Pagi telah tiba. Siska sudah bangun sedari tadi. Kini sedang merapikan dirinya di kamar mandi, masih di kamar anaknya. tersadar olehnya, jika dirinya belum berganti baju dari kemarin. Teringat hal itu, Siska berniat mengambil baju yang telah tersusun rapi dilemari kamarnya, jauh sebelum kepindahannya kemarin. Maka dia harus ke kamarnya. Hal yang sengaja dia hindari sejak tiba di rumah ini. Rasanya belum siap untuk sekamar bersama Yudha. "Ah, akukan hanya mengambil baju, tidak akan terjadi apa apa." pikirnya sembari perlahan melangkahkan kaki.
Dengan hati hati, Siska meninggalkan kamar anaknya menuju kamarnya. Siska berjalan sangat pelan, menghindari ada yang terbangun karena pagi masih gelap.
Langkah Siska terhenti. Tiba tiba saja Siska ragu saat tiba didepan pintu kamarnya. Dia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu dan berniat langsung ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Namun saat dia membalikkan badan, Yudha sudah berada tepat di belakangnya. Padahal Siska pikir Yudha masih tertidur.
"Eh, selamat pagi," Kata Siska kaku. "Aku kira dikamar." Lanjutnya. Melihat Siska didepannya Yudha hanya tersenyum.
"Dari mana?" Tanya Siska menatap curiga. Muncul rasa dia penasaran pada diri suaminya. Dari mana dan apa yang Yudha lakukan sepagi ini.
"Aku gak bisa tidur, trus lapar jadi bikin mie tadi." Jawab Yudha malu.
"Benarkah?" kejar Siska dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Kamu juga ngapain ragu ragu masuk kamar. Kalau mau masuk, masuk aja kali." Goda yudha kepada istrinya.
"Ini.., anu.., eh...," Siska mulai salah tingkah. "Siapa yang ragu ragu, aku cuma mau ambil baju, trus kedapur."
"Oh, ya uda ayo masuk," Kata Yudha sembari memutar gagang pintu dengan tangan kirinya, kemudian mengulurkan tangan kanan untuk mengajak istrinya masuk.
Gila, kini giliran hati Siska yang berdebar. Sikap inilah yang dia rindukan selama ini, dari laki laki yang selalu ia cintai. Suhu tubunya memanas, pipinya memerah. Tapi dia menahan diri dengan tidak menyambut tangan yudha. "Apaan si," Katanya sambil menepis uluran tangan itu. kemudian masuk mendahului Yudha.
Siapa sangka, ternyata hatinya semakin berdebar saat melihat isi kamar yang penuh cinta. Matanya membulat tidak menyangka Yudha akan menyiapkan ini.
"Apa-apaan ini?" Jelas bukan kata kata itu yang sebenarnya akan dikeluarkan Siska. "Norak banget." Siska menatap sinis Yudha.
"Kamu gak suka? Maafin aku ya, niatnya pingin bikin yang spesial. Untunglah kamu gak masuk dari semalam. Aku janji habis ini juga aku beresin." Kata Yudha sambil bersimpuh dihadapan Siska.
"Baguslah," Kata Siska, kemudian melangkah menjauhi Yudha. Membuka lemari dan mengambil baju sekenanya. Lalu buru buru pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian.
Sementara itu, Yudha dengan sekuat tenaga mengumpulkan kelopak mawar yang menghiasi ranjang. Merapikan ornamen romantis yang menyebar di dinding kamar. Sehingga kamar rapi dalam sekejab. Sebenarnya kamar ini dipersiapkan untuk memulai pembicaraan yang baik dengan istrinya. Karena selama setahun ini, Siska masih menunjukkan sikap dingin saat bersama Yudha. Namun apa mau dikata, ini justru membuat Siska kesal.
Sejam kemudian, Siska keluar Dari kamar Mandi. bersamaan dengan saat Yudha memasukkan kelopak mawar terahir ke Dalam keresek.
"Begini jauh lebih baik." Kata siska kemudian berjalan keluar kamar. Yudha hanya terdiam. Matanya terus memperhatikan Siska. Sampai Siska berhenti selangkah sebelum membuka pintu, kemudian Siska membalikkan badannya ke arah Yudha. sontak Yudha menjadi malu karena ketahuan memperhatikan istrinya.
"Kamu mau tidur lagi?" tanya Siska berusaha menghilangkan kecangungan.
"e..enggak, Aku hanya membersihkan ini." Yudha menunjukkan kelopak terahir di tangannya.
"Kalau begitu tolong bangunkan anak anak ya. jangan sampai mereka telat di hari pertama ke sekolah."
"Iya sayang," Yudha berdiri.
"Aku langsung siapkan sarapan dan bekal di dapur."
Keduanya beriringan meninggalkan kamar pengantin ciptaan Yudha. Kamar pengantin yang harus dibersihkan sebelum digunakan.
***
Hari ini adalah hari sibuk bagi Yudha dan Siska. Hari pertama anak anak mereka masuk sekolah. mereka telah memilih sekolah terbaik bagi anak anaknya. Selain itu hari ini juga merupakan hari pertama Yudha membuka tokonya sebagai usahanya secara resmi. Akan ada peresmian sederhana di rumah mereka, sekaligus beramah tamah dengan tetangga baru.
Maka dimulailah kegiatan hari ini. Yudha sudah menghidupkan mesin mobil. Di bangku belakang duduk Lisa dan Lili, berseragam lengkap, yang satu merah putih, dan adiknya berseragam batik hari ini. Rambut mereka diikat dua agak ke atas dengan poni tengah sempurna. Masing masing mengendong ransel Dan memangku botol minum berisi air putih.
"Sudah siap untuk belajar?" Tanya Yudha bersemanggat.
"SUDAH!!!" jawab keduanya bersamaan
"Baiklah, Coba ayah cek, seragam lengkap?"
"LENGKAP!"
"buku Dan alat tulis lengkap?"
"LENGKAP!" begitu seterusnya. Yudha menyebutkan satu satu barang Yang biasa dibawa ke sekolah. Dan dengan bersemanggat lisa dan Lili menganggapi.
Sampai ahirnya Siska masuk dan duduk di samping Yudha. Seketika percakapan Yudha dan anak anak berhenti. Yudha kembali menghadap depan, supaya terlihat sibuk dengan tugasnya sebagai supir hari ini.
"Sudah siap untuk be..." siska mencoba memulai lagi. Namun terhenti Oleh keluhan Lisa.
"Ah ibu..., ayah sudah menanyakan semuanya tadi. Dan semuanya sudah lengkap, iya Kan ayah? tolong ayah sampaikan ke ibu."
Siska menatap Yudha. "Benarkah ayah?" Kali ini suaranya dibulatkan, agar Yudha tahu dirinya bercanda.
"Sudah sayang, anak anak kita sudah siap untuk hari pertamanya ke sekolah."
"Wahhh senangnya, sekarang sudah ada yang mengantikan tugas ibu untuk mengecek sebelum berangkat. Terimakasih ayah."
"Terimakasih ayah," Yudha tersenyum mendengar anak anaknya menirukan Kata Kata ibunya.
"Ayo Kita jalan....," pungkas Siska.
Yudha menginjak gas dan langsung melesat memyusuri jalanan Jogja. rute pertama adalah ke sekolah anak anaknya. Keduanya bersekolah Di bawah naungan yayasan yang sama, berada dalam satu gedung. Lisa di lantai 2 dan adiknya di lantai 1. Siska dan Yudha telah bersepakat untuk bersama-sama memberikan yang terbaik untuk kedua anak mereka.
Hari ini mereka akan berperan menjadi orang tua yang baik. Jika dilihat sekilas, mereka begitu kompak. Keduanya mengunakan pakaian senada bernuansa biru laut yang melambangkan kelembutan. Namun sebenarnya Yudhalah yang sengaja menyamai pakaian Istrinya. Ide itu muncul saat istrinya keluar dari kamar mandi pagi ini.
Jarak rumah dan sekolah tidak begitu jauh. Perlu waktu lima belas menit untuk tiba di sekolah. Untunglah Yudha memilih jalan yang benar, sehingga tidak terkendala macet pagi Kota Jogja. Kini mereka sudah berada di depan gerbang sekolah. Selanjutnya adalah mencari tempat parkir. seorang penjaga sekolah menghampirin dan memberi arahan, menunjukan lokasi parkir.
Dari dalam mobil kedua bocah itu terus saja membebaskan matanya mengamati lingkungan baru. bisa dikatakan jika ini adalah Lingkungan sekolah yang sangat ramah. Begitu kesan yang terlihat saat pertama kali memasuki aren ini. terlihat dari kejauhan, telah berjejer guru PAUD dan TK di lobby sekolah. Tentu saja mereka menunggu anak didik, tidak jauh dari mereka beberapa anak usia PAUD dan TK diantar orang tua, baru saja turun dari mobil. Sementara dihalaman sekolah sedang berlatih satu group paskibraka untuk persiapan hari kemerdekaan. Kemudian mobil silih berganti, mengantri mengantarkan anak anak mereka hingga ke lobby.
Siska dan Yudha memilih untuk berjalan bersama dari tempat parkir, melewati jalan khusus perjalan kaki. Setibanya di lobby, mereka disambut oleh ibu Rika dan ibu Mora. ibu Rika adalah walikelas Lisa Dan ibu Mora adalah walikelas Lili.
Selanjutnya kedua guru ittulah yang akan mengantarkan ke ruang kelas masing masing. setelah bersalaman dengan orang tuanya, mereka berpisah.
Sementara Yudha Dan Siska dipersilahkan untuk meninggakan sekolah. semua informasi telah mereka dapatkan, sehingga bisa dengan tenang mempercayakan buah hati mereka kepada pihak sekolah.
***
Siska bersama kedua anaknya menuruni tangga. Terlihat olehnya Yudha sedang mengarahkan fotografer yang disewa khusus untuk mengabadikan momen ini. Tak jauh dari tempat Yudha berdiri, tersusun hidangan lezat dari rumah makan terbaik di kota ini, aroma wanginya menyebar ke setiap sudut ruangan yang telah didesain layaknya pesta.
Tetangga dan tamu undangan mulai berdatangan. Siska yang baru saja menuruni anak tangga terahir, meminta anaknya untuk duduk. Kemudian dirinya menghampiri Yudha yang telah selesai memberikan arahan kepada fotografer.
"Bagaimana sudah siap?"
"Iya sayang, dengan tuan rumah secantik kamu, acara ini Akan sempurna."
"Maksudku telur mu, sudah siap?" Mendengar perkataan istrinya yang rancu menurut Yudha, membuat yudha bertingkah aneh.
Yudha menegakkan tubuknya. Mengambil nafas panjang. "Sudah." jawab ya singkat. kemudian membisikkan sesuatu ketelinga siska.
"Auauauauau....," Yudha kesakitan Karena tiba tiba Siska menginjak kakinya. Agaknya bisikan tadi membuat siska kesal.
"Telur asin dari toko mana? belum diantar juga sama pegawai? kata Siska menjelaskan apa yang dimaksud telur olehnya.
"Ohhhhh...." yudha yang baru sadar dengan maksud Siska menjadi malu. Yudha mengaruk kepalanya Yang tidak gatal. Ternyata terlalu cepat dirinya mengasumsikan telur yang Siska maksud.
"Nah itu mereka." Kata Yudha setelah melihat dua orang anak buahnya membawa sekotak telur asin sebagai tester dan bagian dari hidangan sore ini.
Yudha memilih membuka usaha telur asin. dengan pertimbangan telur asin bisa dijadikan lauk instan bagi mahasiswa dan Juga masyarakat umum. Harga yang terjangkau sehingga siapa saja bisa menikmati ya, ditambah telur asin bisa disimpan karena tahan lama.
Usaha ini sudah berjalan enam bulan. ya, Yudha lebih dahulu berpindah ke Jokja untuk memulai usaha ini. Dan benar saja, usahanya selama ini mulai membukakan hasil. Kini Yudha telah memiliki sebuah toko telur asin yang baru saja di upgrade dan akan diresmikan sore ini.
Pertimbangan Yudha Kali ini tepat. telur asin memang banyak dicari oleh masiswa, santri, pekerja yang notabene mereka sibuk Dan harus mengirit. Usaha ini memiliki peluang yang bagus kedepannya.
Tiga bulan pertama di Jogja, Yudha mencoba berbagai peluang usaha, namun selalu gagal. Yudha sempat putus asa waktu itu, tabungannya sudah menipis. Hingga ahirnya Siska yang waktu itu masih berada di Jakarta menyuruh Yudha berhemat salah satunya dengan membuat telur asin sebagai lauk, Sama seperti cara siska berhemat dulu. Siska mengirimkan resep telur asin miliknya.
Yudha mulai mencari bahan dan membuat telur asin untuk dikonsumsi sendiri. Dan ternyata rasanya enak serta memiliki tekstur yang lembut. Tak disangka, teman teman kontrakannya menyukai rasanya.
Maka Yudha membuat lebih banyak dan menjualnya. Lama lama semakin banyak yang tahu dan mencari telur asin buatan Yudha. Dan tak disangka telur asin Yudha sekarang sudah memiliki banyak pelangan. Bahkan banyak toko lain yang meminta Yudha menjadi pemasok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments