Sayup-sayup ku dengar suara adzan saling bersahutan. Aku yang semalaman ketiduran di lantai karena lelah langsung beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan kewajibanku.
Seperti biasa semenjak kembali pulang ke rumah Abah aku selalu pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan jualanku sekaligus kebutuhan dapur ibu. Aku tetap menjalani aktivitas jualan food frozen ku karena memang lagi di gandrungi semua kalangan. Setelah berjibaku dengan belanjaan, aku bersiap untuk pergi mengajar di sekolah yang di kelola oleh keluarga dari ibuku. Semenjak aku pulang kesini pamanku yang tak lain adalah adik ibuku langsung membuka sekolah untuk tingkat Taman kanak-kanak dan akulah yang bertanggung jawab disini.
Hari berlalu begitu juga dengan pertemuan ku dengan malik. Sejak malam itu ku pasrahkan semua urusan hati ku kepada pemilik yang sesungguhnya, pemilik sah yang berhak membolak balikkan hati. Aku tak lagi meminta untuk dijauhkan darinya lagi maupun yang lain karena aku tau semua yang terjadi sudah menjadi garis ketentuan yang tak mungkin bisa di rubah.
Selesai Mengajar ku rehatkan badanku di kamar, sesekali mengejek aplikasi hijau di ponselku barang kali ada pesan yang harus ku balas cepat, karena selama mengajar aku memang memfokuskan diriku sepenuhnya untuk anak-anak saja.
Tanganku bergulir ke bawah dan ku dapati pesan dari Hendra teman masa kuliahku yang sekarang menetap di Jogja.
"assalamualaikum shof, gimana kabarnya ?"pesan singkat dari Hendra ku diamkan sejenak. Aku teringat dulu selama kuliah di Semarang dialah salah satu teman baik yang dengan siap sedia saat aku butuh bantuan.
Pernah satu Hari selesai Wisuda, dia menemuiku di indekost ku. Kedatangannya kala itu ku anggap biasa saja karena memang biasanya dia datang bersama teman yang lainnya tapi tidak saat itu, dia datang seorang diri. Ya tak lain tak bukan kedatangannya untuk meminta ku menjadi pendamping hidupnya. Dengan hati-hati ku jawab permintaan laki-laki itu agar tak menyinggung perasaannya. Sudah pasti aku menolaknya dengan halus dengan alasan aku belum siap menikah dan masih ingin mengembangkan segala yang ku punya. Dan Insyaallah dia mengerti keadaanku.
"waalaikumussalam, Alhamdulillah baik" balasku
semenit
lima menit
satu jam
"Alhamdulillah, shof kebetulan akhir bulan ini aku hendak ke Medan untuk pertemuan dengan rekan kerjaku, boleh aku mampir ke rumah kamu ? " tanya Hendra
Aku yang orangnya tak enakan untuk menolak ajakan silaturahmi pun tak bisa mengelak lagi, apalagi dia datang jauh-jauh dari Jogja, rasaku tak ada salahnya juga, bukan seminggu sekali ataupun sebulan sekali dan bahkan setahun sekali juga belum tentu mengingat jarak tempat tinggal kami.
"boleh, silahkan" balasku dan langsung ku matikan layar hp ku sambil berlalu ke dapur untuk menyelesaikan orderan nugget customer langgananku.
Alhamdulillah semenjak menekuni bisnis ini selama aku kuliah sedikit demi sedikit aku bisa mencicil uang semesteranku tanpa harus menunggu transferan dari Abahku. Pelan-pelan aku sedikit bisa menabung untuk masa depanku dan juga tabungan masa tua kedua orang tuaku.
Minggu ini aku aku berniat untuk mengunjungi kakakku yang pertama yang tinggal di pusat kota Medan. Karena beberapa hari ini aku merindukan dua keponakan ku yang semakin menggemaskan. Tentu aku tak sendiri, aku mengajak kakakku yang kedua beserta 3 anak-anaknya yang lagi lincah-lincahnya. Tak lupa juga aku menghubungi kakakku yang ketiga untuk turut gabung bersama kami.
Ya, Ibuku memiliki empat orang anak dan kesemuanya adalah perempuan. Dua kakakku telah menikah tinggallah kakak ketigaku dan aku saja yang belum menikah. Untuk itulah kenapa aku harus kembali lagi ke kota ini, tak ada teman untuk Abah dan ibuku, sementara kakakku yang ketiga memilih indekost di Medan karena memang dia bekerja sebagai tenaga pengajar di sana.
Hari Minggu pun tiba, ku jemput kakak keduaku yang rumahnya bisa di tempuh tiga puluh menit dari rumah untuk segera meluncur ke pusat kota yang memakan waktu satu jam perjalanan jika tidak macet. Ibu harusnya ikut bersama kami tapi kerena beliau harus menemani Abah jadi beliau memilih tinggal.
Setelah sampai di tempat yang kami janjikan ku parkirkan mobilku terlebih dahulu lalu ku boyong keponakanku yang super aktif.
Setelah menaiki lantai dua mataku menangkap sosok lelaki yang ku kenal beserta wanita di sampingnya yang berada di tempat makan.
"Astaga Malik"pekikku yang di sambut tanya oleh kak Nadrah
"kenapa"bingungnya
Seketika ada yang berdebar di tubuh ini dan juga merasa tak enak di rasa. Bagaimana bisa dia berada di tempat makan yang akan aku datangi juga bersama kakakku.
Dengan langkah ragu ku masuki tempat ini dengan langkah yang ku coba buat sebiasa mungkin.
Sedikitpun tak ku lirik arah samping, entah kalau dia melihatku.
Dan tanpa ku duga kakakku yang berteman dengan kakaknya pun datang langsung menyapanya dan seketika kami menoleh.
"Haii kamu Malik kan adiknya Rama" tanya kak Zahra dan Malik langsung menyalaminya
"iya kak, masih ingat aku rupanya ya kak, kirain sudah lupa" tegasnya
"gak mungkin la kakak lupa sama kamu, orang ganteng kayak begini kok lupa"
Semua yang berada di situ saling tertawa dan hanya aku yang langsung menyesap jus yang ada di depanku.
Terlihat sekali wajah tak nyaman dari Yunda yang berada di sisinya itu.
"kamu gak tau dek kalo Malik ada di sebelah meja kita ? atau pura-pura gak tau ? selidik kak Laila
"enggak kak, kan dari masuk tadi aku udah repot bawa Abay yang aktif ini, jadi gak liat kanan kiri" dustaku
Sesaat canggung dengan keadaan ini.
Aku yakin ini hanya kebetulan bertemu dengannya. Ini cara Allah untuk membiasakan aku dengan pertemuan-pertemuan yang tak terduga oleh orang di masa laluku.
"Malik kapan-kapan main gih kerumah sekalian sama istrinya" tawar kak Zahra yang membuatku tersedak kepedesan.
Seketika aku ijin ke toilet dengan cepat. Tak tau apa kelanjutan cerita mereka. Ketika aku hendak keluar aku berpapasan dengan Yunda kekasih Malik. Tatapannya yang tajam buatku membulatkan mataku.
"Sudah cukup selama ini dia menyiksa dirinya sendiri, untuk apa lagi kamu datang di kehidupannya, aku sudah bersusah payah berdamai dengan keadaannya dan kamu dengan tiba-tiba hadir kembali, maksud kamu apa, kamu ingin merebutnya dariku setelah aku mengorbankan waktuku bertahun-tahun untuk berusaha agar dia melupakanmu dan segera memperistri ku ? ucapnya dengan menggebu-gebu.
Apa ?? memperistri ?? jadi sampai sekarang dia belum menikah, sungguh tak ku sangka.
"maaf sekali jika kehadiran ku membuatmu tidak nyaman, sungguh aku tak berniat sedikitpun untuk merebutnya darimu" balasku
"lalu untuk apa kau menampakkan diri lagi di hadapannya" cecarnya lagi
"aku tak pernah sekalipun sengaja menampakkan diriku di hadapannya, semuanya hanya kebetulan semata"balasku lagi
"dan satu lagi, kamu bilang dia menyiksa dirinya sendiri ? untuk apa ? aku merasa sekalipun tak pernah menyakitinya" ucapku
"oohh mungkin kau lupa, apa aku harus mengingatkan mu tentang masa sekolah kalian, tentang dia yang menyatakan perasaannya sama kamu ? aku rasa kamu pengingat yang baik" ucapanya lagi
"kalo hanya untuk ngomongin masa lalu maaf aku gak bisa, karena buatku yang lalu biarlah berlalu, hiduplah dengan cerita kita sekarang, makasih sudah mengingatkan ku untuk tak menampakkan diri di hadapannya, tapi harusnya kamu lebih meminta itu kepada Tuhan mu bukan padaku karena dia yang sudah mengatur semuanya, permisi" akupun berlalu dari toilet dan siapa sangka ternyata Malik berada di depan pintu, entah dia dengar atau tidak aku gak peduli. Terus ku langkahkan kakiku menemui kakak ku yang ku lihat bersiap keluar dari sana.
Seharian ini ku habiskan waktuku untuk keluarga ku yang selalu menjadi support sistem terbaik dalam hidupku, matahari pun beranjak pergi dengan hadirnya mega merah sebagai tanda akan datangnya malam.
Setelah seharian penuh kami pun berpamitan pulang ke rumah masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
semangat shofie💪💪💪👍👍👍
2022-12-12
0