Sebelum masuk, keduanya tampak sama-sama berdiri di ambang pintu ruangan inap itu. Seakan sedang memikirkan bagaimana cara menjelaskan pada si kembar kalau kini mereka akan bertemu dengan sosok ayah yang selama ini selalu ditanyakan.
“Kamu belum siap?” tanya Candra.
“Aku hanya bingung cara mengatakannya pada mereka,” jawab Kaina. “Apalagi mereka akan memiliki dua Ayah.”
“Kalau memang seperti itu, aku siap menunggu sampai Hugo juga ada di sini. Akan lebih baik kamu memperkenalkan kami berdua dalam waktu yang sama. Biar anak-anak tak bingung nantinya.”
“Terimakasih atas pengertiannya.”
“Aku gak mau egois. Jika kamu perlu waktu untuk menjelaskan pada anak-anak, aku siap menunggu.”
Kaina tersenyum, ternyata Candra bisa memahami kerisauan hatinya.
“Kalau begitu aku pamit pulang.”
“Iya, sekali lagi terima kasih.”
Pria itu hanya mengangguk lalu segera pergi dari sana. Kaina pun masuk menatap kedua anaknya yang tengah bermain bersama sang Ibu di atas ranjang mereka.
“Bunda, dari mana sih?” tanya Kama.
“Bunda habis ketemu Dokter,” jawab Kaina.
“Bunda sudah makan?” tanya Kalila.
Benar juga, sejak dari tadi pagi ia belum mengisi perutnya dengan apa pun. Akibat masalah yang datang bertubi-tubi membuatnya lupa akan diri sendiri.
“Makan dulu, Adit sudah belikan makanan buat kita,” ujar Dina.
Kaina mengangguk lemah. Ia mengambil makanan yang ditunjuk sang Ibu lalu membawanya duduk di lantai keramik nan dilapisi karpet bulu. Sambil mengunyah nasi, pikirannya melayang pada sang anak. Otaknya berusaha merangkai kata yang pas untuk menjelaskan pada putra dan putrinya soal ayah mereka.
Di sela-sela suapan, terdengar helaan nafas panjang. Membuat Dina memperhatikan sang putri lalu di hampirinya Kaina saat sang cucu sudah tertidur pulas.
“Jujur, rasanya Ibu sangat malu setelah mendengarkan penjelasan Dokter tadi,” kata Dina. “Tapi dibalik itu semua kita sepatutnya bersyukur.”
Kening Kaina mengerut. “Maksud, Ibu?”
“Kedua anak kamu akan mendapatkan donor ginjal. Kita tak perlu memilih salah satu di antara mereka jika ayahnya hanya satu.”
Benar juga apa yang dikatakan sang ibu. Kenapa dia tidak kepikiran sampai sana. Langsung saja berprasangka buruk pada Tuhan. Menganggap ini masih hukuman yang diberikan, ternyata Tuhan malah memberikannya solusi atas kebingungan yang sempat melintas.
“Tapi apa, Ibu, yakin kalau nantinya ginjal mereka akan cocok dengan para ayahnya?”
“Kita berdoa saja, semoga ginjal mereka cocok dan ayah biologis anak-anak kamu mau mendonorkannya.”
“Aamiin.”
“Habiskan nasi kamu, jangan dipikirkan lagi. Tak ada yang perlu kamu khawatirkan. Tak perlu kamu merasa malu memiliki dua Ayah dari anak kembar. Yang terpenting sekarang adalah Kalila dan Kama bisa sembuh.”
“Iya, Buk. Terima kasih karena selalu ada di samping aku. Sekali lagi aku minta maaf karena terus-terusan membuat Ibu dan Ayah malu.”
Dina merapikan rambut sang anak yang tampak berantakan. “Justru kamu sudah membuat Ibu dan Ayah bangga karena mampu bertanggung jawab atas kesalahan itu.”
Kaina tersenyum, lalu ia pun segera menyantap habis makanan yang tadi rasanya sangat sulit untuk dimakan.
...🦛🦛🦛🦛...
Sepulang dari Rumah Sakit tadi, Candra tak langsung pulang ke rumah istrinya. Ia memilih untuk membantu Kaina dalam mencari Hugo. Semakin cepat ia mendapatkan alamat pria itu maka semakin cepat pula Kaina bertemu dengannya. Lalu tes DNA juga akan segera dilakukan. Ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan sang putri dalam waktu dekat.
Berkat orang suruhannya, ia mendapatkan informasi kalau Hugo tengah berada di sebuah klub malam. Tanpa berlama-lama, Candra segera menancap gas mobilnya menuju alamat tersebut. Tiba di sana dentuman musik yang sangat keras langsung menyapa gendang telinganya. Meski hanya sekali bertemu dengan laki-laki itu, ia sangat hafal dengan wajahnya.
“Bisa bicara sebentar?” Candra berkata tepat di telinga Hugo.
Hugo yang tengah asik memutar alat DJ-nya hanya mengacungkan jempol.
“Saya tunggu di restoran seberang jalan.”
Kembali pria itu mengangkat ibu jarinya.
Setelahnya Canda keluar dari sana. Sekitar 30 menit menunggu, akhirnya Hugo pun tiba dan langsung duduk di hadapan.
“Sebelumnya apa kita pernah saling kenal?” tanya Hugo.
“Anda tidak mengingat saya?” tanya Candra.
Hugo menggelengkan kepala.
“Karena ini sudah malam, saya gak bisa lama-lama. Besok pagi bisa kita ketemu di restoran dekat Rumah Sakit X?”
Pria yang ada di depannya itu mengerutkan dahi seolah ia tak mengerti dengan maksud Candra untuk mengajaknya bertemu kembali.
“Ada seseorang yang harus Anda temui dan ada hal yang sangat penting untuk Anda ketahui.”
“Kenapa gak bicara sekarang aja?”
“Saya gak bisa menjelaskan. Lebih baik Anda bertemu dengan orangnya secara langsung. Ini nomor ponsel saya.” Candra memberikan kartu namanya. “Besok jika Anda sudah di sana, hubungi saya.”
Hogo hanya mengangguk dengan rasa penasaran yang mulai merasuki hati dan pikiran. Tanpa pamit Candra pun pergi dari sana karena ia tak mau nanti sang istri mulai mencari keberadaannya.
...🐷🐷🐷🐷...
Pagi sekali sebelum ke kantor, Candra menuju Rumah Sakit terlebih dahulu. Ia ingin menemui Kaina untuk membahas masalah Hugo nan sudah ia temukan. Tiba di parkiran ia pun melihat wanita itu yang sepertinya hendak pulang.
“Kai,” panggil Candra.
Kaina dan Adit pun menoleh.
“Mau pulang?”
“Iya. Ngapain kamu pagi-pagi sudah di sini?” tanya Kaina.
“Bisa bicara?”
Adit pun memilih jalan duluan menuju mobilnya.
“Semalam aku sudah menemukan Hugo,” kata Candra.
“Kok bisa?”
“Itu gak penting. Sekarang kamu bisa temui dia di restoran dekat sini. Dia sedang di jalan, mungkin sebentar lagi juga tiba.”
Kaina tampak berpikir.
“Apalagi yang kamu tunggu? Semakin cepat dia tau, akan semakin cepat juga kami bertemu dengan anak-anak.”
“Kamu sudah cerita ke dia soal anak-anak?” Kaina tampak tak suka.
Candra pun menggeleng. “Aku gak ngomong apa-apa sama dia. Hanya minta dia datang ke restoran, itu saja.
“Oh, aku pikir …. ”
“Aku tau batasannya, Kai.”
“Oke, kalau begitu aku akan kesana. Terima kasih karena sudah membantu.”
“Sama-sama. Oh, ya, ini nomor ponsel ku, kalau ada kabar yang perlu disampaikan kamu bisa hubungi ke sana.” Candra memberikan kartu namanya.
Kaina menerimanya.
“Kalau begitu aku ke kantor. Semoga Hugo mau melakukan tes DNA.”
Wanita itu pun tersenyum sambil mengangguk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
ashely nurwati
Candra kok baik hati ya?
2023-04-28
0