Melisa membawa dua tusuk jagung bakar yang baru saja ia beli untuk Rere dan Via. Melisa sendiri kurang suka jagung, oleh sebab itu ia membeli bakso dan sosis bakar.
"Jagung bakarnya datang...."
"Makasih ya, Mel."
"Iya, sama-sama, Bestiehh!"
Melisa ikut duduk di samping Via. Menghadap ke arah pantai.
"Emmm, Mel. Aku minta maaf ya kalo kamu beneran kesal sama aku," ucap Via.
"Sante aja, Vi. Lagian kan aku kalah challenge, jadi aku juga harus siap dong dengan sanksinya!"
"Makasih ya, Mel, Re, udah sabar ngadepin sikap aku!"
"Apaan sih, Vi. Kita temenan bukan setahun dua, jadi aku sama Melisa udah faham kok seperti apa Bestie kita yang satu ini! Apapun itu, kamu tetap yang terbaik juga, Vi!"
"Emmm, makasih!"
Ketiganya menghabiskan waktu bersama di pinggir pantai, bercerita tentang banyak hal. Sampai Mbak Indah datang, menjemput mereka agar segera kembali ke penginapan.
Tatapan mata Gibran terus mengikuti tiga gadis yang baru saja beranjak itu, sejak tadi Gibran terus memperhatikan mereka. Tidak ada niat untuk mengikuti, hanya saja semesta memang ingin mempertemukan mereka lagi, walaupun Gibran tak berani mendekat dan menyapa.
"Jadi, gadis yang aku lihat semalam adalah gadis yang sama dengan gadis yang aku lihat malam ini? Dia adalah Melisa!"
Gibran menandai gadis itu dari jaket dan rambut pendek sebahunya. Sama seperti semalam, hanya saja malam ini dia terlihat lebih mempesona, setelah Gibran tau siapa dia.
"Dari ketiganya, yang mana yang buat lu jatuh cinta?" tanya Rozi, yang ternyata ikut memperhatikan apa yang sedang Gibran perhatikan sejak tadi.
"Coba tebak!"
"Yang baju pink?"
Gibran hanya tersenyum. Tapi sayang, bukan gadis berbaju pink dengan rambut panjang itu yang membuat hatinya berdebar kencang seperti sekarang!
"Serius? Lu suka sama salah satu dari mereka? Bocah seperti mereka?" tanya Rozi memastikan.
"Kenapa? Mereka cantik, mereka manis!"
"Tidak seksi!"
"Gue bukan lu, jadi jangan samain selera kita!" Gibran bangkit, ia menepuk pundak Rozi lalu berbisik. "Hati-hati, jangan sampai lu jadi Ayah sebelum waktunya!"
"Sialan!"
Gibran melangkah menjauhi pantai, ia masih ingin mengunjungi beberapa tempat lagi, menuntaskan rasa penasarannya dengan pulau ini.
...****************...
Melisa menatap Rere dan Via yang sudah tidur dan mungkin sedang terbuai oleh mimpi indah mereka. Sedangkan Melisa baru saja selesai menonton video horor yang memang sering ia tonton di salah satu channel YouTube.
"Second night." Tulis Melisa pada unggahan story Instragramnya dengan background lampu tidur dan vas bunga di atas nakas.
Tiba-tiba sebuah notifikasi pengikut baru datang dari akun @Gyuandr_
Tentu saja Melisa penasaran dengan akun itu dan mengintip profilnya.
"Bukanya ini akun yang Via tunjukan tadi?" Melisa melihat satu persatu postingan di akun itu, memang benar, ini akun yang sama dengan akun yang Via tunjukan padanya. Itu adalah akun Instagram Gibran.
"Follback nggak ya?" gumam Melisa. Saat sedang sibuk stalking akun Gibran, tiba-tiba sebuah pesan masuk.
@Gyuandr_ :
Belum tidur, gadis kecil?
Melisa mengerutkan keningnya. Gadis kecil? Apakah dia terlihat seperti bocah di mata om-om ini?
^^^@Melisadwiprtw :^^^
^^^Belum, Om.^^^
@Gyuandr_ :
Aku bukan Om mu, ya, Cil!
^^^@Melisadwiprtw^^^
^^^Hahahaha^^^
@Gyuandr_ :
Malah ketawa
Melisa menatap langit-langit kamar. Dia adalah tipe orang yang jarang betah chatingan dengan siapa pun. Bahkan dengan sahabatnya, ia lebih suka bertemu dan mengobrol langsung. Lagi pula, Melisa juga suka bingung harus menjawab apalagi.
@Gyuandr_ :
Melisa Dewi Pertiwi?
Bener gak sih?
Hello?
Udah tidur ya?
Ya udah kalo gitu. Mimpi indah, ya, gadis kecil.
Hahahaha.
Gibran Yuandara. Panggil Gibran aja. Tanpa embel-embel Om😏
Ya udah deh, good night ya.
Melisa hanya membaca pesan masuk dari Gibran lewat notifikasi. Bisa-bisa om-om itu mengirim pesan begitu banyak padanya. Padahal mereka kenal saja tidak!
Sementara itu, Gibran membaca ulang pesan yang ia kirim. "Apakah aku terlalu tergesa-gesa? Nanti kalo gadis kecil itu ilfil atau risih, gimana?"
Gibran membatalkan semua pesan yang ia kirim. Sudah lama ia menjomlo. Jadi sekalinya ingin PDKT dengan cewek, Gibran langsung lupa jurus buaya.
"Hmmmm, kalo yang ini gagal lagi, aku akan melepas statusku sebagai pria tampan!"
Gibran meletakkan Handphone-nya dia atas nakas. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua malam. Tapi si laknat Rozi belum pulang juga!!
"Remaja salah pergaulan!"
Gibran sudah seringkali memberikan pandangan pada Rozi. Tapi manusia kepala batu itu tak kunjung berubah, dari tahun ke tahun masih tetap sama. Masih menjadi buaya yang suka masuk ke dalam gua.
...****************...
Awalnya Melisa dan kawan-kawannya berencana pulang di siang hari, tapi karena ada kabar buruk datang dari Mama Rere. Mereka pun memutuskan untuk langsung meninggalkan pulau pada jam 7 pagi. Sepanjang perjalanan, Melisa dan Via berusaha menenangkan Rere dan mengajak Rere untuk mendoakan semoga Mamanya baik-baik saja.
Tanpa pikir panjang lagi, Pak Tomi langsung mengantar Rere menuju rumah sakit di mana Mama gadis itu dirawat.
"Pa?"
Rere berlari memeluk sang Papa yang sedang menunggu di depan pintu ruang rawat. "Mama? Mama kenapa, Pa?"
"Udah, kita doain semoga Mama cepat sadar dulu, ya, Dek."
"Kak Tio mana?" Rere mencari Kakak laki-lakinya. Biasanya Mamanya akan kambuh seperti ini setelah bertemu dengan manusia itu!
"Dia buat ulah lagi kan, Pa?"
Papa Rere hanya menggeleng. Ia juga tidak tau apa yang terjadi sebelumnya. Karena saat masuk kamar dia sudah menemukan Mamanya Rere dalam keadaan pingsan.
"Kak, kamu nggak capek apa nyakitin Mama dan Papa terus? Mau kamu apasih, Kak!" Batin Rere.
"Melisa, Via, kalian pulang dulu ya. Nanti Om kabarin, kasian orang tua kalian udah nungguin di rumah."
"Re, kita pamit, ya. Tante kan kuat, Tante pasti bisa lewatin semua ini. Kamu jangan lupa terus doain yang terbaik juga buat Tante. Kalo ada apa-apa, kabarin aku sama Via ya."
"Iya, Mel. Makasih ya. Hati-hati di jalan."
"Iya."
Melisa mengandeng tangan Via. Papa Rere sudah meminta Pak Tomi untuk mengantar Melisa pulang, sedangkan Via dan Mbak Indah sudah ditunggu oleh jemputan mereka.
Melisa tak henti-hentinya berdoa untuk kesehatan Mama Rere. Karena selama ini, Melisa sudah menganggap Mama Rere dan Mama Via seperti Mamanya sendiri. Bahkan Melisa juga sangat disayang oleh kedua orang tua sahabatnya.
"Jujur aja, aku iri sama kalian. Kadang aku iri ngeliat kalian yang deket banget sama Ayah kalian, dipeluk oleh seorang Ayah, dikhawatirin dan dijaga oleh seorang Ayah, bagaimana ya rasanya?"
Melisa menahan agar bulir air matanya tak jatuh. Dari kecil ia tak pernah sedekat itu dengan Ayahnya. Bahkan Melisa benar-benar lupa bagaimana rasanya dipeluk oleh Ayah?
Selama ini Melisa diperlukan dengan cara berbeda dari kedua adik laki-lakinya oleh sang Ayah. Bahkan dari kecil, Ayah tak pernah mengakui keberadaan Melisa di sisinya. Melisa ada tapi seperti tidak ada.
Dan hal yang paling menyakitkannya adalah Melisa harus tinggal di rumah yang berbeda dengan kedua orang tua dan adik laki-lakinya. Hal ini terjadi karena dari awal, Ayah tak pernah menginginkan anak perempuan, apalagi anak perempuan pertama.
Ayah Melisa hanya menginginkan anak laki-laki sebagai penerusnya nanti. Tapi terlepas dari semua itu, Melisa tetap menghormati sang Ayah. Tak pernah membencinya.
"Makasih ya, Pak."
"Sama-sama, Non Melisa. Saya pamit pulang ya, Non."
Melisa mengangguk, ia menatap mobil Pak Tomi yang mulai melaju menjauh dari gerbang rumah.
Kaki Melisa melangkah menuju rumah yang ia tinggali. Posisinya tepat di samping kanan rumah utama. Tempat Ayah, Mama dan kedua adik laki-lakinya tinggal.
^^^Melisa :^^^
^^^Ma, Kakak Pulang^^^
Melisa duduk di pinggir kasur, setelah mengirim pesan pada sang Mama. Di rumah utama ada peraturan yang harus Melisa ikuti, Melisa tidak boleh masuk ke dalam rumah utama dengan begitu saja. Ia harus menyebutkan dengan jelas apa keperluan dan kepentingan untuk masuk.
"Tuhan, salahkah kalo Melisa berharap suatu saat nanti Ayah bisa sayang ke Melisa juga? Seperti Ayah sayang ke Arkan dan Erlan?"
Melisa kembali meraih Handphone-nya. Ia membuka ulang pesan yang Gibran kirim semalam.
"Loh? Kok dihapus semua, dasar om-om aneh!"
Tapi tak disangka, Melisa malah berharap Om-om itu kembali mengirim pesan padanya. Entah, Melisa tidak tau perasaan apa ini, tapi setiap membuka aplikasi Instagram, Melisa berharap ada pesan masuk dari akun Gyuandr_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Atik Marwati
Gibran galau jadi dihapus semua mel...
yang kuat mel..kamu hebat
2025-02-27
0
Mia Pratiwi🍇
ya ampun melisa tega bgt ortu mu nak
semoga aja om gibran bisa jadi sosok ayah,kakak,sahabat ataupun kekasih yg baik buatmu ya
2022-07-03
2
Tini Laesabtini
Melisa sini datang ke rmh mak nak... Mak anak 2, laki sm perempuan, ga dibedain sayang dua2nya, yg pertama laki udh nikah yg prmpn kls 3 SMA
Walaupun yg perempuan udh gede tp masih gelendotan sm bapanya, kadang sesekali kita tidur bertiga
Ada apa dg keluarga Melisa?
2022-07-02
1