Setelah memastikan Nisa tertidur, Vena keluar dari kamar menantunya itu. Dia segera menemui putranya yang sedang berada di kamar tamu untuk meminta penjelasan.
"Bima, sekarang jelaskan pada Mama kenapa kamu sampai menikahi wanita itu?" tanya Vena dengan geram. Dia tidak bisa menerima kalau menantu kesayangannya diperlakukan semena-semena, meskipun itu oleh putranya sendiri.
"Kita bicara di ruang kerjaku saja, Ma!" ajak Bima.
"Kenapa? Kamu takut istri barumu ini akan marah?"
"Bukan itu alasannya. Aku hanya ingin bisa berbicara dengan mama dengan tenang."
Vena menghela napasnya. "Ya sudah. Ayo!"
"Yu, kamu bisa istirahat disini terlebih dulu. Kalau butuh apa-apa kamu bisa meminta bantuan Bik Asih!" seru Bima kepada istri barunya.
"Iya, Mas," jawab Ayu.
Bima dan Vena keluar dari kamar tamu, keduanya langsung menuju ke ruang kerja Bima yang ada di lantai dua.
"Sekarang jelaskan kepada Mama, kenapa kamu tega melakukan itu sama Nisa?"
Bima berjalan ke meja kerjanya untuk mengambil sesuatu dari dalam laci. Setelah mendapatkan barang yang dimaksud dia kembali berdiri di hadapan mamanya.
"Apa ini?" tanya Vena saat Bima menyerahkan amplop putih di tangannya.
"Surat wasiat dari almarhum papa," jawab Bima.
Mendengar hal itu, Vena segera membuka isi surat wasiat tersebut dan membacanya.
"Jadi kamu menikahi anak Pak Rustam karena surat wasiat ini?"
Bima mengangguk.
"Kenapa kamu baru menunjukan surat ini sekarang? Kenapa tidak kamu tunjukkan sebelum kamu menikah dengan Nisa?"
"Aku baru menemukan surat itu sebulan yang lalu. Surat itu terselip di antara dokumen lama papa yang ada di brankas," jelas Bima.
Vena mengesah kasar.
"Setelah menemukan surat itu aku segera menyuruh orang untuk mencari keberadaan keluarga Pak Rustam. Awalnya aku hanya berniat untuk meminta maaf kepada Pak Rustam dan keluarganya karena aku tidak bisa memenuhi surat wasiat dari Papa. Tapi…. "
Bima menjeda ceritanya. Dia menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Tapi, apa? Lanjutkan saja! Siapa tahu setelah mendengar ceritamu, mama bisa mengerti dan membantumu untuk membujuk Nisa!"
Bima menatap wajah mamanya sebentar. Dia kembali menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan.
"Waktu aku menemukan mereka ternyata Pak Rustam sudah meninggal dunia setahun yang lalu, sementara istrinya sedang dirawat di rumah sakit karena kanker payu dara. Dan seminggu yang lalu istri Pak Rustam juga meninggal dunia. Sebelum meninggal, beliau berpesan agar aku menjaga putri semata wayangnya, Ayu. Beliau juga bercerita kalau beliau sudah mengetahui soal surat wasiat tersebut dari almarhum suaminya. Sebenarnya beliau sudah pernah datang ke Jakarta untuk membicarakan soal surat wasiat dari papa itu kepada kita. Namun, karena tahu aku sudah menikah, beliau mengurungkan niatnya," cerita Bima kepada mamanya.
"Sekarang menurut Mama, apa keputusanku untuk menikahi Ayu itu salah?" Bima meminta pendapat kepada mamanya usai bercerita.
"Kamu memang tidak salah dalam mengambil keputusan, Nak. Kamu hanya berniat memenuhi janji ayahmu kepada keluarga Pak Rustam. Tetapi, reaksi Nisa atas pernikahan keduamu ini juga tidak salah. Wanita mana pun tidak akan mau untuk dimadu, apalagi secara tiba-tiba seperti ini. Seharusnya sebelum kamu menikahi anak Pak Rustam, kamu minta izin dulu kepada Nisa. Bukan dengan cara tiba-tiba seperti ini."
"Lalu aku harus bagaimana, Ma? Aku sangat mencintai Nisa, aku tidak mau berpisah dengannya. Tetapi, akan sangat tidak adil jika aku menceraikan Ayu begitu saja. Aku juga harus bertanggung jawab kepadanya." Bima tampak frustasi.
"Setelah Nisa tenang, cobalah ajak dia berbicara lagi. Kamu ceritakan semuanya dari awal, siapa tahu dia bisa menerima keputusanmu dan dia juga bisa menerima Ayu sebagai madunya." Vena hanya bisa memberikan nasehat tersebut kepada anaknya. Dia sendiri pun bingung harus memihak kepada siapa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Berlian Bakkarang
hrsnya bima terbuka soal wasiat itu ke mama n istrinya katanya cinta kok mau poligami n membagi cinta itu sulit krn blm tentu bisa adil
2023-07-16
0
BirVie💖🇵🇸
huuffftttt berat mah.... mencintai Nisa tapi juga menjaga wasiat papa
2022-11-15
1
BirVie💖🇵🇸
betul banget mama
2022-11-15
0