Alasanku Mencintaimu!

"Mana mungkin aku menyesali keputusan yang sudah aku buat! Kamu mengada-ada, Kak!" tukas Valerie dengan senyum simpul.

"Benarkah? Yakin, kamu tidak akan menyesalinya? Aku takut, suatu hati nanti kamu akan menyesalinya, Vale!" Hansel kembali bertanya untuk memastikan.

"Tentu saja. Memang kenapa sih, Kak? Kamu berulang kali bertanya seperti itu. Kamu berencana membahagiakan aku, kan, Kak?" tanya Valerie menatap tajam ke arah Hansel.

"Hum ... menurut kamu, bagaimana?" Hansel malah bertanya balik. Sejak tadi, tatapannya tertuju pada bibir ranum Valerie yang begitu menggoda hasratnya. Ingin sekali dia mengecup bibir merona itu. Namum, dia sangat tahu, Valerie tidak akan membiarkan orang lain menyentuhnya sembarangan.

Sialan! Mantra apa yang dipakai wanita ini. Kenapa bibirnya bisa jauh lebih menggoda daripada wajahnya? Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. Ingin menyesap bibir murni itu. Aku yakin, pasti belum ada yang pernah menyentuh bibir wanita ini.

"Menurutku, kamu pasti akan sangat-sangat membahagiakan aku. Kamu yang mengajakku menikah, mana mungkin kamu membuat aku sengsara!" cetus Valerie.

"Oh!" wajah Hansel semakin dekat dengan wajah Valerie. Melihat Hansel yang hendak menyosor bibirnya, Valerie langsung menolak wajah Hansel sambil menutupi bibirnya.

"Jangan macam-macam!" tegas Valerie sambil menajamkan tatapannya. Membuat Hansel terdiam kaku di tempatnya.

"Vale, kita kan sudah mau menikah. Bahkan, untuk menciummu pun aku tidak memiliki hak apapun?" tanya Hansel, menetralkan kembali raut wajahnya yang terlihat malu.

"Kita baru akan menikah. Bukan sudah menikah. Maaf, Kak, sejak dulu aku sudah mengikrarkan janji, ciuman pertamaku hanya boleh diberikan pada suamiku di malam pertama!" tukas Valerie sambil mengerjapkan matanya. "Jika aku dan suamiku saling mencintai, aku akan memberikan semuanya untuk suamiku," imbuh Valerie.

"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?" tanya Hansel. Kembali ke kursi kebesarannya dan memfokuskan diri dengan tumpukan dokumen di depannya.

"Karena, dulu aku tidak berani bermimpi bisa menikah denganmu, orang yang selalu aku kagumi dalam diam. Aku pikir, aku akan menikah dengan cara dijodohkan oleh Papa. Biasanya, pasangan perjodohan juga tidak saling mencintai, kan? Itulah kenapa aku bisa berpikir sampai sejauh itu!" terang Valerie.

"Tapi, ngomong-ngomong, apakah bibirmu masih benar-benar murni?" tanya Hansel, dia sangat penasaran dengan bibir Valerie yang berhasil mencuri perhatiannya.

"Tentu saja. Bahkan, aku tidak pernah dekat dengan pria lain. Aku terlalu sibuk mengejarmu, sampai tidak punya waktu untuk berkencan dengan pria lain," celetuk Valerie sambil terkekeh pelan.

Mendengar celotehan Valerie, Hansel langsung menghentikan pekerjaannya. Dia menatap ke arah Valerie dengan senyum samar. Dia mulai tau, bagaimana caranya untuk membuat Valerie sadar, cinta mereka tidak akan pernah menyatu.

"Sebenarnya, apa yang kamu sukai dariku?" tanya Hansel. "Kenapa kamu selalu saja berusaha mendekati aku yang terus bersikap tak bersahabat denganmu?" tanyanya lagi.

"Aku tidak peduli dengan sikap tak bersahabatmu itu,.karena aku yakin, suatu hari nanti kita akan menjadi sepasang suami istri. Bukan sebatas sahabat ataupun adik dan Kakak seperti yang selama ini kita lakoni!" jawabnya sambil tersenyum.

"Begitukah?" tanya Hansel sambil tersenyum smirk.

"Hum!" Valerie menganggukkan kepalanya.

"Vale, aku masih banyak pekerjaan. Kau bisa pulang dulu!" Hansel mengusir Valerie pergi secara halus.

Valerie melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Baiklah!" jawabnya.

"Tapi, apa aku boleh menanyakan sesuatu?" tanya Valerie.

"Katakan saja! Kamu mau menanyakan apa?" Hansel cuek, berkas-berkas di depannya saat ini lebih penting dibandingkan calon istrinya itu.

"Jadi, kapan kita akan menikah, Kak? Rasanya, aku sudah tidak sabar untuk segera memiliki kamu!" celetuk Valerie, membayangkan kebersamaan mereka yang indah. Pikirannya mulai berkelana, saat dirinya dan Hansel menghabiskan waktu mereka bersama-sama. Kebersamaan itu, sudah lama dinantikan oleh Valerie. Sebab selama ini, untuk dekat dengan Hansel saja, sangat susah sekali.

"Kapan kita menikah?" Hansel mengulangi pertanyaan Valerie.

Valerie menganggukkan kepalanya. Dia menatap Hansel dengan tatapan penuh harap.

Hansel terdiam cukup lama. Sejujurnya, dia bingung harus menjawab apa pada wanita yang sejak tadi terus saja menantikan jawaban darinya.

"Kak? Kenapa Kakak malah termenung, sih?" Valerie mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Hansel, sebab sejak tadi pria itu masih termenung.

"Bagaimana kalau akhir pekan saja?"

"Akhir pekan? Kakak tidak berniat mengambil cuti untuk pernikahan kita berdua?" tanya Valerie. Mendengar jawaban Hansel, ada rasa kecewa di relung hatinya. Dia ingin Hansel mengambil cuti untuk beberapa hari. Jika di akhir pekan seperti itu, Valerie merasa tidak diistimewakan.

Kenapa malah diakhir pekan? Padahal, dia bisa mengambil cuti!

"Aku tidak bisa mengambil cuti, Vale!" sentak Hansel, sudah sejak tadi dia menahan rasa kesalnya. Karena kesal sejak tadi Valerie terus saja mengganggunya bekerja.

"Jangan salah paham. Aku tidak bisa mengambil cuti, karena memiliki alasan tersendiri,' tangkas Hansel agar Vale tidak salah paham terhadap nya.

"Apa?" bibir Valerie terangkat dengan suara lemah.

"Aku belum menduduki posisi Presdir. Kalau aku mengambil cuti, pasti Papa akan menanyaiku alasan aku mengambil cuti sampai beberapa hari. Aku bingung, alasan apa yang harus aku katakan pada Papa!" tutur Hansel.

Valerie berpikir sejenak.

Benar juga. Alasan apa yang harus Kak Hansel katakan pada Om Bara? Kasihan sekali. Lebih baik, aku jangan mendesaknya. Dengarkan saja apa yang dia katakan.

"Yang kamu katakan ada benarnya juga, Kak. Kalau begitu, aku akan menuruti semua yang kamu katakan saja!"

"Baiklah."

Maafkan aku, Vale. Aku terpaksa berbuat seperti ini agar kamu bisa menganggapku jahat dan membuang jauh-jauh perasaanmu terhadapku. Aku sudah bicara baik-baik sampai memaksa. Namun, kamu tidak pernah mau mendengarkan aku. Aku berharap, kau bisa membenciku dan mampu membuang jauh-jauh perasaan cintamu itu!

"Kalau begitu, aku pulang, Kak!" pamit Valerie.

"Hati-hatilah!" sahut Hansel cuek. "Dan jangan lupa, jangan katakan masalah pernikahan kita ini kepada siapapun. Cukup hanya kita saja yang mengetahuinya. Jangan ingkari janji yang sudah kita sepakati sejak awal. Kamu paham, kan?" Hansel kembali mengeluarkan ultimatumnya. Dia sangat berharap kalau Valerie bisa menjaga rahasia mereka.

"Aku paham, Kak!" jawab Valerie yang selalu menurut apa yang dikatakan oleh Hansel.

"Rahasia apa yang sampai tidak boleh diketahui oleh orang lain?" tanya Embun yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu ruangan Hansel. Matanya menatap tajam pada Hansel yang sedang memegang tangan Valerie.

-Bersambung-

...Hey sudah lama ga ketemu......

...Rencana, aku mau ngelanjutin cerita ini. Bulan kemarin aku terlalu sibuk dengan rutinitas Real Life yang asli sibuk banget....

...Kira-kira masih ada yang mau baca ga sih?🤭🤭 ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!