Gibran mengetuk-ngetuk kemudi mobil. Tadi pagi Mama menelponnya, meminta Gibran agar menjemput adik perempuannya di sekolah. Karena mobil rumah sedang dipakai oleh Ayah ke luar kota. Dan Mama juga sedang melakukan rapat penting dengan rekan bisnisnya.
Livi Yuandara, gadis itu baru berusia 15 tahun dan baru masuk SMA tahun ini. Livi termasuk gadis yang pandai bergaul, ia memiliki banyak temen, banyak orang yang menyukai gadis itu, karena ia termasuk pribadi yang ramah, murah senyum dan tidak sombong. Meskipun dia anak orang kaya.
Sudah hampir 10 menit Gibran menunggu, namun ia tak kunjung melihat adiknya keluar. Akhirnya, Gibran pun turun dari mobil. Memperhatikan semua siswa-siswi yang berlalu-lalang, berharap secepat mungkin menemukan sang adik. Saat sibuk memperhatikan sekitar, netra Gibran tiba-tiba menangkap satu objek yang membuatnya tersenyum lebar.
"Bukankah itu Melisa dan temannya?" gumam Gibran saat melihat dua gadis yang berjalan menuju sebuah mobil di sebrang sana. "Iya, aku yakin itu Melisa!"
Gibran memperhatikan mobil yang kedua gadis itu naiki. Sampai mobil itu melewatinya dan keluar dari area sekolah.
"Dorrrr!"
Gibran cukup terkejut dengan kelakuan sang adik, pria itu mengelus dadanya. Menatap Livi yang hanya cengir kuda.
"Maaf lama, soalnya tadi Livi diajak ngobrol sama temen di kelas."
"Ya nggak apa-apa, ayok cepat masuk, Kak Gibran ada meeting jam 2 siang!"
"Emmm, makasih ya, Kak. Udah sempetin buat jemput Livi!" ucap Livi setelah melihat jam tangannya. Pukul 01.47.
"Iya, sama-sama. Apa sih yang nggak buat adik Kakak yang manis ini?" Gibran menoel hidung Livi. Yang membuat pipi Livi memerah, baper.
Mobil pun melaju menuju kediaman keluarga Gibran. Sepanjang perjalanan, Gibran sibuk menyusun rencana PDKT dengan gadisnya. Sekarang Gibran punya satu peluang besar. Yaitu dengan memanfaatkan Livi.
"Livi, boleh tolong Kak Gibran nggak?"
"Tolong apa, Kak?"
"Ada deh, nanti Kak Gibran kasih tau!"
"Emm, oke. Apa sih yang nggak buat Kakakku yang tampan ini?" Livi ikut menoel hidung Gibran. Membuat Gibran salah tingkah sendiri.
...****************...
Gibran menyadarkan punggungnya. Meeting baru saja selesai, pria itu menatap ke arah Handphone-nya di atas meja. Gibran meraih benda pipih itu, membuka aplikasi Instagram dan langsung mengunjungi akun Melisa.
"Sepertinya dia tipe gadis yang sedikit tertutup, postingannya hanya berisi pemandangan, ada foto, tapi itu pun dengan teman-temanya. Sorotan pun penuh dengan potret pemandangan. Ini, hanya satu foto ini yang aku punya!"
Kemarin, setelah mengikuti balik Instagram Via, Gibran pun mencari tau tentang gadis yang berfoto dengannya. Dan Gibran berhasil menemukan akun Instagram gadis itu, dari beberapa postingan Via yang menandai gadis kecil itu.
Di akun Instagram Via sendiri banyak foto yang mengabadikan momen kebersamaan mereka bertiga, bahkan di salah satu slide postingan Via, Gibran menemukan foto Melisa. Hanya Melisa sendiri! Dan foto itulah yang terus Gibran pandangi tanpa kata bosan.
@Gyuandr_ :
Suka coklat nggak?
Setelah mengirim pesan itu, Gibran pun segera memasukkan Handphone-nya ke dalam saku. Tapi--
Ting. Satu notifikasi baru membuat Gibran kembali menyalakan Handphone.
^^^@Melisadwiprtw :^^^
^^^Suka^^^
@Gyuandr_ :
Suka aku, nggak?
^^^@Melisadwiprtw :^^^
^^^Nggak^^^
Gibran tersenyum, untuk tahap awal, ini adalah sebuah peluang yang besar. Ketika kamu ingin PDKT dengan seseorang dan dia memberikan respon atas pesanmu, itu adalah sebuah keberuntungan!
@Gyuandr_ :
Selain coklat, apa lagi yang kamu suka?
^^^@Melisadwiprtw :^^^
^^^K E P O !^^^
"Ups." Gibran senyum-senyum sendiri, entah mengapa, Gibran suka dengan jawaban Melisa. Membuat Gibran menyimpulkan bahwa Melisa adalah tipe orang yang sulit untuk didapatkan.
"Oke, kali ini aku akan benar-benar berjuang!"
Sementara itu, Via meletakkan Handphone Melisa, gadis itu cekikikan setelah membalas pesan masuk di akun Instagram Melisa, tadinya ia meminjam Handphone untuk melihat foto-foto yang Melisa ambil saat jalan-jalan kemarin.
Tapi satu notifikasi dari Instragram itu membuat tangan Via sedikit gatal untuk membalasnya.
"Katanya sih nggak mau, tapi ternyata udah pernah chatingan aja!"
"Hah?" Melisa mengerutkan keningnya, tak faham dengan apa yang Via katakan.
"Tuh, ada notif dari Om Gibran!"
Melisa langsung merebut Handphone-nya dari tangan Via. Mata gadis itu memicing tajam ke arah, seperti harimau yang siap menerkam mangsa!
"Viaaaaaa!"
Via sudah kabur terlebih dahulu, sebelum kena amuk oleh Melisa.
"Huh, untung gadis itu nggak bales aneh-aneh! Kalo sampai itu terjadi, aku nggak tau harus taruh muka aku di mana lagi!" gumam Melisa.
Melisa sebenarnya tidak keberatan jika Via membalas pesan Gibran. Yang Melisa takutkan, Via akan mengejeknya sepanjang hari, karena di awal ia mengatakan tidak mau dengan Gibran! Tapi sekarang pun, Melisa masih tidak mau dengan Gibran?
...****************...
Livi mengerutkan aslinya, karena tumben sekali Gibran menanyakan coklat yang seperti apa yang biasa disukai oleh cewek?
"Kak Gibran lagi suka sama seseorang, ya?" tanya Livi dari sambungan telepon.
Gibran tak menjawab, dia sendiri bingung dengan perasaannya. Intinya dia ingin dekat dan mengenal Melisa lebih jauh lagi! Entah ini hanya sekadar rasa penasaran atau sebuah perasaan?
"Kalo Kak Gibran cuman penasaran, jangan dulu deh ngasih sesuatu, takutnya ceweknya baper, abis itu, Kak Gibran tinggalin, karena Kak Gibran udah nuntasin rasa penasaran Kakak!"
Gibran terdiam sejenak. Ia bertanya pada diri sendiri sekali lagi, apakah benar dia hanya sekedar penasaran?
"Livi?"
"Iya, Kak?"
"Kamu pulang jam berapa besok?"
"Kayaknya jam setengah dua. Kenapa, Kak?"
"Besok Kak Gibran yang jemput kamu!"
"Hah?"
Tut... Tut.... Tut ...
Sambungan telpon tiba-tiba terputus begitu saja. Livi sampai bingung sendiri, apa yang sebenarnya terjadi pada sang Kakak?
"Apakah cewek yang Kak Gibran suka sekolah di tempat yang sama denganku? Kalo iya. Berarti dia masih anak SMA?"
Livi menggeleng tak percaya. Bagaimana bisa Kakaknya menyukai gadis SMA? Mereka ketemu di mana? Medsos?
"Huh, tapi siapapun dia. Semoga dia merasakan hal yang sama, seperti apa yang Kak Gibran rasain sekarang!"
...****************...
"Seriusan lu suka sama bocah itu?" tanya Rozi, pria itu sibuk mengaduk kopi di tangannya. Tapi matanya sibuk mengintip layar Handphone Gibran.
"Nggak tau, mungkin gue cuman penasaran aja? Gue juga nggak ngerti!" lirih Gibran.
"Apa yang lu rasain kalo lagi stalking dia? Atau pas lagi liatin fotonya?"
"Bahagia."
"Bahagia yang kayak gimana?"
"Ya bahagia, kayak gue baru nemuin sesuatu, gitu. Sesuatu yang buat gue semangat, sesuatu yang buat gue berharap bisa milikin dia." Gibran melirik Rozi yang ikut duduk di sampingnya.
"Kalo tolak ukur gue, ya. Kalo Baresta tegak pas ngeliatin cewek, itu tandanya Baresta nemuin pawangnya!" bisik Rozi.
"Anak Dajjal!" Gibran menyentil telinga Rozi cukup keras. "Itu nama nafshu! Bukan cinta!"
"Hahahaha, beda tipis loh!"
"Susah emang ngomong sama remaja salah pergaulan kayak lu!" Gibran hendak masuk ke dalam kamar, tapi Rozi menahannya.
"Perjuangin dia, dia istimewa!"
"Dia?"
"Ya, bocahmu itu, dia istimewa!"
Bukan tanpa alasan Rozi mendukung Gibran untuk memperjuangkan gadis kecil itu. Gibran dan Rozi sudah bersahabat lama, bahkan mereka sudah tinggal bersama sejak jaman kuliah dulu. Sampai banyak yang mengira mereka adalah saudara.
Dan selama bersahabat dengan Gibran, Rozi tak pernah melihat Gibran seperti ini, bahkan memandang satu foto berulang-ulang setiap hari! Menstalking akun Instagram gadis itu di setiap kesempatan! Ini bukanlah Gibran yang Rozi kenal! Gibran tak pernah seperti ini dengan semua wanita yang ia kenal, sebelum mengenal gadis kecil itu!
"Gadis kecil, terimalah cintanya, jangan tinggalkan dia, seperti wanita-wanita sebelummu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mia Pratiwi🍇
goo semangat om gibran buat pdkt sama melisa🔥🔥🔥
2022-07-03
2