"Ehm." Elina segera melepas pelukannya. "Aku lapar. Kita makan, yuk," ucapnya untuk mengakhiri usaha David.
Dia belum siap untuk menerima ciuman dari pria itu. Ada rasa aneh saat pria itu mencoba melakukannya. Mungkin rasa malu atau canggung yang dia rasakan. Apa lagi, di tempat terbuka seperti itu.
"Oke, aku pesan makan dulu," ucap David. Dia berlalu meninggalkan Elina dengan rasa kecewa. Pasalnya, dari beberapa kali percobaan, tak satu pun dirinya berhasil menikmati manisnya bibir sang kekasih.
Tak berapa lama setelah David kembali dari memesan, makanan pun datang. Tak lupa juga es kelapa muda. Bukan main ke pantai kalau minumnya tidak es kepala muda. Buah yang satu ini memang sudah menjadi icon kalau pergi ke pantai.
Setelah beberapa saat beristirahat dan makan, mereka berjalan-jalan di atas pasir putih. Tak beberapa jauh dari gazebo, ada sebuah pohon yang menjorok ke arah laut. Elina duduk di bawah pohon itu.
"Pohon inilah yang menjadi asal nama tempat ini," jelas David tiba-tiba. Dia menepuk-nepuk batang kasar pohon itu.
"Oh, seperti itu." Elina menengok ke arah belakang untuk melihat David.
"Lihatlah, di sini hanya ada pohon ini saja, 'kan?"
Elina menganggukkan kepala, menyadari bahwa memang hanya ada pohon itu saja.
"Ini pohon Duras namanya. Sudah ada sejak nenek moyang. Makanya menjadi pohon iconik di pantak ini."
"Wow, kamu tahu segalanya, Sayang."
David tersenyum senang karena sang kekasih memujinya. Pengetahuan yang seadanya telah membuat wanita itu senang.
"Diam dalam posisi itu sebentar. Aku mau foto kamu."
David segera memposisikan diri untuk memfoto Elina. Beberapa kali dia mengambil gambar agar dapat mendapatkan hasil maksimal.
Elina pun menyukai foto yang telah diambil David. Dia melihat dirinya begitu cantik ketika berpose seperti itu. Entah, mungkin jaga karena ada pohon tersebut sehingga membuat foto lebih bagus.
Tak ingin menghabiskan waktu hanya duduk-duduk saja, Elina segera mengajak David untuk masuk ke dalam Air. Bukan ke pantai kalau belum bermain dengan air laut. Begitulah yang dikatakan wanita itu.
Tanpa terasa, matahari sudah condong ke barat. Mereka menyudahi acara bermain dengan ombak itu. Mereka segera mandi lalu berbenah diri.
Dari gazebo mereka, tampak semburat jingga di ufuk barat. Elina mengagumi pemandangan itu. Tak menyia-nyiakan kesempatan, David segera mengambil gambar ketika sang kekasih sedang terpesona dengan keindahan senja.
Namun, mata Elina segera teralihkan dengan telah berdirinya beberapa tenda di hamparan pasir putih.
"Ada yang bikin tenda di sini juga?" tanya Elina seraya menatap David.
"Banyak. Di sini memang nyewain tenda buat nginep."
Elina membuat lingkaran sempurna pada bibirnya.
"Kalau malam, air laut surut, terus bisa tangkap ikan dan hewan laut lainnya, deh," lanjut David.
"Wow, enak banget."
"Memang enak. Tapi sayang, kita gak bisa nginep."
Elina sedih dengan apa yang dikatakan David. Memang benar, selama ini dirinya tidak bisa di ajak pergi kalau harus menginap. Ayah dan kakanya, tidak pernah mengijinkan wanita itu.
"Oke, aku akan rayu Mas Eko dan ayah biar diijinin. Aku mau banget nginep di sini. Nanti, kita bisa cari kepiting," kekeh Elina.
Namun, semua itu hanya sebuah angan. Elina dan David tak pernah pergi ke sana lagi hingga hubungan mereka putus. Apa lagi, kini dirinya harus menerima kenyataan bahwa sebentar lagi akan menikah.
Elina menghembuskan nafas panjang ketika mengenang saat itu. Mereka dapat berkasih tanpa adanya gangguan. Sungguh-sungguh saat yang dirindukannya walau baru beberapa hari saja berpisah.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments