Proses tes DNA sudah dilakukan, kini Kaina dan keluarga serta Candra harus menunggu hasilnya dalam hitungan hari.
“Kamu gak perlu khawatir. Aku juga akan menemui laki-laki itu untuk memintanya melakukan tes DNA,” ujar Kaina.
“Tidak usah. Tunggu saja hasil tes DNA ku keluar, kalau aku memang bukan ayah mereka baru kamu cari dia,” larang Candra.
Kaina pun menatap sang Ibu.
“Benar apa kata Candra, Kai, sebaiknya kita tunggu hasil itu keluar. Jika Candra memang ayah kandung dari mereka, kamu tidak perlu melakukan tes DNA lagi dan kita tidak akan menanggung malu,” ucap Dina.
Akhirnya, Kaina pun setuju. Benar apa yang dikatakan sang ibu, jika dia membawa dua laki-laki untuk melakukan tes DNA ke Rumah Sakit, pasti orang-orang akan menganggapnya wanita murahan.
“Boleh aku bertemu dengan mereka?” tanya Candra.
“Sebelum hasil tes DNA nya keluar, kamu belum bisa bertemu dengan mereka,” jawab Kaina.
“Kenapa?”
“Aku berhak memutuskan.” Kaina pergi dari sana menuju ruang inap anak-anaknya. Sedangkan Candra hanya bisa menatap punggung wanita itu dengan rasa kecewa.
...🐞🐞🐞🐞...
Hari ini hasil tes DNA antara Candra dan si kembar pun keluar. Kaina dan ibunya menanti dengan harap-harap cemas karena dokter akan membacakan hasilnya ketika Candra sudah tiba. Di bangku tunggu, pandangan mereka tak lepas dari pintu Rumah Sakit. Menantikan kedatangan laki-laki yang sebentar lagi akan jelas statusnya. Apakah dia ayah dari si kembar atau bukan.
“Itu dia," seru Kaina saat melihat Candra.
“Maaf aku terlambat. Di kantor tadi ada sedikit masalah,” pinta Candra.
“Ayo, kita masuk! Dokter sudah menunggu,” ajak Kaina.
Mereka segera masuk dan duduk di hadapan dokter laki-laki yang akan membacakan hasil dari tes DNA.
“Ibu, Bapak, bisa dilihat kalau hasilnya masih di segel. Artinya dari bagian labor berkas ini sangat dirahasiakan,” kata Dokter.
Kaina dan Candra pun mengangguk.
“Silahkan Bapak dan Ibu buka dan saya akan membacakan hasilnya.”
Dengan tergesa-gesa Kaina merobek ujung amplop coklat itu lalu menarik isinya dari dalam. Ingin hati membukanya segera, tapi sesuai dengan prosedur, dokter yang akan menjelaskan maka diserahkan kertas putih di tangan pada dokter.
“Langsung saja pada intinya,” ucap Candra.
Suasana ruangan itu seketika berubah menjadi tegang. Baik Candra dan Kaina menanti dengan perasaan yang tak karuan.
“Dari sampel yang diberikan, Pak Candra dinyatakan ayah biologis dari Kalila Jasmin,” ungkap Dokter.
Kaina awalnya sempat menghembuskan nafas lega, tapi kemudian ia mengerutkan dahi. “Tunggu! Maksudnya Candra bukan ayah biologis dari kedua anak saya?”
“Maaf, Bu Kaina. Dari kedua anak Anda, hanya Kalila yang 99% memiliki DNA sama dengan Pak Candra, sedangkan Kama hanya memiliki 38% kecocokan. Artinya Kama bukan anak kandung dari Pak Candra.”
Kaina merasa tak paham. Ia menggelengkan kepala merasa bingung dengan penjelasan dokter tersebut. Begitu pula dengan Candra.
“Bagaimana mungkin? Mereka kembar lalu bagaimana bisa keduanya bukan anak kandung saya?” tanya Candra.
“Dalam medis, kasus anak kembar beda ayah bisa terjadi. Disebut juga dengan superfekundasi, yaitu, sel telur dalam siklus menstruasi dibuahi oleh dua ****** yang berbeda. Anak kembar yang lahir dengan kondisi superfekundasi akan dinamai dengan kembar bipaternal atau heteropaternal. Salah satu cara terjadinya superfekundasi heteropaternal adalah ketika seorang wanita berhubungan seksual dan dibuahi oleh dua pria dalam waktu berdekatan. Biasanya, kurang dari satu minggu,” terang Dokter.
Penjelasan itu membuat Kaina menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu ia pun menangis. Candra yang juga kaget dengan keterangan Dokter hanya bisa terpaku dalam posisi.
“Sebaiknya Ibu Kaina mencari pria lain yang dirasa mungkin merupakan Ayah kandung dari Kama,” saran Dokter.
Wanita itu berusaha menyusut air mata lalu ia pun mengangguk. “Terimakasih, Dok. Kalau begitu saya permisi.”
“Silahkan,” balas Dokter.
Tiba di luar, Kaina langsung menghambur ke dalam pelukan sang ibu. Ia menangis sejadi-jadinya menumpahkan penyesalan atas perbuatan di masa lalu yang sampai sekarang masih saja terus membayangi.
“Ada apa?" Dina merasa bingung melihat sang putri yang tiba-tiba seperti itu.
“Aku tau aku salah, Buk, tapi kenapa Tuhan masih terus menghukum aku?” raung Kaina.
Dina yang merasa risih dilihat oleh orang-orang di sana, segera membawa sang anak menuju taman di Rumah Sakit. Tiba di sana mereka berdua duduk di bangku yang jauh dari keramaian pengunjung.
“Ada apa? Cerita sama Ibuk, apa Candra bukan ayah dari anak-anak kamu?” Dina bertanya sambil menghapus air mata anaknya.
Kaina tampak sesegukan lalu ia mencoba membuka mulut. “Candra hanya ayah kandung dari Kalila, Bu, sedangkan Kama bukan anaknya.”
Ekspresi Dina sama seperti Kaina tadi, ia mengerutkan dahi karena tak paham dengan maksud perkataan sang putri. “Nak, kamu itu kalau ngomong yang jelas. Ibu gak mengerti dengan ucapan kamu.”
“Bu, Kama dan Kalila memang kembar, tapi mereka memiliki ayah yang berbeda.”
“Omong kosong apa yang kamu katakan. Mana mungkin anak kembar bisa memiliki dua ayah, ada-ada saja,” sanggah Dina.
Kaina pun bingung bagaimana caranya ia menjelaskan pada sang Ibu. “Kalau, Ibu gak percaya, ayo, kita temui Dokter."
...🐛🐛🐛🐛...
Setelah mendengarkan penjelasan dari Dokter, Dina pun tak tau harus bersikap seperti apa. Ia hanya duduk diam termenung di taman bersama Kaina yang juga ikut diam di sampingnya.
“Kai.” Tiba-tiba Candra pun datang menghampiri.
“Ada apa?” tanya Kaina.
“Boleh aku bertemu dengan anakku?”
Dina dan Kaina saling melempar pandang. Bagaimanapun Candra berhak bertemu dengan darah dagingnya sendiri. Dia memang tak pernah bertanggung jawab, tapi itu bukan karena keinginannya melainkan karena keputusan mereka sekeluarga yang tak ingin menuntut hak pada laki-laki itu.
“Sebelum kamu ketemu Kalila, kita harus bicara dulu,” jawab Kaina.
Candra setuju.
“Kalau begitu, Ibu kembali ke ruangan si kembar,” izin Dina.
Candra pun duduk menggantikan posisi Ibu Kaina tadi.
“Meskipun kamu hanya ayah kandung dari Kalila, tapi aku gak mau kamu mengabaikan Kama. Masalah ini cukup kita yang tau, anak-anak gak perlu tau. Biarkan mereka menganggap kalau Kamu dan Hugo adalah ayah mereka.”
Candra mengangguk setuju. “Siapa Hugo?”
“Ayahnya Kama. Besok aku akan menemuinya dan memintanya untuk melakukan tes DNA.”
“Untuk apa lagi?”
“Hanya untuk memastikan saja biar dia yakin kalau Kama benar anak biologisnya.”
“Baiklah. Apa sekarang aku bisa bertemu dengan anakku?”
Akhirnya Kaina pun mengangguk. Ia segera berdiri di susul Candra dan mereka melangkah menuju ruang inap si kembar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
ashely nurwati
oww... kasihan sikembar atas fakta ini...
2023-04-28
0
tata 💕
baru tau aku ada kembar tp beda bapak'a
2022-07-19
1
Ainisha_Shanti
baru tahu fakta ni.
2022-07-16
2