Setelah hampir setengah jam Nisa tidak sadarkan diri. Akhirnya dia siuman dan itu membuat Bima bisa bernapas lega.
"Mas aku di mana?" tanya Nisa sambil memegang kepalanya yang masih sakit.
"Kamu di kamarmu sayang. Tadi kamu pingsan. Syukurlah dokter bilang kondisimu dan calon anak kita baik-baik saja," jawab Bima sambil duduk di tepian ranjang. Sejak Nisa pingsan, Bima terus duduk di tepi ranjang tempat tidur sambil menggenggam tangan Nisa.
"Mas, tadi aku bermimpi kalau kamu pulang bersama seorang wanita dan kamu bilang kamu sudah menikah dengan wanita itu."
"Sayang, maafkan aku." Bima menunduk, dia merasa sangat bersalah karena sudah membuat istrinya itu kecewa. Namun, disisi lain hal yang dilakukannya hanya untuk memenuhi janji almarhum sang ayah.
"Apa maksud kamu, Mas?" Nisa kembali mengingat kejadian sebelum dirinya jatuh pingsan. Dia segera melepaskan tangannya dari genggaman sang suami.
"Aku benci sama kamu, Mas. Aku sangat membencimu. Tega kamu mengkhianati aku, Mas. Tega kamu!" Nisa memukul dada suaminya, air mata menganak di kedua pipi wanita cantik yang sudah tiga tahun mendampingi Bima.
"Sayang, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengkhianatimu, aku terpaksa menikah dengannya karena…. "
"Cukup, Mas! Aku tidak mau mendengar penjelasan apa pun darimu!" Nisa menutup kedua telinganya dengan tangan. "Keluar kamu dari sini, Mas! Keluar!" teriak Nisa yang sudah tidak bisa lagi mengendalikan emosinya. Dia masih tidak percaya kalau suami yang sangat dicintainya tega menyakitinya.
"Nis tolong dengarkan penjelasanku!" pinta Bima.
"Keluar! Aku minta kamu keluar sekarang juga, Mas! Keluar!" Teriakan Nisa.
Teriakan Nisa terdengar hingga keluar kamar dan itu membuat Vena dan Ayu yang saat itu sedang duduk di ruang langsung masuk ke dalam kamar Nisa.
"Sayang, ada apa?" tanya Vena kepada menantunya.
"Suruh Mas Bima keluar dari sini, Ma! Suruh dia keluar! Aku tidak mau melihatnya." Nisa terus saja menangis. Hatinya teramat sakit mengetahui kenyataan bahwa suaminya sudah menikah lagi.
Vena segera memeluk menantunya untuk membuatnya tenang. "Bima, sebaiknya kamu keluar dulu, Nak! Biarkan istrimu tenang!" seru Vena. Dia bisa mengerti kesedihan yang dialami menantunya tersebut. Wanita mana yang tak terluka hatinya ketika mengetahui suaminya menikah lagi.
"Tapi, Ma…. "
"Bima, kamu mencintai Nisa kan?"
"Tentu saja, Ma. Aku sangat mencintai dia," jawab Bima. Hatinya juga hancur melihat kesedihan yang Nisa rasakan, terlebih karena itu hasil perbuatannya.
"Kalau begitu keluarlah! Biar Mama yang akan menemani Nisa di sini!" suruh Vena lagi.
"Baiklah, Ma. Tolong jaga Nisa ya, Ma!"
Vena mengangguk.
"Satu lagi, kamu suruh Ayu tidur di ruang tamu! Aku tidak mengizinkan dia tidur di kamar utama rumah ini." Kali ini Vena mengatakan itu tanpa menoleh ke arah anak dan menantu barunya. Sama halnya dengan Nisa, Vena juga kecewa dengan perbuatan putranya.
"Baik, Ma," jawab Bima. "Ayo Ayu!"
Bima membawa istri barunya itu keluar dari kamar Nisa. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Ayu menuruti perkataan Bima. Dia sadar kalau semua kekacauan di rumah ini terjadi karena kedatangannya. Dia menyesal karena mau menikah dengan Bima. Dia tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau keputusan untuk menerima lamaran Bima akan mendapatkan penolakan yang begitu keras dari istri pertamanya. Sebelumnya Bima hanya berkata kalau istri pertamanya adalah wanita yang lembut dan tidak pernah marah. Dia pasti akan menerima dirinya sebagai madu dengan ikhlas jika tahu alasan Bima menikah dengannya.
Ayu menatap sayu wanita yang berbaring memunggunginya. Dia ingin sekali minta maaf dan pergi dari rumah itu. Tapi, kemana dia harus pergi? Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan ibunya juga sudah meninggal seminggu yang lalu. Dia hanya punya tante dan itu pun di luar kota, dia tidak mungkin pergi ke sana karena dia sendiri tidak tahu alamat pastinya.
*
"Mas, apa tidak sebaiknya kamu ceraikan aku? Aku tidak mau merusak rumah tanggamu dengan Mbak Nisa, Mas!" ucap Ayu dengan tatapan sayu.
"Yu, aku sudah berjanji pada almarhum ibumu untuk menjagamu, aku tidak bisa menelantarkanmu begitu saja. Lagian menikahimu adalah salah satu amanah dari almarhum papaku dan aku tidak bisa mengabaikannya," jawab Bima.
"Tapi bagaimana dengan Mbak Nisa? Dia sedih dengan pernikahan kita ini, Mas."
"Kamu sabar saja. Aku yakin setelah aku menjelaskan kepadanya tentang alasanku menikahimu, dia pasti akan menerimamu."
Meski tidak enak, Ayu hanya bisa mengangguk pasrah. Dia berharap rumah tangga suaminya itu akan kembali membaik dan Nisa juga bisa menerima dia sebagai madu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ufika
Knp baru nikahin ayu sekarang bukan ny dr dulu
2024-03-05
0
Lina Maulina18
hrsnya dirimu nyadar ayu sudah tau Bima punya bini bin nya nolak lamaran sama aja dirimu pelakor
2023-06-08
0
Shuhairi Nafsir
cerita yang membosankan. masakan wasiat bapanya baru diketahui selepas 3 tahun menikah. nga logik langsung.
2023-03-02
0