Ayu mengintip dari jendela warung ke arah depan jalanan dimana Adi tengah menerima telepon dari wanita bernama Sarah itu.
"Oke, aku akan pulang malam ini juga." Ucap Adi.
Ayu tampak begitu penasaran, siapa sebenarnya Sarah itu. Kenapa Adi sampai harus menghindar darinya hanya untuk menerima panggilan itu.
Adi lalu masuk kembali ke dalam rumah Ayu setelah selesai berbicara lewat telepon. Ayu yang berdiri di ruang tamu membuat Adi kaget.
"Astaga... Kamu tuh buat Mas jantungan..." Ucap Adi.
"Mas, siapa Sarah?" Tanya Ayu to the point.
Adi terdiam, raut wajahnya berubah cemas. Hal itu semakin membuat Ayu tambah curiga.
"Mas kenapa diam? Jawab aku Mas, siapa Sarah?" Tanya Ayu lagi.
"Di.... Di... Dia... Adikku."
"Adik?" Ayu tampak tidak percaya.
"Iya... Dia adik ku sayang." Balas Adi.
"Kalau memang adik, kenapa Mas sampai menghindari aku untuk menjawab telepon darinya?"
"Yaaa... Wajar saja kan kalau Mas terima telepon gak harus dihadapan kamu."
"Iya memang wajar, dan itu hak Mas juga. Toh aku bukan siapa-siapanya Mas. Tapi yang aku cuma penasaran saja. Sejak awal kita berkenalan, Mas tidak pernah menyebutkan tentang Mas punya adik perempuan..."
"Mas minta maaf sayang. Kamu jangan ngambek gitu dong." Adi berusaha memegang dagu Ayu.
Namun Ayu dengan cepat menepisnya. Dalam hati Ayu, dia masih ragu jika wanita bernama Sarah itu adalah adik dari Adi.
"Aku gak ngambek, aku cuma mau Mas itu jujur sama aku tentang semua keluarga Mas. Karena kita itu sudah sama-sama dewasa Mas. Hubungan ini harus ada kejelasannya. Jika Mas memang gak berniat serius, lebih baik kita hentikan sebelum terlalu jauh Mas. Lagi pula aku ini seorang janda kelas bawah, sedangkan Mas itu adalah bujangan yang berasal dari kelas atas. Namun jika Mas memang berniat untuk serius dalam hubungan ini, maka Mas gak akan merahasiakan apapun dari aku. Terutama tentang keluarga Mas."
"Kamu jangan ngomong gitu dong. Mas ini serius sama kamu. Hubungan kita memang masih baru banget, tapi Mas sudah yakin banget menjatuhkan pilihan Mas sama kamu. Mas gak pernah peduli dengan status kamu. Karena cinta yang Mas punya ini tidak memandang status sayang." Adi mengusap pipi Ayu lembut.
Ayu terdiam, ia hanya menatap Adi dengan mata yang berbinar.
"Oh ya sayang, Mas harus pulang ke kota hari ini. Anak Mas.... Eehh maksud Mas, keponakannya Mas, anaknya Sarah itu lagi sakit. Sekarang lagi berada di rumah sakit dan kebetulan suaminya Sarah lagi di luar negeri. Jadi Mas yang harus mengurus semuanya." Ujar Adi.
Ayu terus menatap Adi, kali ini dengan tatapan yang begitu tajam.
"Kamu gak percaya sama Mas?" Tanya Adi.
Ayu tetap terdiam.
"Sayang, percaya sama Mas. Mas itu sayang banget sama kamu. Mas janji deh, saat Mas kembali nanti, Mas akan ceritakan semuanya sama kamu tentang keluarga Mas. Atau lebih baiknya lagi nanti saat tiba di kota, Mas akan mengirimkan pesan padamu tentang semua keluarga Mas beserta dengan foto mereka masing-masing. Agar nanti saat kita menikah, kamu gak akan terlalu canggung karena sudah mengenali mereka." Kali ini Adi mencolek hidung Ayu yang membuat gadis itu akhirnya tersenyum.
"Nah, gitu dong. Kalau gini kan cantik!" Seru Adi.
Wajah Ayu semakin merona.
"Kalau gitu, Mas langsung pergi sekarang aja ya. Agar Mas bisa lebih cepat tiba di kota." Ucap Adi.
"Mas, gak habisin makanannya dulu?" Tanya Ayu.
"Gak usah sayang, Mas takut kemalaman nanti."
"Iya udah, kalau Mas maunya begitu."
"Titip salam aja ya buat Ibu dan Arya. Minggu depan Mas bawain oleh-oleh dari kota."
"Hmmm.... Mas hati-hati ya di jalan."
"Siap Bos." Balas Adi.
Adi lalu beranjak keluar rumah, sementara Ayu langsung ke arah ruang makan membereskan makanan yang ada karena takut jika kucing liar datang dan merusak semuanya.
Namun, Ayu mendapati kunci mobil milik Adi berada di atas meja makan. Ayu pun dengan cepat berlarian ke luar rumah, berusaha mengejar Adi.
"Maaaaassss....." Teriak Ayu seraya berlari dari ruang makan dan melihat Adi masih berdiri di halaman rumah terlihat tengah menerima telepon seseorang.
Ayu tidak habis pikir dengan Adi, kenapa saat di panggil dia malah pergi begitu saja?
Padahal Ayu hanya ingin mengembalikan kunci mobilnya yang berada dia atas meja tadi.
'Apa iya, dia tidak mau sama kunci mobilnya ini lagi?' tanya Ayu dalam hati.
Ayu menggerutu sendiri sambil terus mengejar Adi. Ayu memanggil Adi sekali lagi, tapi dia tak menoleh sedikit pun.
"Maaaaaass!" Panggil Ayu tapi dia tetap tidak menoleh sedikit pun.
"Mas Adi kenapa ya? Apa dia memang tidak mendengar suara teriakan ku?" Gumam Ayu sambil menggaruk-garukkan kepalanya.
Ayu terus berlari mengejarnya Adi.
Ayu akhirnya berhasil menghentikan Adi, saat ia hampir masuk ke dalam mobil.
"Ayu!"
"Kaget ya Mas?" Tanya Ayu dengan senyum manisnya.
Adi menggeleng-geleng melihat Ayu.
"Nggak usah kaget gitu Mas, aku tidak mempunyai kekuatan kok!" Ucap Ayu terkekeh.
Suara ponsel Adi kembali berdering membuatnya terperanjat kaget. Apalagi panggilan itu menampilkan nama Sarah.
"Kenapa?" Tanya Adi dengan nada sedikit kasar.
Suara ponselnya terus saja berdering.
"Ini Mas...."
"Apa? Cepat katakan?"
Suara ponsel Adi terus saja berdering tanpa henti.
"Haloooo...." Adi berteriak. "Iya tunggu saja, aku sudah di jalan." Teriaknya lagi.
"Mas...." Panggil Ayu.
"Diaam...." Teriak Adi tampak putus asa.
Ayu menjadi begitu terkejut. Seketika raut wajah Adi berubah pias. Ia langsung memutuskan sambungan telepon dan beralih menatap Ayu dan memegang tangannya. Sementara Ayu sendiri, matanya sudah berair.
"Sayang, maafkan Mas. Mas benar-benar....'
"Gak apa-apa Mas. Aku paham. Aku cuma mau nganterin kunci mobil Mas yang kelupaan di ruang makan." Ucap Ayu seraya menyerahkan kunci ke tangan Adi.
"Sayang...."
"Aku ngerti Mas, sekarang pergilah." Balas Ayu mengusap pipi Adi meski sebenarnya dalam hati Ayu, ia begitu terluka karena dibentak tadi.
"Baiklah sayang, Mas pergi dulu ya. Sampai ketemu minggu depan." Balas Adi.
Setelah kepergian Adi, Ayu langsung kembali ke dalam rumah dan menuju kamarnya. Ia seharusnya membantu sang Ibu di warung. Tapi, saat ini perasaannya tengah kacau. Dia memikirkan semua yang baru saja terjadi, di mulai dengan wanita yang bernama Sarah, hingga dirinya yang dibentak Adi.
Semua itu entah kenapa tiba-tiba mengingatkan Ayu kepada mendiang suaminya.
"Mas Bayu, apa keputusanku untuk membuka hati pada Mas Adi salah?" Tanya Ayu dengan menatap langit-langit kamarnya.
Ayu teringat bagaimana sabarnya Bayu, mendiang suaminya selama menjalin hubungan dengannya. Mulai dari semenjak menjalin hubungan kekasih sejak kelas 1 SMA, sampai menikah selama dua tahun hingga akhirnya Dani pergi lebih dulu menghadap Ilahi.
"Ah, apa aku salah membandingkan Mas Bayu dengan Mas Adi?" Ucap Ayu lagi.
Ayu pun tanpa sadar tertidur.
Dalam mimpi, ia bertemu dengan mendiang sang suami yang memakai jas warna hitam.
"Mas Bayu...." Ucap Ayu.
Mendiang suaminya itu terus saja menatap Ayu dengan tatapan yang datar.
"Mas...." Panggil Ayu lagi.
Bayu tersenyum, lalu berkata, "berbahagialah..."
Setelah itu sosok Bayu langsung menghilang. Ayu sontak berteriak histeris dari dalam kamarnya. Hal itu membuat Ibunya panik dan langsung berlari ke kamar Ayu.
"Kenapa Nak?" Tanya Bu Ida.
Ayu yang langsung terbangun, hanya bisa diam.
"Mimpi buruk?" Tanya Bu Ida.
Ayu menggeleng.
"Justru mimpi indah Bu. Sepertinya Mas Bayu sudah merelakan aku Bu." Ucap Ayu.
>>> >>> >>> >>> >>>
Satu minggu berselang, sesuai yang dikatakan Adi, ia kembali mengunjungi Ayu. Hubungan mereka berdua semakin begitu dekat. Ayu bahkan sudah sangat mencintai Adi. Kali ini keduanya menghabiskan waktu dengan pergi ke sebuah mall.
Ngemal atau pergi ke mal merupakan salah satu aktivitas warga di perkotaan menghabiskan akhir pekan atau liburan dan hal itu juga yang dilakukan Ayu dan Adi. Keduanya pergi ke sebuah mall yang berada di sekitaran kota tempat tinggal Ayu.
Keduanya tiba tepat saat siang hari. Meski masih siang, mall tampak ramai dikunjungi warga, walau tidak padat membludak. Sebagian besar warga datang bersama dengan keluarga. Ada juga yang datang bersama dengan teman yang sudah lama tidak bertemu, ataupun dengan pacar, dan ada juga yang datang sendiri. Ayu merasa begitu senang, karena untuk pertama kalinya setelah lima tahun lamanya ia kembali keluar berjalan-jalan dengan seorang pria yang ia cintai.
Mereka berdua mulai menyusuri setiap sudut mall. Dan pada saat memasuki jam makan siang, tempat yang paling ramai dikunjungi pengunjung sudah pasti food court atau satu lantai di mall yang dikhususkan untuk aneka jenis restoran yang menjual makanan. Beberapa pengunjung rela mengantre untuk mencoba makan di restoran yang baru saja buka atau restoran tersebut memang favorit.
"Mau makan dulu gak?" Tanya Adi.
"Gak deh Mas, tadi udah makan di rumah." Balas Ayu.
"Terus sekarang mau ngapain? Kamu beneran gak mau beli baju, tas, sepatu atau perhiasan?" Tawar Adi.
Ayu hanya menggeleng dan semakin mengeratkan gandengannya pada tangan Adi.
"Kita cuci mata aja Mas. Entar kalau ada barang yang bisa narik perhatian aku, baru oke deh beli." Ucap Ayu sumringah seraya kembali berjalan dengan tangan yang saling bertautan dengan Adi.
Adi tersenyum, ia terus menatap Ayu yang terlihat begitu ceria berjalan di sisinya.
'Sangat jarang ada wanita seperti dia yang meski ditawari belanja, langsung nolak begitu aja.' pikir Adi.
Selain food court, tempat lainnya yang biasa dikunjungi toko baju, meski tidak seramai food court. Khusus untuk wanita, seperti Ayu, dia lebih memilih untuk masuk ke toko kosmetik. Meski demikian, masuk ke toko-toko belum berarti konsumen akan membeli barang di sana.
Malahan, Ayu lebih suka untuk melihat-lihat, bahkan sekedar mencoba pakaian atau kosmetik saja. Jika tidak cocok, Ayu tidak akan jadi membeli. Atau, Ayu hanya mencoba sebagai referensi atau hanya memastikan barang tersebut akan tersedia sampai jangka waktu tertentu.
Ayu dan Adi berlanjut berjalan ke arah sudut lain mall, tempat yang juga cukup ramai dikunjungi oleh pengunjung lainnya yaitu tempat ngopi alias kafe. Kebanyakan dari para pengunjung datang membeli minuman dan makanan, kemudian duduk untuk sekedar berbincang dengan kerabat, membuka laptop mereka dan bekerja, atau hanya sekedar mencari colokan untuk mengisi daya baterai gadget.
"Apa kita hanya akan jalan-jalan saja tanpa beli sesuatu?" Tanya Adi lagi.
"Ya kalau Mas mau beli sesuatu, beli aja. Emang dari tadi aku larang Mas apa?" Ayu balik bertanya.
"Bukan begitu, maksud Mas itu Mas pengen beliin sesuatu buat kamu."
"Hmmmm.... Kalau begitu Mas beliin aku...." Ayu tampak berpikir.
"Apa?" Tanya Adi penasaran.
"Beliin tiket nonton film di bioskop. Terus beliin popo corn sama minuman. Gimana, bisa gak?" Tanya Ayu.
Adi tersenyum dan langsung berjalan ke arah stand penjual pop corn setelah lebih dulu membeli tiket untuk menonton sebuah film.
Mereka benar-benat bersenang-senang layaknya pasangan anak muda yang baru merasakan berpacaran. Menghabiskan waktu dengan menonton bioskop, setelah itu bermain di wahana permainan indoor.
Hari sudah beranjak sore, Ayu akhirnya merasa lapar. Keduanya pun memutuskan untuk makan di sebuah restoran.
"Laper banget ya?" Tanya Adi pada Ayu yang tengah begitu lahap memakan spaghetti.
"Iya nih Mas, apalagi film tadi bahas nya makanan terus. Aku jadi ngiler." Balas Ayu.
Adi tersenyum menatap Ayu yang tampak lahap menyantap hidangan dihadapannya itu.
"Oh iya Mas, ngomong-ngomong, bagaimana keadaan keponakan Mas itu?" Tanya Ayu.
Seketika Adi mematung setelah mendengar pertanyaan dari kekasihnya itu.
"Mmmmmm.... Dia...."
Ayu menatap Adi dengan menaikkan alisnya.
"Kenapa Mas?" Tanya Ayu lagi.
"Dia sudah baikan sayang." Balas Adi.
"Syukurlah."
Adi terus menatap Ayu, ada rasa bersalah dihatinya setiap kali melihat Ayu.
Adi tanpa tidak sadar begitu terjatuh dalam pesona si janda Ayu. Hanya butuh waktu beberapa detik saja baginya untuk langsung jatuh cinta pada Ayu. Dan kini cinta itu semakin tumbuh semakin besar.
"Sayang...." Panggil Adi.
"Hmmm iya Mas!" Balas Ayu kemudian menyeruput jus mangga yang ada dihadapannya itu.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Ucap Adi yang membuat pipi Ayu langsung merona merah.
"Kenapa Mas tiba-tiba bilang cinta begini?" Tanya Ayu.
"Karena Mas memang sangat mencintaimu."
"Aku juga Mas." Balas Ayu tersenyum.
Dari arah luar restoran, tanpa sengaja seorang teman Adi yang bernama Dani, melihat Adi yang tengah makan di dalam restoran bersama dengan Ayu.
"Itu Adi kan?" Ucap Dani pada dirinya sendiri.
Dani terus mengamati kedua pasangan yang terlihat tertawa di dalam restoran itu.
"Gak salah lagi, itu Adi." Dani memicingkan matanya.
Pandangannya beralih pada sosok wanita yang duduk dihadapan Adi. Adi tampak tengah menyuapi wanita itu dengan semangkuk es krim.
"Itu jelas bukan Sarah. Terus siapa wanita itu?" Ucap Dani lagi.
Kemudian Dani yang penasaran itu, lalu mendekati meja Adi untuk menghilangkan keraguannya.
"Adi..." Ucap Dani.
Adi tampak kelabakan dan langsung berdiri.
"Dia siapa, mana Sarah?" Tanya Dani.
Adi langsung menarik tangan Dani mengajaknya menjauh dari Ayu.
'Siapa lagi pria itu, kenapa lagi-lagi nama Sarah yang dibicarakan? Sebenarnya siapa Sarah itu?' tanya Ayu dalam hati.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
El
makin jelas kalau sarah itu istrinya si Adi 😬😬
2022-07-12
2