Pov Cinta
Sesampainya di rumah, aku mengetuk pintu lalu mengucapkan salam. Akan tetapi, tidak ada yang membukakan pintu, dan tidak biasanya pintu rumah di kunci juga, sehingga aku pun merasa khawatir. Kini jantungku berdetak kencang dengan pikiran-pikiran negatif yang saat ini menghampiri kepalaku, sampai akhirnya Ibu keluar untuk membukakan pintu serta menjawab ucapan Salamku.
"Alhamdulillah..." ucapku dengan mengelus dada.
Ibu terlihat heran melihatku, sehingga akhirnya beliau bertanya.
"Lho kenapa wajahmu pucat begitu Nak? dan kenapa pulangnya juga sudah sore?"
"Tadi hujan sangat deras Bu, akhirnya Cinta berhenti dulu untuk berteduh."
Tiba-tiba Ibu menangis melihat keadaanku yang basah kuyup serta mengenakan baju yang sudah lusuh, lalu aku pun bertanya kepada beliau.
"Bu kenapa Ibu menangis? apakah Cinta sudah melakukan kesalahan?"
"Tidak Nak bukan begitu, hanya saja Ibu kasihan dengan nasibmu, dari kecil kamu sudah bekerja keras membantu kami sehingga kamu tidak pernah ada waktu untuk bermain dengan teman-teman seusiamu." ucap Ibu padaku.
"Sudahlah bu, Ibu tidak boleh bersedih meratapi keadaan kita, bukankah kita harus selalu bersyukur dengan apa pun yang Allah berikan? meski pun di dunia ini kita ditakdirkan hidup sengsara, yang penting nanti kita di akhirat tidak sengsara kan bu? bukankah itu yang selalu Ibu ajarkan kepada kami? supaya kami juga selalu bersyukur karena harta tidak akan dibawa mati." ucapku pada Ibu.
"Astagfirulloh...ampuni hambamu ini Ya Allah, terimakasih kamu sudah mengingatkan Ibu Nak, dan Maafkankanlah orangtuamu ini karena belum bisa membahagiakan anak-anaknya."
"Jangan bicara seperti itu Bu, Cinta bahagia karena terlahir dari rahim ibu, seharusnya Cinta yang meminta maaf karena belum bisa membalas semua jasa Ibu dan Bapak," ucap ku pada Ibu hingga kami berdua berpelukan sambil menangis, dan kedua adikku pun menghampiri kami, dengan menangis serta ikut memeluk kami.
"Bu ini uang hasil jualan hari ini, tapi maaf tadi sisa dagangannya Cinta berikan kepada Bapak pengemis," aku pun memberikan uang receh dari hasil jualanku kepada Ibu.
"Iya, tidak apa-apa Nak, kamu memang anak yang baik, Ibu bangga sekali sama kamu, ayo cepat sekarang ganti baju dulu, nanti takutnya kamu malah masuk angin," ucap Ibu padaku.
Aku pun bergegas masuk ke dalam kamar untuk berganti baju.
Keadaan rumah kami memang jauh dari kata layak, atapnya hanya menggunakan anyaman ilalang, sehingga jika hujan turun air nya pun akan masuk ke dalam rumah, begitu juga dengan bawahnya yang hanya beralaskan bambu. Akan tetapi, aku tetap bersyukur karena mempunyai keluarga yang saling menyayangi.
"Oh iya Bu, Bapak kemana? daritadi perasaan Cinta gak lihat Bapak? bukannya Bapak masih sakit ya?" tanyaku pada ibu.
Belum juga ibu menjawab pertanyaanku, tiba-tiba kami dikagetkan dengan suara keributan yang terdengar dari arah luar, aku pun bergegas keluar bersama Ibu, mataku kini membulat disertai mulut yang menganga hingga aku menutup mulut dan berteriak melihat keadaan Bapakku sekarang ini.
"BAPAK..."
Aku dan Ibu langsung berlari memeluk Bapak, kami tak tega melihat kondisi Bapak yang babak belur dan tersungkur di atas tanah, dengan tiada hentinya Bapak nampak terus memohon kepada Juragan tanah, yang bernama Juragan Broto.
Semua tetangga disini hanya terlihat menonton saja, karena mereka takut dengan orang terkaya di kampungku ini.
"Ada apa ini Pak? kenapa dengan wajah Bapak?" tanya Ibu kepada Bapak ku.
Belum juga Bapak menjawab, juragan Broto sudah berteriak kepada kami.
"Hey Minah apa kamu lupa kalau suamimu sudah meminjam uang padaku? hutang kalian sangat banyak, belum lagi dengan bunganya, dan aku tidak mau tahu, hari ini juga kalian harus melunasi hutang-hutang kalian !" teriak Juragan Broto.
"Maafkan kami Juragan, untuk saat ini kami belum bisa melunasinya, Suami saya belum benar-benar sembuh sehingga belum bisa kembali bekerja, jangankan untuk bayar hutang, buat makan sehari-hari saja kami susah," jawab Ibuku.
"Alasan saja kalian, pokoknya aku tidak mau tahu, kalau sekarang uangnya tidak ada, maka kalian harus segera angkat kaki dari rumah ini, karena sertifikat nya sekarang sudah berada di tanganku, ha..ha..ha..ha.." terdengar suara tawa Juragan Broto begitu menggelegar.
Aku sudah tidak tahan lagi dengan tindakan semena-mena yang telah dilakukan oleh Juragan Broto terhadap keluarga kami, dan dengan kaki yang gemetar aku akhirnya memberanikan diri untuk melangkah ke hadapan Juragan Broto.
"Juragan, kami tau kami mempunyai hutang kepada Juragan, tapi saya mohon beri saya waktu untuk membayarnya, sekarang saya sudah lulus SMP dan saya akan secepatnya berangkat ke kota untuk mencari pekerjaan."
Tapi kini juragan Broto malah menertawakanku.
"Ha..ha..ha..dasar bocah ingusan, kamu pikir cari uang itu gampang hemmm? apalagi kamu hanya lulusan SMP, mau cari kerja apa kamu?" ucap Juragan Broto padaku.
Bapak pun tidak tinggal diam melihatku, beliau maju melindungiku walau pun wajahnya sudah babak belur.
"Sudah hentikan Juragan, saya minta maaf atas kelakuan anak saya, tolong jangan marahi anak saya, dia masih kecil dan belum tau apa-apa," Bapak nampak memohon kepada juragan Broto.
"Makanya ajari anakmu sopan santun Parto, jangan bisanya melawan kepada orang yang lebih tua," bentak Juragan Broto.
Bapak pun kini menyuruh Ibu untuk membawaku masuk kedalam rumah.
"Cepat bu bawa Cinta masuk, jaga dia baik-baik, jangan sampai kesini lagi !" ucap Bapak. Namun, tiba-tiba Juragan Broto berteriak hingga menghentikan langkahku dan Ibu.
"TUNGGU...jangan berani-beraninya kalian pergi tanpa seijinku, satu langkah saja kalian pergi dari sini, maka aku pastikan kedua anak kalian yang masih kecil ini akan aku bawa !" teriak Juragan Broto.
Aku pun terkejut melihat Adikku Tia dan Ahmad yang kini sudah dipegangi oleh anak buah Juragan Broto, padahal seingatku Ibu tadi sudah menyuruh kedua adikku untuk mengunci pintu dari dalam serta tidak membolehkannya untuk keluar dari rumah.
Mereka kini terlihat menangis ketakutan sehingga aku tidak tega melihatnya, aku pun akhirnya berkata kepada juragan Broto untuk melepaskan kedua adikku.
"Juragan saya mohon lepaskan adik-adik saya, mereka masih terlalu kecil, jadi kalau pun Juragan bawa mereka pasti tidak akan bisa melakukan pekerjaan apa-apa, lebih baik Juragan bawa saya saja sebagai gantinya, saya bisa menjadi pembantu di rumah Juragan."
"Tidak Nak jangan lakukan itu," teriak Ibu dan Bapak padaku.
Mereka sampai memegangi tanganku dengan erat supaya aku tidak melangkah mendekati anak buah Juragan Broto.
"Pak, Bu, Cinta mohon biarkan saja Cinta yang menggantikan Tia dan Ahmad dibawa oleh Juragan Broto, insyaAlloh Cinta bisa menjaga diri dengan baik," aku pun secara perlahan melepaskan pegangan Ibu dan Bapak.
"Jangan Nak, biarkan saja Bapak yang ikut juragan Broto, kamu tolong jaga Ibu beserta kedua adikmu," pinta Bapak padaku.
Aku pun menggelengkan kepala,
"Pak, Cinta sekarang sudah besar, kini saatnya Cinta membalas jasa Ibu dan Bapak. Bapak sekarang masih sakit, Cinta khawatir Bapak tidak akan kuat bekerja dengan Juragan Broto melihat keadaan Bapak yang seperti ini, terus bagaimana nanti nasib kita jika sampai Bapak yang pergi?" ucapku pada Bapak. hingga akhirnya aku berhasil melepaskan pegangan tangan kedua orangtuaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ai waty
semangat Thor 😊
2022-09-29
1
Saputri 90
cinta mau diapain ya nanti ikut si broto yang menyebalkan??🤔🤔🤔🤔
2022-09-15
1
Saputri 90
dia nyuruh orang suruh sopan santun lah dia ajjah ga sopan... error bgt luhh... pengen gue gedik aja🤣🤣🤣
2022-09-15
1