Usia kehamilan menginjak tiga bulan, perut Kaina tampak sangat besar. Dokter kandungan pun mengatakan kalau janin yang ada di rahimnya adalah bayi kembar. Saat itu ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Harus senang kah? Harus sedih kah? Meski diawal semua terasa berat, ia tetap menjalani pilihan yang sudah diambilnya.
Akhirnya Nandi, memutuskan untuk mengasingkan putrinya di desa terpencil sampai ia melahirkan. Kaina menerima keputusan sang ayah, karena sejak hidupnya terasa hancur oleh berita kehamilan itu, ia tak lagi membantah apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya.
Untuk pertama kalinya Kaina merasakan pergerakan dari kedua bayi yang ada di dalam perutnya. Membuat naluri keibuan mulai muncul. Perlahan tapi pasti rasa sayangnya terhadap janin itu kian tumbuh bersamaan dengan membesarnya mereka di dalam sana. Bahkan Kaina sudah tak sabar ingin segera berjumpa ketika waktu melahirkan sudah dekat.
Lewat tindakan operasi caesar, bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu akhirnya terlahir ke muka bumi dalam keadaan sehat. Karena cucunya terlahir tanpa seorang ayah, Nandi mengambil alih tanggung jawab itu. Mengadzani kedua cucunya dan membesarkan mereka hingga usia keduanya genap tiga tahun, ajal pun datang menjemputnya.
Cobaan dan masalah hidup yang menimpa membuat Kaina mengalami banyak perubahan dalam dirinya. Ia tak bisa lagi seperti dulu saat dimana masih gadis dan masih memiliki sandaran hidup. Ia benar-benar dituntut untuk bersikap dewasa mengutamakan keluarga dan kedua anak-anaknya. Sebagai anak pertama setelah kematian sang ayah, mau tidak mau, bisa atau tidak, ia harus mengambil alih tanggung jawab Itu.
Sejak saat itu pelajaran hidup yang penuh perjuangan mengubah Kaina menjadi sosok wanita tangguh dan kuat. Apalagi ketika sang anak menginjak usia lima tahun mereka dinyatakan menderita gagal ginjal. Membuatnya kembali tertatih-tatih dalam memperjuangkan kehidupan untuk putra dan putrinya.
...🦊🦊🦊🦊...
“Bu, aku sudah putuskan kalau besok akan menemui Candra,” kata Kaina.
“Apa kamu sudah menemukan alamat rumahnya?” tanya Dina.
Kaina mengangguk pelan.
Dina mengusap punggung sang putri. “Semoga dia mau untuk melakukan tes DNA.”
Putrinya itu menyilang kan kaki di atas tempat tidur Rumah Sakit. “Bu, kalau seandainya Candra adalah ayah dari Kama dan Kalila lalu siapa yang akan menerima donor ginjalnya, Bu?”
Dina, wanita 50 tahun itu pun tampak bingung dengan pertanyaan sang putri. Berpikir jika solusi sudah ditemukan maka semua akan baik-baik saja, ternyata tidak. Mereka kembali dihadapkan pada dua pilihan. Siapa yang akan menerima donor ginjal terlebih dahulu, Kama atau Kalila?
“Sebaiknya kamu temui Candra dulu dan jelaskan kondisi anak-anak. Setelah itu nanti kita bicarakan dengan dokter.”
Suasana dalam ruang inap itu berubah sunyi, hingga tiba-tiba dua bintang kecilnya datang bersama sang paman. “Bunda,” seru Kama dan Kalila.
Kaina langsung merentangkan tangan menyambut pelukan dari mereka. “Senang habis jalan-jalan di taman?”
"Senang, dong, Bunda,” jawab Kama.
“Sekarang waktunya istirahat, kalian harus tidur siang karena Omdit mau balik jagain toko.” Adit berucap sambil mengangkat satu keponakannya ke atas ranjang.
“Makasih, ya, Dit, sudah bantu jagain mereka,” pinta Kaina.
“Kak, aku kan sudah bilang, kita ini keluarga. Jadi, jangan kayak sama orang lain gitu,” tegas Adit.
Ibu si kembar hanya bisa memaksakan senyum di bibirnya.
“Kalau gitu Ibu pulang dulu sama Adit. Kamu jagain anak-anak siang ini, biar nanti malam Ibu yang jaga,” kata Dina.
“Iya, Bu. Hati-hati nyetirnya, ya, Dit,” pesan Kaina.
“Pasti, Kak. Dada kembar, Om sama Ibu pulang, ya.” Adit berpamitan pada dua keponakannya.
“Nanti malam kesini lagi, kita mau main,” pinta Kalila.
“Insyaallah.”
Kepergian ibu dan adiknya, Kaina naik ke atas dua ranjang yang sudah di jadikan satu. Karena dua anaknya itu tak mau jauh-jauh darinya. Ia akan menemani si kembar menuju alam mimpi.
...🐣🐣🐣🐣...
Pagi ini ketika waktunya orang-orang berangkat kerja, Kaina sudah berdiri di depan rumah Candra sang mantan kekasih. Ia menatap lama bangunan rumah mewah nan kokoh di depannya itu. Entah kenapa kakinya belum mau melangkah masuk untuk menemui orang yang dicari. Hingga seseorang keluar dari dalam sana menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumah.
Orang itu adalah Candra. Keduanya saling bertemu tatap dan tanpa sadar ia mendekati wanita yang dulu sangat dicintainya. “Kaina?”
“Apa kabar?” tanya Kaina.
“Baik. Kenapa kamu bisa ada di sini?”
“Aku mau bicara, bisa?”
Candra berbalik, menatap ke arah rumahnya, seakan memastikan tak ada orang yang melihat mereka berdua. “Ikut aku.” Ia mengajak sang mantan untuk ikut masuk kedalam mobil. Sepertinya dia ingin mencari tempat untuk bisa bicara berdua.
Sampai di suatu restoran yang memiliki ruang pribadi. Candra mau membuka suara, ada banyak hal yang ingin dipertanyakan, tapi ia bingung harus mulai dari mana.
“Kamu ingat kapan terakhir kali kita tidur?” tanya Kaina to the point.
Candra sempat menelan saliva. Ia pikir mereka akan memulai obrolan ini dengan saling menyapa dan basa-basi, tapi ternyata tidak sesuai dengan dugaannya. “Kira-kira tujuh tahun yang lalu.”
“Sebelum kamu selingkuhkan?!”
“Iya.”
“Apa kamu juga ingat berselang satu hari setelah itu aku juga tidur dengan laki-laki lain, sebagai balasan perselingkuhan kamu?” Kaina kembali bertanya sambil menyilang kan kakinya.
Candra mengangguk.
“Tujuh tahun yang lalu aku dinyatakan hamil oleh dokter dan rupanya aku hamil anak kembar,” ungkap Kaina.
Laki-laki yang duduk di depannya tampak kaget dan tak percaya dengan apa yang diungkapkan.
“Ha-hamil?”
“Iya. Tapi aku sengaja gak datang menemui kamu untuk meminta pertanggung jawaban karena aku yakin, kamu pasti tidak akan mau bertanggung jawab. Alasanya kamu pasti bisa menebak sendiri.” Wanita itu menjelaskan dengan gaya santai tapi tetap elegan. Mungkin jika wanita lain yang berada di posisinya pasti sudah menyembah dan bersujud berderai air mata di kaki Candra.
“Lalu sekarang untuk apa kamu menemui aku?”
“Kedua anakku kini tengah dirawat di Rumah Sakit. Mereka dinyatakan gagal ginjal oleh dokter sekitar satu tahun yang lalu. Sebelum datang menemui kamu, aku sudah melakukan segala macam pengobatan yang disarankan dokter. Namun, akhirnya mereka tetap membutuhkan transplantasi ginjal.”
Candra mulai paham dengan arah pembicaraan. “Kalau kamu sendiri tidak yakin mereka adalah anakku, kenapa datang menemui ku?”
“Aku dan keluarga sudah melakukan tes kecocokan ginjal, tapi tak ada satupun dari kami yang bisa menjadi pendonor. Maka satu-satunya harapan adalah ayah kandung mereka. Aku datang hanya ingin meminta kamu melakukan tes DNA, itu saja.”
“Kalau seandainya aku adalah ayah dari mereka, bagaimana?”
“Apa kamu mau mendonorkan ginjal untuk mereka?”
Candra sempat terdiam sambil memikirkan jawaban yang akan diberikannya.
“Aku tau ini gak mudah.” Kaina pun memberikan secarik kertas ke hadapan mantannya itu. “Ini alamat Rumah Sakit tempat anakku dirawat. Jika kamu ingin melakukan tes DNA maka datanglah.”
Wanita itu pun segera berdiri dari duduknya, tapi Candra dengan cepat menahan tangannya. “Kenapa kamu tidak memohon?”
“Aku akan memohon jika kamu memang ayah dari anak-anakku.”
Candra pun bangkit dari sofa. “Baik, kalau begitu ayo kita lakukan tes DNA sekarang juga.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ainisha_Shanti
i like you attitude Kaina👍
2022-07-16
2