Bersantai merupakan suatu kenikmatan yang luar biasa bagi para Tentara termasuk Bara dan seluruh Tim Alpha, usai memenangkan pertarungan mereka melawan kelompok pemberontak VTS malam itu. Mereka akhirnya bisa sedikit bisa bersantai karena daerah konflik AFK tengah sedikit tenang.
Hari ini Bara dan Fiki berada di sebuah cafe pinggiran kota yang lumayan jauh dari desa terpencil tempat markas mereka tugas. Dua sahabat mereka yang berpangkat letnan dua berjulukan Semar dan Wiro Sableng entah pergi ke mana.
Beberapa pasang mata melihat mereka dengan tatapan yang sudah bisa dimengerti, karena mereka adalah warga asing yang berbalutkan seragam lapangan TNI AD dengan lambang garis hitam.
"Jika tidak ada konflik susulan, kita sudah bisa pulang bulan depan. Aku merindukan Sasmitha," ucap Fiki sambil menyesap kopi menyebut nama gadis yang dijodohkan orang tuanya padanya, namun mata liar Fiki justru terus melihat gadis berkulit eksotis yang mengenakan pakaian minim membawa nampan berisi minuman yang harus ia suguhkan ke meja para pelanggan.
Gadis yang meski memiliki kulit gelap namun wajahnya begitu manis, mata yang bulat disertai bulu tebal yang lentik nan panjang, hidung mbangir yang mancung dan bibir yang tebal sensual, rambut panjangnya hitam ikal bergelombang, sangat cantik seperti berlian hitam.
Bara mengulum senyum melihat bawahannya yang juga menjadi sahabatnya itu saat mata dan mulutnya bisa bekerja dua arah di waktu bersamaan. Mata melihat yang dekat, mulut menyebut nama yang berada jauh entah di mana.
"Kau menerima perjodohan kalian?" tanya Bara sambil menyesap cappucino panas miliknya.
"Yah, tentu saja, Sasmitha gadis yang cantik, dia juga memiliki pekerjaan yang baik sebagai guru SD. Aku menyukainya, sikap anggun dan malu-malunya, membuatku sangat gemas hingga rasanya ingin memerasnya sampai susunya,"
"Plak!" Bara memukul kepala Fiki, yang langsung membuat Fiki terdiam mengeram sakit sambil mengusap kepalanya beberapa kali.
"Apa Sasmitha juga mencintaimu?" tanya Bara kemudian, membicarakan wanita memang selalu menjadi topik menarik mengisi kekosongan mereka.
"Entahlah, tapi dia tidak menolakku saat aku mengajaknya makan mie ayam," jawab Fiki tanpa melepas pandangannya dari gadis berlian hitam yang juga sesekali melirik ke arahnya.
"Kenapa? Apa orang tuamu juga sudah mempersiapkan seorang gadis untuk dijodohkan padamu?" tebak Fiki asal.
"Aku tidak akan menikah dengan cara perjodohan, aku akan menikahi gadis pilihanku sendiri, gadis yang aku cintai dan juga mencintaiku, karena ini adalah hidupku, aku yang akan menjalaninya." jawab Bara yakin.
Fiki tak begitu menanggapi karena gadis berlian hitam itu kini memberikan seulas senyum yang sangat manis untuknya.
"Sial, aku akan meninggalkan sementara Sasmitha di sana, di sini ada yang begitu indah memberikanku harapan." celoteh Fiki membuat Bara menggelengkan kepala, hingga teriakan seseorang membuyarkan ketenangan mereka.
Dari dinding kaca kafe, Bara dan Fiki dapat melihat seorang pria tua berbadan tambun mengejar seorang anak laki-laki yang masih sangat muda berlari sambil menyembunyikan sesuatu di balik kaosnya.
"Dief,,,, arresteer hom,,,,hy het gesteel,,,," teriak pria tua berbadan tambun yang nampak engap tak sanggup lagi mengejar anak laki-laki muda itu.
Kalimat yang ia teriakkan adalah Pencuri,,, tangkap dia,,,, dia mencuri,,,, dalam bahasa negara AFK.
Tanpa basa-basi, Bara dan Fiki bergerak cepat keluar dari kafe melompati beberapa meja, dan Fiki sempat menolong gadis berlian hitam yang ia tatap tadi saat nampan yang dibawanya hampir saja terjatuh karena terkejut akan aksi Fiki dan Bara yang tiba-tiba, Fiki meraih pinggang ramping gadis itu dengan tangan kiri hingga tubuh mereka menempel sempurna, tangan kanan Fiki memegang erat nampan agar tak jatuh tanpa melihat benda itu, karena netranya mengunci manik coklat gadis berlian hitam.
"Jaga dirimu baik-baik, sayang, aku tidak akan sanggup jika melihatmu terluka," gombal Fiki menggunakan bahasa setempat sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat gadis berlian hitam itu sampai menganga saking terpesonanya, dan Fiki kembali bergerak cepat mengikuti langkah Bara yang sudah terlebih dulu mengejar anak laki-laki.
Entah bagaimana Bara sudah berada di atap roof top sebuah bangunan yang hanya satu lantai, mengejar anak laki-laki yang berlari di jalan raya di bawah sana, dan saat dirasa target sudah dekat. Bara melompat merangkul sebuah tiang listrik lalu ia memerosostkan tubuhnya begitu mudah seperti tengah melakukan gerakan menurun saat panjat pinang.
Anak laki-laki yang masih remaja itu melewati Bara saat kaki Bara baru menapak tanah.
Tak jauh dari tiang listrik ada sebuah botol kosong bekas minuman, Bara mengambil botol itu dan dengan titik fokus yang matang, ia melempar botol kosong bekas minuman tepat mengenai betis anak laki-laki.
"Aaahh,,,," teriak anak remaja laki-laki merasakan sakit yang teramat pada kakinya hingga ia terjatuh ke tanah.
Fiki melesat melewati Bara yang baru berdiri, ia langsung membekuk anak itu, menekuk kedua tangannya ke belakang tubuh ringkihnya, dan Fiki menduduki kaki anak remaja laki-laki yang tengkurap di tanah.
Bara berjalan dengan santai, karena meski tanpa Fiki melakukan itu pun, anak remaja laki-laki itu tidak akan lagi bisa berlari, Bara telah melumpuhkan saraf pergelangan kakinya, setidaknya butuh waktu untuk bisa kembali sembuh seperti sedia kala.
"Aahh,,,, aahh,,, lepaskan aku! Sakit,,,," teriak anak itu dengan bahasa AFK.
Beberapa orang mulai berkerumun melihat aksi heroik Bara dan Fiki, dua pria berseragam TNI AD yang nampak gagah dan karismatik. Berjaya melumpuhkan seorang pencuri yang hanyalah seorang bocah.
Pria tua berbadan tambun yang mengejar juga nampak mulai mendekat.
"Benar,,,, dia pencurinya, tangkap dia!" teriak pria tua berbadan tambun itu yang masih tergopoh.
"Lepaskan dia, Gatot kaca, dia tidak akan bisa lari ke mana-mana lagi." perintah Bara.
"Siap, laksanakan, Garuda." Fiki melepas tangannya yang membekuk tangan anak itu, lalu Fiki turun dari tubuh ringkihnya dan berdiri.
Anak laki-laki remaja yang diteriaki pencuri itu terus merintih mengaduh memegangi kakinya saat ia sudah duduk, ia menangis karena sakit yang ia rasakan pada pergelangan kakinya sangat luar biasa. Sakit sekali.
"Dasar pencuri,,,, berapa kali kau sudah mencuri di tokoku?" pria tambun yang akhirnya sampai di dekat mereka hendak melayangkan pukulan dengan sebuah tongkat yang dibawanya pada anak laki-laki, namun dengan sigap Bara memegangi tongkat itu hingga anak laki-laki itu tak sampai menerima pukulan.
"Haaahh,,,," Pria tambun berusaha melepaskan tongkat yang dipegang Bara, namun tentu ia tak dapat melepaskannya meski sudah berusaha keras, karena Bara menggengamnya erat, Dan setelah menatap sorot mata Bara yang menatapnya tajam, pria itu berhenti berontak.
"Dia mencuri di tokoku setiap hari, kenapa aku tidak boleh memukulnya?" teriak pria tua berbadan tambun yang tak terima oleh cegahan yang dilakukan Bara.
"Dia memang bersalah telah mencuri dari tempatmu, Tuan. Tapi satu bungkus roti yang ia curi demi memberi makan adik-adiknya terlalu tidak pantas jika kau hadiahi dengan sebuah pukulan." suara lembut seorang perempuan cantik berkulit bersih, bertubuh tinggi langsing, dengan rambut lurus yang tergerai menyita perhatian semua orang, termasuk Bara. Gadis cantik yang ternyata warga negara Indonesia itu-melihat dari card id yang terpasang di lehernya. Ia adalah salah satu relawan petugas medis yang dikirim oleh PBB. Itu artinya, gadis itu juga termasuk salah satu tim operasional dalam gerakan yang sama dengan Bara. Hanya saja, mereka belum saling mengenal karena titik lokasi tugas mereka berbeda.
"Kau baik-baik saja?" tanya Gadis itu pada anak remaja laki-laki yang masih menangis merintih kesakitan.
"Biar kulihat," Gadis itu memeriksa pergelangan kaki anak itu yang sudah membiru karena bengkak.
"Sakit sekali,,,," rintihnya.
Gadis cantik mengangguk menanggapi, memahami seolah ia ikut merasakan sakit yang dirasakan.
"Akan aku obati, siapa namamu?"
"Tody,"
Gadis itu mengelus rambut ikal Tody yang Kumal, lalu angkat bicara.
"Kita harus segera membawanya untuk memberikan perawatan, atau kakinya bisa mengalami infeksi dalam." Gadis itu berbicara pada Fiki. Namun tentu Fiki tak langsung bertindak, karena ia harus mendapat persetujuan atau perintah terlebih dulu dari Bara, atasannya.
Gadis itu mengikuti arah pandang Fiki yang melihat Bara, dan dia pun menajamkan sorot matanya yang cerah.
"Bawa dia," perintah Bara pada Fiki yang langsung sigap.
"Hormat, Garuda. Siap, laksanakan." setelah mengatakan aba-aba penghormatan, Fiki lekas mengangkat tubuh ringkih Tody.
"Tunggu, bagaimana dengan kerugianku?" teriak pria tua berbadan tambun.
Gadis cantik itu berdiri mendekat, melihat dalam penuh arti pada Bara seolah mengatakan.
'Ayo bayar!'
Dan Bara menghela napas kasar mengeluarkan dompet untuk mengambil beberapa lembar uangnya yang akan diberikan pada pria tua sebagai ganti rugi roti-roti yang telah dicuri oleh Tody.
Selesai, orang-orang yang berkerumun membubarkan diri sambil berbisik, membicarakan kehebatan dua tentara Indonesia dan juga seorang tenaga medis cantik yang berhati bak malaikat.
Gadis cantik itu berlari cepat menyusul Fiki yang menggendong Tody menuju pos kesehatan setempat, tempat gadis itu bertugas, dan tentu Bara pun mengikuti langkah mereka.
Kisah cinta dimulai.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
White Rose
bagaimana Lika liku kisah cintanya, kuharap tak sad ending
2022-08-07
0
Vita Zhao
wah kayaknya bara ketemu jodoh nih🤭
2022-07-09
0
Nena Anwar
keren ceritanya thor 👍👍👍
2022-07-01
0