Aku yang jalannya terburu-buru tak terlalu memperhatikan orang yang berjalan di depanku sampai pada akhirnya tabrakan pun tak terhindari. Seketika itu refleks ku kutip semua barang belanjaan orang yang ku tabrak tadi.
"maaf aku gak sengaja"
sekali lagi ku ucapkan maaf dan sesaat ku pandangi dengan benar siapa yang berdiri di hadapan ku ini.
Shofie...
Duniaku seketika kembali saat dulu pertama kali bertemu dengannya saat memasuki Sekolah Menengah Pertama. Dia yang datang terlambat saat Masa Orientasi Sekolah dulu dengan aksesoris yang sama dengan yang lain berupa sayur sayuran terasa menggemaskan. Kulitnya yang hitam manis, hidungnya yang tak mancung, matanya yang bulat, bulu mata yang lentik, alis tebal, dan tak lupa gigi gingsulnya yang buat aku terpikat senyumnya.
Dialah sosok wanita kecil yang mampu buatku salting saat dulu. Sejak itu aku mulai curi-curi pandang terhadapnya. Dia yang terkenal cuek nan galak bahkan terkesan tomboi saja sudah buat aku gemetaran apalagi kalo dia sudah datang untuk absen pengutipan kas kelas. Disitulah kadang aku melihatnya tanpa harus melirik-lirik.
Seperti itulah aku yang setiap harinya betemu dengannya selama tiga tahun. Walaupun kami di kelas yang sama tak menutup kemungkinan kalo aku selalu gugup.
Aku yang notabene nya suka main gitar, selalu ku petik senar gitarku saat jam istirahat untuk menunjukkan rasa hatiku, entah dia merasa atau tidak aku tidak tahu.
Saat itu ketika jam olahraga, untuk pertama kali aku bicara langsung padanya. Dia yang ku anggap cuek ternyata tak seperti dugaan ku, anaknya mudah akrab, humoris dan kalo ngomong suka nyeletuk. Sejak disinilah aku dan dia memulai saling memberi tahu akun media sosial dan tak lupa nomor teleponnya.
Sesekali kami jalan bareng meskipun tidak hanya kami berdua sudah pasti Shofie maupun aku, kami mengajak kawan yang lainnya juga. Karena aku sendiri paling tidak bisa untuk berduaan dengan lawan jenis.
Aku tersentak saat dia menyambar barang yang sedari tadi ku pegang, dan tanpa ku duga dia permisi untuk berlalu. Tanpa terasa bibirku memintanya untuk berhenti. Tanpa basa basi aku meminta waktunya sebentar dan di iyakan padanya meskipun awalnya dia ragu-ragu.
Ku pandangi punggung wanita itu, ku amati gaya berpakaiannya yang terlihat berbeda. Kini dia semakin mempesona dengan gamisnya yang longgar serta jilbab yang menutupi dadanya. Tak lupa pula di memakai sepatu yang ku tahu dia lebih nyaman memakai nya dari dulu dan hingga saat ini.
Aku enggak tau mau marah atau malah senang bertemu kembali dengannya, karena memang sejak saat reuni itu aku tak pernah sekalipun melihatnya bahkan aku merasa bersalah setelah itu.
Bertahun-tahun aku mencari tau tentangnya tapi hasilnya nihil, bahkan teman dekatnya jihan pun enggan untuk memberi tahu keberadaannya.
Pernah sekali aku datang kerumahnya dan bertemu dengan kakaknya yang mana kakaknya adalah sahabat kakakku, dia juga gak bisa kasih tahu dimana Shofie berada.
Kakaknya hanya bilang sejak pulang dari acara reuni dia bersikekeh untuk kuliah di luar kota. Kami awalnya menolak hanya saja saat tahu sebabnya kami pun dengan terpaksa mengijinkannya. Dan dia tak pernah pulang selama kuliah, kamilah yang selalu mengunjunginya.
Semua sosial media yang dulu ku blokir ku buka kembali dan ketika ku hubungi nomornya sudah tak bisa lagi tersambung.
Aku paham kenapa kakaknya pun tak bisa kasih informasi tentangnya, karena memang sumber masalahnya ada di aku.
ahh aku kenapa menyesal begini
_____
Setelah dia sampai di coffee shop dan duduk ku utarakan maksud ku kali ini. Ya sebuah kata maaf. Hanya itu yang aku sampaikan padanya, karena selama beberapa tahun aku selalu diselimuti oleh rasa bersalah.
Aku juga nggak paham kenapa dengan menatap wajahnya rasa bersalah dan sesalku semakin besar. waktu seolah mempermainkanku, kalimat sesal begitu saja keluar dari bibirku.
Dan kata-kata terakhirnya seolah petuah untukku. Wanita ini sungguh tidak paham atau dia yang memang sengaja berpura-pura.
Aku telah menempatkan dia di hatiku sama seperti kali pertama aku ketemu dengannya sekalipun saat ini aku menjalani kedekatan dengan wanita lain. Sungguh beberapa tahun aku merasa seperti biasa saja, seperti tak ada benih-benih cinta, hanya sekedar dekat tanpa ada kepastian.
Yunda, dialah wanita yang dulu ku dekati saat aku menunggu jawaban cinta dari Shofie. Saat itu karena aku hendak melanjutkan studi ku, aku yang berjiwa muda yang menggebu-gebu tentang cinta mencoba mencari persinggahan lain karena tempat yang ingin ku tuju sebelumnya belum pasti di terima.
Sampai sekarang wanita itulah yang membersamaiku dari mulai awal perkuliahan sampai detik ini. Dia beberapa kali memintaku untuk segera melamarnya namun aku yang belum siap, lebih tepatnya hatiku yang belum siap menerimanya.
Dia yang sesekali berkunjung ke rumahku dan akrab terhadap Ayah Dan ibuku membuat jaraknya semakin dekat dengan keluarga ku.
Aku jadi bimbang ditambah lagi kakak ku yang terus saja memaksaku untuk segera menikah karena dia khawatir ibu dan ayah merasa kesepian karena kakakku yang menetap di Bandung ikut dengan suaminya sementara adikku Farhan pulang sebulan sekali karena dia ditugaskan oleh kantornya untuk mengurus kantor cabang yang berada di Aceh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
rasaiin lho malik ..heeee
2022-12-12
0