Cinta Airin
HAI!
Namaku Airin Daranize
Pangil saja aku, Airin ya.
Usiaku sudah angka dua delapan, tepatnya Juni kemarin. Angka yang sudah cukup matang kata orang- orang untuk menikah.
Nyatanya aku masih sendiri alias jomblo! Jangankan untuk menikah, punya calon atau pacar saja aku belum.
Apa karena aku terlalu jelek sehingga sulit mendapatkan pacar? Banyak yang memuji wajahku manis. Bentuk tubuhku proporsional. Tinggi badanku 160cm dengan berat tubuhku 55 kg. Rambutku ikal sebahu, kulitku sawo matang.
Malah jadi promosiin diri, sih.😘
Jadi jelas bukan salah di wajah atau bentuk tubuhku. Hanya saja, aku memang termasuk orang pemalu.
Butuh waktu yang agak lama bagiku untuk akrab bergaul atau kenal seseorang.
Aku juga agak pemilih dalam menjalin persahabatan dengan seseorang. Hanya dengan orang- orang tertentu, atau mereka yang bisa membuatku merasa nyaman berinteraksi dengan mereka. Yang akan bertahan berteman denganku.
Aku tidak menghindari mereka. Hanya saja
enggan ber akrab ria dengan mereka. Kalo aku merasa tak nyaman. Jika hanya sekedar menyapa atau melempar senyum, tentu aku akan sangat mudah melakukan itu pada mereka.
Bahkan orang yang baru aku kenal sekalipun, aku bisa kok bersikap ramah.
Tapi, untuk menjadi akrab dalam waktu dekat, akan sangat sulit aku lakukan. Setidaknya aku butuh waktu lama, untuk bisa menerimanya. Tapi begitu aku merasa nyaman berteman dengannya. Persahabatan itu akan awet.
Karena itulah kenapa sahabatku hanya terhitung bilangan jari saja. Bahkan mereka yang menjadi sahabatku sekarang inipun adalah dari masa aku sekolah dari SD, SMP, SMA.
Aku gak pernah kuliah. Selulus dari SMA, aku kursus desain dan menjahit. Lalu membuka usaha butik yang aku labeli " Bi' dare" .
Mereka semua adalah teman masa kecilku. Ada yang datang dan pergi. Dan yang bertahan hingga kini adalah Risa, Imel dan Fani.
Ketiganya adalah sahabat terbaikku. Persahabatan kami telah melalui banyak percobaan hingga bisa bertahan sampai sekarang.
Benar- benar teruji oleh waktu!
Tapi sekarang ketiganya telah menikah dan sibuk mengurus rumah tangga mereka masing-masing.
Mengurus bocil dan suami tersayang mereka.
Dan karena aku juga begitu sibuk dengan butik yang aku kelola, durasi pertemuan kami akhir - akhir ini berkurang.
Yap! Sejak ke tiga sobat ku itu menikah, boleh di kata kami hanya akrab lewat medsos. Lewat Wa atau vidio call. Itu pun kesempatannya sudah langka.
Setiap kali kami mau janji temu, salah satu dari kami akan susah menyesuaikan jadwal. Jadi terkadang saat janji ke temuan, gak pernah lagi klop.
Hari ini mungkin Risa yang absen, besok lusa bisa saja Emil atau Fani. Dan setelah di hitung- hitung justru aku yang paling banyak absennya.
Tak jarang, saking susahnya aku ikut nge date sama ke tiga sobat ku itu. Mereka yang datang ke butikku, membuat pesta huru hara. Betapa tidak, tempatku mengais rejeki itu akan berubah bak pasar malam.
Suara tangis bocil- bocil yang gak pake peredam suara di tambah lengkingan mamah- mamah muda itu yang nyaingin suara tarzan! Sungguh alunan melodi super bas.
Mana datangnya gak pernah ngasih aba- aba. Kata mereka nanti aku minggat, atau ngumpetlah
Makanya mereka sengaja datang dadakan.
Risa lagi yang paling konyol, dia ngoceh ginian sama aku. Membuat ku pusing satu putaran.
"Rin, kita- kita ini sengaja datang bawa armada, biar kamu ngiri sama kebahagian kita," ngocehnya tanpa rasa- rasa.
"Tul, Rin, biar kamu cepat nyusul deh. Biar kamu rasa nikmatnya jadi emak-emak berdaster." timpal Imel lebih konyol.
" Bener lo Rin, biar kamu rasa tuh, kek mana di manja suami. Iya kan, Mel, Ri?" ih Fani benar- benar sadis meng hack jantungku.
Nampak sekali ke tiganya sekongkol mau mengaduk- aduk perasaanku. Tapi aku gak bisa marah. Malah senyum - senyum aja menanggapi omongan mereka.
Eh, yang di senyumin malah tambah sadis ngomong ya.
" Cepetan deh, Rin nikahnya. Keburu perang dunia ke empat kamu tuh masih betah jomblo." ngakak Imel.
"Di ralat ya mami. Perang dunia ke tiganya belum terjadi, kok langsung ke empat sih." protesku sambil meleletkan lidah. Alhasil aku kena tabok sama bakpao.
" Ih, kamu itu Rin, kelewat banget sih. Gak pernah bisa di ajak serius." gerutu Imel mengerucutkan bibirnya.
" Ha...ha....Makasih deh atas perhatiannya teman - temin. Pada saatnya nanti, aku pasti menikah kok. Dan akan seperti kalian, berbahagia dengan suami n bocilnya. Makanya di doakan ya, bukannya di cereweti gini," aku sudahi saja konfrensi meja segi empatnya.
Kalo di ladeni, gak bakalan habis tujuh hari tujuh malam. Ketiga sobatku ini, akan super cerewet kalo di ladeni.
" Amin...." seru mereka serempak mengamini ucapanku. Aku tersenyum asem, melihat polah mereka.
Trus mereka pulang setelah sukses mengaduk- aduk koleksi butikku. Di bolak - balik , di pas in ke tubuh yang udah melar ke samping.
Trus di di bawa pulang, bayarnya nyicil. Ntar suamiku gajian dulu. Tau lah Rin, sufornya si bocil mahal. Apa - apa sekarang mahal. Jadi sabar ya, kalo emak- emak berdaster ini, ngutang dulu. Dalih mereka kompak.
Aku cuma bisa melotot, tapi di cuekin. Kupeluk ke tiganya, sambil tak lupa jewer kuping mereka satu- satu.
" Oke, bulan depan jangan lupa ngisi rekeningku, ya. Gembulin dikit, biar aku gak bangkrut. Nanti kalian juga yang susah. Aku gilir minta makan," kelakarku.
" Beres! Amanlah itu, Rin." sahut mereka serempak. Sambil tertawa riang menenteng paper bag dengan label " B' dare" besutan sobat terbaik mereka.
Kapan lagi ada kesempatan mengeroyok Airin, biar bisa belanja ala kreditan di butiknya. Alias ngutang, he..he.
Airin tersenyum melihat tingkah ke tiga sobat gokilnya. Yang perlahan menghilang di tikungan jalan.
Sepeninggal sobat- sobatnya, Airin membereskan butiknya. Seperti habis di landa tornado saja. Semua berantakan. Rini asistennya membantu Airin merapikan butik.
"Teman- teman ibu heboh ya semuanya," ucap Rini.
" Iya Rin, ada satu lagi teman ibu. Tapi dia merantau ke Jakarta. Kalau kami semua kumpul, dia yang paling heboh. Ada-ada saja idenya yang membuat kami ngakak. Namanya Inez, sudah lima tahun lebih kami tak bertemu." Airin jadi teringat semua ulah Inez, yang lebih jail di antara mereka.
" Teman ibu itu sudah menikah juga?"
" Oh, belum. Tinggal kami berdua yang masih single. Aku heran juga, kok dia lama juga menjomblo. Mengingat koleksi pacarnyalah yang paling banyak. Ha...ha..." tawa Airin pecah saat ingat Inez kewalahan membagi waktu kunjung pacarnya kala itu.
Pacarnya ada empat, dan ke empatnya datang bersamaan. Dan tanpa pemberitahuan pula. Betapa bingung dan paniknya Inez saat itu.
Akhirnya Inez minta bantuan Risa, Imel, Fany untuk datang ke rumahnya malam itu.
Jadilah pacarnya terbagi- bagi. Masing- masing satu untuk ke tiga temannya. Dan lucunya lagi, pacar Inez yang terpaksa ia jodohkan pada sahabatnya itu, malah jadi suami ketiga sobatnya.
Sementara pacarnya Rendy malah putus tiga bulan berikutnya.
Sedang Abi jadi suami Risa.
Tedy jadi pasangan Imel
Dan
Fany jadi istri Vandy
" Ha...ha....Lucu ya bu." ucap Rini sambil memegangi perutnya saat mendengar cerita Dara.
" Ibu gak ke bagian ya, bu." canda Rini di antara tawanya.
" Ha...ha...Iya, Rin. Kan pacarnya waktu itu cuma empat. Sedang kami berlima. Coba kalo Lima, ibu juga pasti ke bagian. " Dara juga tergelak ingat kejadian lucu dulu.
"Trus bu, kenapa kawan ibu itu bisa putus dengan pacarnya?"
" Gak taulah. Sampe sekarang itu menjadi misteri.Dan belum terpecahkan. Trus Inez dapat kerjaan di Jakarta, kamipun terpisah."
" Lucu juga ya bu, jangan- jangan di antara pacarnya yang terbagi itu, ada yang lebih dia cintai. Tapi karena ketauan belangnya, jadi gak berani nuntut kawannya, bu"
"Ah, kamu ada-ada saja. Tapi, kalo gak salah sejak saat itu hubungannya agak renggang dengan Risa. Aduh! Jangan- jangan dugaanmu betul, Rin!" beliak Airin seperti teringat sesuatu.*******
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments