sebuah desain baru untuk iklan dan kemasan sedang dia kerjakan. Sambil sesekali membetulkan rambutnya yang tertiup angin.
"Krekkkk..." Seseorang membuka pintu pembatas ruangan.
Yudha masuk untuk melihat apa yang sedang dikerjakan istrinya. Mendekati dan duduk didepannya.
"Bagaimana?" Tanya Siska sambil menunjukkan hasil gambarnya.
"Kenapa denah?"
"Gambaran kedepan, satu tahun lagi akan ada dua anak cabang disini dan disini." Kata Siska sambil menunjukkan daerah yang dimaksud. "Kemudian ini adalah outlet di mall dan kampus kampus."
"Terangkan sedikit tabletnya sayang, Aku tidak melihatnya dengan jelas." Kata Yudha yang terlalu silau karena perbedaan cahaya didalam dan di luar ruangan.
Siska yang tak sabar mendengar komentar Yudha, segera berbindah duduk disampinya Yudha. "Bagaimana sekarang?" katanya kemudian kembali menerangkan apa yang sudah dia gambarkan.
Yudha sangat merasakan semanggat istrinya. Satu persatu kata kata Siska, Yudha dengarkan kemudian melihat gambar yang ditunjukkan Siska. Baginya ini adalah sebuah mimpi yang sangat nyata. Seakan semua yang Siska katakan adalah sebuah doa tulus, sehingga dengan mudah Tuhan mengabulkannya.
Kini keduanya sailing menambahi dan memberi ide sehingga semakin matang dan sempurna rencana pengembangan usaha Telur Asin satu tahun kedepan.
Sejak awal usaha ini Siska selalu turut campur. kemampuan dan pengalamnnya sangat berguna untuk usaha ini, tetap dengan nada dingin dan tegas. Bedanya kalau dulu, Siska hanya membantu melalui pesan singakat maupun telepon. Karena saat awal Yudha membangun usaha ini, Siska masih harus menyelesaikan kontrak kerjanya di Jakarta.
Dengan sabar Yudha mencoba memahami dan menerima sikap Siska kepadanya. Hanya satu keinginan Yudha "Aku ingin membahagiakanmu." setidaknya itulah yang selalu terucap dalam hatinya.
"kruyuk kruyuk," agaknya cacing dalam perut Yudha harus segera diisi. Membuat Siska seketika tertawa Lepas.
"Aku hanya sarapan sedikit tadi." Kata Yudha membela diri.
"Salah sendiri cuma ngambil sedikit."
"Habis kamu tiap sarapan cemberut, gak enak aku mau ambil banyak."
"Gak ada urusan ya, makan makan aja, kalau kelaparan kan kamu juga yang tersiksa, aku si enga papa, paling aku ketawa aja kayak gini....." Siska tidak bisa melanjutkan kata katanya, saat menyadari tatapan Yudha pada dirinya.
Dalam diam Yudha bersyukur bahwa kini ia menemukan Siskanya lagi. Siska yang benar benar utuh. Sudah lama rasanya Yudha tak mendengar Siska bicara sepanjang ini kepada dirinya, hanya mereka berdua.
"Aku pingin makan soto Surabaya, bagaimana?" Kata Siska memecahkan kecangungan. Namun masih meninggakan tawa.
"Soto Surabaya?" Tanya Yudha, tidak yakin ada penjual soto surabaya di kota ini. Tapi kalaupun tidak, dirinya bisa memasakannya untuk Siska. "Akan aku buatkan, setelah kita menjemput anak anaknya." katanya yakin.
"Ada disebelah utara alun alun, samping sate padang." Kata Siska menjelaskan. "Ayo kita jemput anak anak lalu makan." ajak Siska sambil memasukkan tablet kedalam tas. Merekapun beranjak dari toko.
Soto Surabaya adalah makanan kesukaan Siska. Yudha yang mengenalkannya pertama kali, saat kunjungan kerja Siska ke Kantor Yudha Di Surabaya, satu bulan setelah pertemuan mereka di Bali. Dalam kunjungan kali itu, atasan Yudha memintanya menjadi guide untuk Siska selama tiga hari.
Dalam tiga hari, Yudha memperlakukan Siska dengan sangat baik. Menjaga nama baik perusahaannya. Hingga Yudha mengakui perasaannya dan mengatakan jika dirinya jatuh cinta kepada Siska.
Siska menganggap itu hanyalah gurauan. maka Siska tidak menyampaikan hal tersebut kepada siapapun. Dan juga mereka tinggal di kota yang berbeda. Akan sulit untuk bertemu dan berkomunikasi, apalagi menjalin hubungan serius.
"Tidak bisa kita jauh."
"Aku akan mendatangimu ke Jakarta."
"Jangan."
"Lihat saja nanti."
Perkataan terahir mereka saat Yudha mengantarkan Siska ke bandara.
***
"Kenapa belok Kiri, harusnya Kita lurus."
"Ada yang mau aku beli, sebentar kita lewat."
"Jangan lama lama, anak anak sudah hampir pulang." Siska menunjuk jam digital di dashboard mobil yang menunjukkan pukul satu lebih lima belas menit. Artinya lima belas menit lagi anak anaknya keluar dari sekolah.
Yudha tersenyum dan mengangguk, sambil terus mengarahkan mobilnya. Kemudian berhenti di sebuah pertokoan. "Aku turun sebentar sayang. Tunggu disini ya."
"Jangan lama lama." teriak Siska kepada Yudha yang setengah berlari meninggalkan mobilnya.
Sekarang Siska duduk sendirian. Dirinya memilih memainkan smartphone untuk membunuh waktu. Dia tidak tahu apa yang akan dibeli Yudha. menurutnya tidak ada kebutuhan toko maupun rumah yang mendesak dan harus dibeli sekarang. biàsanya semua kebutuhan akan ditulis di papan kebutuhan dan dibelanjakan setiap sabtu.
Lima menit kemudian. Yudha membuka pintu mobil, kemudian masuk dengan membawa seikat bunga aster.
"Maafkan aku untuk semua kesalahanku dimasa lalu." Kata Yudha sembari memberikan bunga aster kepada istrinya.
Kali ini Yudha yakin bahwa istrinya tidak akan menolak pemberiannya. Soto Surabaya membuat Yudha teringat jika bukan bunga mawar yang Siska suka. Melainkan bunga aster. Menurut Siska bunga mawar terlalu popular sehingga terkesan biasa dan lumrah. Berbeda dengan aster yang sederhana namun energik dan menawan. Mewakili dirinya dalam setiap hal.
"Ya, Aku sudah memaafkanmu. Dari dulu." Kata kata ini yang Yudha tunggu sejak dulu.
Yudha sangat bahagia mendengar perkataan istrinya hingga matanya berkaca kaca. Dan tanpa sadar dirinya memeluk Siska untuk pertama kalinya lagi. Dan Siskapun membalasnya.
"Terimakasih sayang, untuk bunganya." Kata Siska kemudian. Rasanya Yudha tidak ingin melepas pelukannya. Terlebih kali ini Siska menyebutnya sayang. Yudha hanya bisa terdiam dan memeluk.
"Sayang, anak kita pulang lima menit lagi." Siska mencoba mengingatkan Yudha yang masih memeluknya.
"Aku cinta kamu." Yudha melepas pelukannya.
Siska melihat air mata dari kelopak Yudha. kemudian menyapu dengan kedua tangannya. Berhenti sejenak memegang pipi Yudha. Menatap suaminya yang telah bekerja keras selama ini. "Sekarang kita jalan ya." kata Siska kemudian.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments