Bab 5.

Airin mencomot gorengan pisang serta menyeruput teh yang terhidang di atas, meja. Mama Airin sengaja menyiapkan teh karena tau Dika dan Airin lari pagi.

Selang beberapa menit Dika muncul dan bergabung dengan mereka.

" Yaelah, masak lari aja kalah dengan Airin," sindir bu Tia ibunya Dika.

Dika mengeryit heran. Ngomong apaan Airin sama mama? Di pandangnya Airin yang lagi menyesap teh manis. Yang di pandang malah mencelos.

" Ya, jelas kalah lah ma. Dika kan di curangin. Airin lebih kenal jalan pintas di sini." sahut Dika enteng. Membuat ke dua netra Airin membulat.

Eh, bukannya takut di plototi, Dika malah mengedipkan sebelah matanya!

Huf! Kurang asem! maki Airin dalam hati, apa lagi saat tawa bu Rista dan bu Tia meledak. Makin keki aja Airin. Pengen membalas, malas rasanya.

Di biarin bikin gondok!

" Woalah... gitu toh ceritanya?" gelak buTia, sambil memegangi perutnya.

" Segitunya tawa tante. Apanya yang lucu sih?" bukannya terdiam, bu Tia malah tambah ngakak, melihat mimik Airin yang ke heranan.

" Udah deh, gak lucu! Permisi ma, tan. Aku mau mandi dulu. Abis gerah sih!" sindir Airin menatap tajam Dika.

Dika cuma senyum kecil, melihat tingkah Airin.

" Gitu aja ngambek!" guman Dika pelan. Tapi Airin masih mendengar gumanan Dika.

Mata Airin kembali melotot. Dika menahan senyumnya. Dan makin terpesona melihat tingkah Airin. Karena mengingatkan nya kepada masa kecil mereka.

Airin juaranya kalau ada lomba ngambek. Dika selalu kewalahan mengatasinya. Bisa berhari- hari lamanya Airin akan mendiamkannya, kalau ngambeknya kumat.

" Udah deh, ma. Gak enak tuh, sama Airin." lerai Dika menghentikan tawa mamanya.

" Ouh..maafkan tante ya Ai, abis kamu lucu sih."

" Siapa juga yang ngelawak, tante?" cebik Airin. Langsung ngeloyor pergi.

Kesal juga di anggap jadi pelawak. Padahal perasaan Airin tidak ada yang lucu dari ucapannya.

Tante Tia aja yang terlalu berlebihan. Di tambah laku anaknya Dika yang suka menggoda.

***

" Hem....Segarnya!" guman Airin setelah selesai mandi. Airin melap rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

Setelah memoles wajahnya dengan riasan bedak ringan, Airin keluar dari kamar. Perutnya terasa lapar. Camilan gorengan serta teh manis tadi tak bisa menutupi keroncongan di perutnya.

Begitu ke luar dari kamar, Airin melihat Dika duduk dengan santainya di ruang keluarga. Tengah asyik menonton aksi tokoh animasi Upin Ipin.

Padahal Airin rencananya juga mau nonton itu. Tapi sudah ke duluan. Mau nonton bareng ogah dekat- dekat dengqn Dika.

Dika mencium aroma parfum yang segar, sehingga perhatiannya teralih.

" Eh, kamu Ai! Sini nonton bareng yuk! Kata tante Rista kamu juga suka nonton ini. Kok bisa samaan ya selera kita." senyum Dika melebar ke arah Airin.

" Siapa juga yang suka nonton film itu. Norak ah, kayak anak kecil saja." cebik Airin berlalu. Menuju dapur. Perutnya tambah melilit melihat wajah Dika yang sok akrab.

Dika cuma bisa garuk kepalanya yang mendadak ketombean melihat ulah Airin. Rasa gemes, ingin mengacaukan rambutnya, membuat telapak tangannya terasa gatal.

Dika makin penasaran untuk meluluhkan hatinya.

Menjadikannya ratu dalam hatinya. Dan ibu dari anak- anaknya.

Di luar sana banyak cewek yang ngantri untuk mendapatkan cintanya. Bahkan sekali tepuk, satu dua orang bisa ia dapatkan.

Kenapa tidak, wajahnya ganteng, postur tubuhnya gagah. Seorang Ceo lagi. Dia punya banyak harta atas hasil kerja kerasnya.

Sekarang ia dalam misi, mencari pasangan hidup. Pengen mengahiri masa jomblonya. Mamanya minta menantu, biar cepat menimang cucu.

Sementara dari sekian wanita- wanita yang mengelilinginya tak satupun yang ia percaya tulus mencintainya. Mereka cuma mengincar uang dan hartanya.

Mamanya sudah bosan menjodohkannya ke beberapa putri temannya. Tapi tak satupun yang menarik hatinya.

Hingga mamanya mengutarakan ide untuk pulang kampung dulu. Ziarah ke makam leluhur, dan juga ayahnya yang sudah meninggal.

Sejak mereka pindah ke kota J. Tak pernah sekalipun mereka pulang untuk ziarah.

Saat itulah Dika di ingatkan oleh teman masa kecilnya dulu, Airin.

Lalu mamanya mencari info tentang tante Rista

Ternyata mereka masih tinggal di kota P.

Lalu mereka membuat janji untuk datang berkunjung. Timbul harapan di hatinya untuk bertemu Airin. Dan semoga mereka berjodoh.

Eh, gak taunya Airin juteknya bukan main. Udah di bujuk terang-terangan untuk di jadikan istri, malah masang tembok es.

Di hari pertama bertemu, cueknya setengah mampus . Sambutannya dingin dan acuh. Tak ada ramahnya, mengahadapi tamu.

Malah ninggalin mamanya yang ngoceh panjang kali lebar, mempromosikan dirinya, sebagai menantu idaman.

Di hari pertama jumpa, kesannya melihat Airin bikin dongkol juga. Pengen membatalkan misinya. Tapi penasaran melihat kisah selanjutnya.

Sekarang sudah hampir satu minggu mereka di sini, jangankan untuk mengajak Airin jalan- jalan. Ngomong berdua saja untuk mengakrabkan diri, susahnya minta ampun.

Padahal Airin gak punya pacar, umur juga udah cukup dewasa untuk di ajak nikah. Tapi tingkahnya macam anak kecil tak ada dewasanya di ajak ngomong serius.

Anehnya lagi, semua sikap Airin membuat hatinya makin penasaran. Pengen menghacurkan tembok es yang memisahkan jarak mereka.

Airin mencari mamanya, bu Rista di dapur. Tapi tak ada di sana. Begitu juga tante Tia.

Hem...pada kemana semuanya? batinya. Lalu Dara juga mencari bi Ati, siapa tau lagi asyik di kebun belakang. Tak ada juga.

"Bi...bibi Ati!" teriak Airin kencang. Siapa tau bibi Ati gak dengar. Bukannya bi Ati yang menjawab!

Tapi mahkluk yang sudah hampir seminggu ini, menjadi tamu menyebalkan di rumahnya.

" Nyariin siapa? Kira- kira dulu suaranya. Ini bukan di hutan!" balas Dika dari ruang tamu.

" Bukan kamu yang di cariin. Dasar bawel !"

" Satu- satunya manusia di rumah ini, ya aku. Emang, rumah ini bisa nyahut teriakan lo! Mana suara kamu kayak genderang!" jawab Dika sekenanya.

" Gak lucu!" cebik Airin memoyongkan mulutnya. Lalu Airin mengambil piring, menyedok nasi serta lauk. Meletakannya di meja, trus pergi mengambil air dingin di kulkas.

Saat Airin berbalik, dia melihat Dika tengah asyik menikmati nasi yang barusan dia letakkan di meja.

" Apa- apaan sih, kok malah makan nasi yang aku buat?" perangah Airin kesal.

" Aku juga lapar, tapi kamu kejam amat. Gak ngajak- ngajak. Padahal aku tamu di rumah ini."

" Memang belum makan? Ngapain aja sedari tadi. Kan bisa ambil sendiri, sok mbos minta di ladeni."

terpaksa Airin mengambil nasi lagi untuk dirinya.

" Ya ampun, sadis banget sih kamu, Ai. Kamu kan calon istri aku. Wajarlah aku minta di ladeni makan. Lagian tadi tante ngomong, biar kita sama- sama makan."

" Ais, baper amat. Siapa juga yang mau jadi istri kamu."

" Teganya di kau mematahkan hatikun, Ai" Dika mengerjapkan matanya dengan nakal. Membuat Airin makin kesal, sebel berlapis- lapis.

Jadi ini ulah mama, sama tante Tia. Mereka kerja sama, mengerjai aku? Huf, awas kamu Dika. Gua akan balas lo, dendam hati Airin. ***

bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!