Semalaman Elina sulit untuk memejamkan mata. Dia masih memikirkan tentang pernikahan yang akan dilangsungkan satu bulan lagi. Sungguh waktu yang terlalu cepat baginya.
"Apa dia kebelet? Kenapa sih, buru-buru banget. Kalau memang kebelet, kenapa gak cari wanita lain," gumam Elina.
"Kenapa mesti aku? Haa ...." Elina memasang wajah seperti orang menagis.
"Ini semua gara-gara ibu," keluhnya.
Memang akhirnya Elina menerima lamaran Evan karena sang ibu. Hanya dengan kata-kata ibunya, wanita itu langsung luluh.
“Elin, percayalah, ibu hanya memilih yang terbaik untuk anaknya, gak mungkin akan menghancurkan anaknya.”
Elina tidak bisa berkata apa-apa lagi, bahkan menolak pun tak mampu. Padahal, pria itulah yang menyebabkan putusnya hubungan dengan sang kekasih. Dia pun kembali mengenang masa-masa indah bersama David.
Pagi itu, David mengajak Elina ke suatu tempat. Sang kekasih tidak ingin menyebutkan ke mana mereka akan pergi. Namun, dari arah jalannya, dia tahu ke mana mereka akan pergi.
Elina sangat bahagia, kesempatan seperti itu jarang sekali terjadi. David memberikan waktu untuk mengajak wanita itu jalan-jalan di tengah kesibukan kuliahnya. Sang wanita tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu, membiarkan sang kekasih membawanya pergi.
"Kamu mengajakku ke sini, Sayang." Elina beberapa kali mengedipkan mata, tak percaya.
Hamparan pasir luas terpampang indah di depan mata. Desiran ombak riuh silih berganti, melodi alam yang tercipta sempurna. Dua insan saling berangkulan menatap laut lepas.
"Kamu suka?" David tersenyum ke arah Elina. Begitu manis menjadikan suasana semakin romantis.
"Tentu saja. Tempat yang udah lama aku impikan. Sekarang kamu ajak aku ke sini. Tentu saja senang." Elina memeluk erat tubuh David.
David mengecup kening wanita itu. Dia merasa senang karena sang kekasih menyukai kejutannya. "Ayo, pilih gazebo buat istirahat sebentar dan taruh tas."
Empat jam lebih mereka menunggangi kuda besi. Tentu saja rasa letih mendera. David ingin segera meluruskan kaki yang sedari tadi tak hentinya menyelaraskan gigi motor.
Elina pun demikian, dia juga lelah. Selama itu pula dirinya harus bertahan pada posisi yang sama. Dalam kecepatan lumayan tinggi, dia tidak mungkin melakukan pergerakan. Nanti malah akan mencelakai diri mereka sendiri.
David menggiring Elina menyusuri hamparan pasir putih. Pria itu tak henti-henti menatap wajah bahagia sang kekasih. Sungguh sangat mempesona ketika rambut yang tertiup angin menutupi wajah wanita itu.
"Mau pilih yang mana?" tanya David. Mereka kini sudah berjalan di antara gazebo.
"Terserah kamu aja," jawab Elina.
"Oke, kita di sana aja." David menunjuk pada sebuah gazebo yang menghadap sedikit ke barat dan sepi. "Di sana pasti bisa lihat sunset."
"Oke, kita ke sana."
Mereka menuju gazebo yang telah disepakati. Setelah menaruh barang bawaan, seseorang datang menghampiri. David segera tahu kenapa orang itu mendekat, pasti untuk meminta uang sewa. Orang itu segera pergi setelah David membayarkan uang sewa.
"Mahal juga, ya," keluh Elina.
"Gak ada yang mahal dibanding kebahagiaanmu, sayang." David mengacak rambut Elina.
"Terima kasih." Elina memeluk sang kekasih. Dia sangat bahagia karena telah memiliki pacar yang sangat pengertian.
David pun membalas pelukan Elina. Tak ketinggalan, senyum manis selalu terpancar di wajah pria itu. Hal itulah yang membuat wanita tersebut luluh lantah.
Elina menatap wajah sang kekasih dari bawah. Sungguh terasa tampan sekali ketika rambut pria itu bergerak tertiup angin. Membuat jantungnya semakin berdegup kencang bak gendang bertalu-talu.
Dilihatnya wajah David semakin mendekat. Dengan mata sayu, pria itu semakin mengikis jarak di antara mereka. Tanpa terasa kini tinggal beberapa senti lagi jarak kedua bibir itu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ana Johana
Bukankah Abang Elena nama Aji? Bab 1 namanya Aji tu.
2022-07-19
1