DIM. 4

DIM. 4

“Makan atau minum dulu, Dan.”

Laki-laki yang tengah berkutat dengan keyboard MacBook itu menoleh untuk sejenak, kemudian menjawab tanpa suara. Alih-alih bicara, ia lebih suka menggelengkan kepala.

“Ini mug cake handmade. Rasanya juga enggak terlalu manis, kamu pasti masih bisa makan.”

Lagi, gadis dengan potongan rambut panjang sebahu yang agak curly itu mencoba menarik perhatian lawan bicaranya. Ia bicara seraya mengangkat satu mug cake dari tiga mug cake dengan topping bervariasi yang ia hidangkan. Mulai dari topping cheese—jenis makanan yang ia yakini makanan kesukaan lawan bicaranya—selain cheese, ada juga topping coklat almond dan macha yang sangat menggoda.

“Tidak perlu.”

Kali ini si lawan bicara memilih buka suara. Jemari yang tadinya sibuk mengetik, baru saja berhenti setelah mengetikan perintah ctrl + s untuk menyimpan file dokumen yang sejak tadi menyita perhatiannya.

“Laporan dan data siswa yang masuk sudah aku periksa. Kamu bisa memberikan soft coppy-nya ke pembina OSIS.”

“Ok. Nanti aku kirim lewat surel,” jawab gadis itu cepat. “Kalau gitu habis ini kamu—“

“Pulang,” potong Dan cepat.

“Pulang? Memangnya kamu enggak mau main dulu?”

“Tidak.”

“Tapi, tadi mami aku sudah ngajak kamu dinner bareng, ‘kan? mami sudah masak bistik daging sapi spesial untuk kamu.”

“Sampaikan permintaan maaf ku kepada orang tua kamu. Aku harus segera pulang,” ujar Dan final setelah mematikan MacBook miliknya. Lantas ia bergegas membenahi alat tulis dan peralatan miliknya, memastikan tidak ada satupun yang tertinggal sebelum pamit undur diri, sekalipun putri si pemilik rumah sejak tadi menghalangi kepergiannya.

Dan langsung pulang ke kediaman Xander pasca menyelesaikan tugas kesekian yang dilimpahkan padanya hari ini. Ia juga sempat diminta untuk mengantar surat SP bagi anggota OSIS yang telah melanggar peraturan, namun enggan menghadap ketua OSIS apalagi pembina OSIS. Mood Dan sudah anjlok semenjak mendapati ketidakbecusan beberapa anggota organisasi yang ia pimpin. Alhasil setibanya di rumah, wajah tampan Dan sudah terlihat sangat muram.

“Ada apa dengan wajah copy paste Perè terlihat muram ini?”

Kalimat sambutan yang datang dari laki-laki tampan yang lebih matang. Laki-laki yang tengah duduk dengan sebelah bisepnya dijadikan sandaran yang nyaman bagi seorang anak perempuan yang tengah tertidur lelap.

Dan tidak langsung menjawab, melainkan memilih untuk mengambil punggung tangan sang ayah untuk disalimi. Dilanjut dengan mengecup pucuk kepala adik tercintanya yang tengah tertidur dengan lelap.

“Mère kemana? Kenapa juga Dyra tidur di sini?” tanya Dan seraya bergerak untuk mengambil alih sang adik.

Namun, gerakan tagannya terlebih dahulu ditahan sang ayah. “Kamu baru pulang dari luar, belum bersih-bersih. Kalau mau pegang Dyra, bersih-bersih dulu. Minimal cuci tangan pakai handwash.”

“Kenapa? Mère marah lagi sama Perè?”

Alih-alih meng-iyakan interupsi tersebut, Dan malah balik melontarkan pertanyaan. Jika ayahnya banyak bicara seperti saat ini, pasti kurang belaian dari istri tercinta.

“Kayaknya iya,” jawab sang ayah. “Seharian ini Mère marah-marah terus. Padahal Perè enggak ada salah loh,” lanjutnya, bercerita.

“Mungkin Mère lagi sensitif.”

Laki-laki berinisial DAX itu mengangguk-anggukan kepala, setuju dengan ucapan sang putra. Namun, tiba-tiba sebuah opini terbesit di otak briliannya. Membuatnya memasang tampak kaget saat menatap sang putra. Dan yang ditatap demikian, menautkan satu alisnya karena kebingungan.

“Ada apa Perè?”

“Jangan-jangan kamu mau punya adik lagi, Dan,” sahut sang ayah yang langsung membuat Dan tergelak. “Mère belakangan ini juga mood swing terus. Apa iya, ya, kamu sama Dyra bakal punya adik baru? Perasaan Perè selalu main aman karena Mère-nya kamu mau fokus sama tumbuh kembang Dyra.”

Dan yang sudah ikut bergabung di sofa hanya bisa mendengarkan tanpa memberikan komentar apapun. Kalau benar ibunya hamil lagi, why not? jika kondisi kesehatan ibunya stabil. Lagipunya mansion ini juga masih cukup luas untuk menampung kesebelasan seperti mimpi sang ayah. Namun, kalau boleh menyuarakan pendapat, bagi Dan Auristela Dyra Daniella Xander saja rasanya sudah cukup.

Anak perempuan yang belum genap berusia tujuh tahun itu adalah kesayangan kedua di rumah ini. Dyra lahir setelah tawar-menawar yang begitu panjang antara orang tuanya—Darren Aryasatya Xander dan Evelyn Xander. Auristela Dyra Daniella Xander sendiri memiliki arti anak perempuan Xander yang terhormat, hangat seperti rumah, si pemilik hati yang percaya pada Tuhan.

Dulu sang ayah katanya sempat punya mimpi untuk memiliki banyak anak. Namun, mimpi itu pupus semenjak laki-laki bermarga Xander itu melihat betapa menakutkannya proses kelahiran buah cinta pertama mereka. Peristiwa itu sempat membuat seorang Darren Aryastya Xander trauma, sehingga ia selalu main aman saat menggauli sang istri.

Ketika Dan sudah beranjak dewasa, ide untuk memiliki momongan lagi muncul begitu saja. Ide itu muncul setelah Ev menengok salah satu kerabat dekatnya yang baru saja melahirkan. Etah jin mana yang membisiki sang istri, karena setelahnya Ev jadi ingin hamil lagi supaya Dan punya teman. Dengan berbagai cara, Ev mencoba meyakinkan sang suami supaya tidak perlu cemas berlebihan. Toh, Dan juga waktu itu sudah besar, jadi mereka juga akan terlalu kerepotan nantinya.

“Siapa yang mau punya adik lagi?”

Suara yang mengalun dengan lembut itu terdengar bersamaan datangnya seorang perempuan yang wajah masih sangat cantik, sekalipun usianya sudah tidak muda lagi. Melihat kedatangan sang istri, Darren Aryastya Xander langsung memberi putranya isyarat lewat kontak mata. Kalau tebakan asalnya didengar sang istri, bisa gawat. Auto disuruh tidur di luar nanti malam.

“Dan sudah pulang?”

“Sudah Mère.” Dan menjawab seraya mengambil punggung tangan kanan sang ibu untuk dikecup.

“Dan mandi dulu gih. Nanti turun untuk makan malam. Mère sudah menyiapkan tahu gurita, ayam goreng bacem khas Yogya sama tumis buncis dengan telur kesukaan Dan.”

Dan mengangguk seraya tersenyum. Figure yang kini berdiri di hadapannya dengan senyum penuh kehangatan selalu berhasil memperbaiki perasaannya.

“Mère kira Dan makan malam di rumah Duchess, tadi Mère sempat dapat telepon dari mamanya Duchess kalau Dan yang mau mengantar Duchess pulang. Jadi Mère sempat—ada apa sayang?”

Evelyn Xander—ibu dari Palacidio Daniel Adhitama Xander itu tidak lagi meneruskan ucapannya, karena melihat sang putra yang tiba-tiba terlihat sangat terkejut.

“Dan, ada apa?” tanya sang ibu sekali lagi.

“Jawab pertanyaan Mère Palacidio Daniel Adhitama Xander. Jangan membuat Mère mengulang pertanyaan untuk ketiga kalinya,” ujar Darren ikut buka suara, karena Dan tak kunjung menjawab.

“Duchess.”

“Iya. Ada ada dengan Duchess? Dan tadi sudah mengantar Duchess pulang, ‘kan?”

Dan menggelengkan kepala seraya meremat poni hitamnya frustasi.

“Apa maksud dari gelengan kepalamu itu Dan?” tanya sang ayah yang kini ikut beranjak dari posisinya. Seraya memangku si kecil Dyra, Darren mendekati sang putra.

“Dan meninggalkan Duchess di sekolah.”

“Apa?”

Pasangan suami-istri itu dibuat shok seketika saat mendengar penuturan sang putra. Belum sempat meminta penjelasan lebih lanjut, Dan sudah terlebih dahulu pamit untuk pergi ke sekolah. Tanpa bisa dicegah Dan, Darren dan Ev hanya bisa membiarkan putranya yang ceroboh itu untuk pergi menjemput kekasihnya. Mereka hanya bisa berharap supaya hubungan si sulung baik-baik saja.

“Anak siapa itu? kenapa dia tidak dapat bekerja multitasking? Dan terlalu fokus sama organisasi sampai-sampai melupakannya calon tunagannya sendiri,” komentar Darren saat sang putra sudah hilang dari pandangan mereka.

Kesal mendengar komentar sang suami, Ev dengan tega mencubit pinggang liat sang suami. Sampai-sampai laki-laki itu meringis kesakitan.

“Sakit, sayang. Kenapa dicubit?”

“Makanya kalau bicara itu jangan asal. Kamu pikir aku bisa parthenogenesis—berkembang biak tanpa melakukan perkawinan?”

“Eh, aku tadi salah bicara sayang. Maksudnya….”

“Apa?” tantang Ev seraya berkacak pinggang.

Laki-laki bermarga Xander itu tertawa canggung seraya mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri. Ditatapnya wajah yang masih sangat cantik itu dengan lekat. “Maaf. Aku bercandanya kelewatan. Dan tentu saja anak kita. Orang kita buatnya bersama.”

“Dasar,” ketus sang istri yang dibalas senyuman manis oleh sang suami.

“Udah, jangan marah lagi. Aku enggak mau tidur dipunggungin lagi.”

“Siapa juga yang marah? Aku enggak marah kok.”

Darren tersenyum kian lebar mendengarnya. Namun, seperkian detik berikutnya garis senyum di bibirnya luntur begitu saja.

“Gak marah, cuma sebal.”

💐💐

Dan memacu mercy mewah berwarna hitam milik ayahnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Terkadang Dan memang diantar-jemput jika berangkat sekolah, namun lebih sering berangkat sendiri membawa sepeda motor supaya lebih efisien dan menghemat waktu. Lagipula Dan juga sudah memiliki SIM, jadi ia berani membawa kendaraan sendiri. Sialnya, Dan harus terjebak macet karena mercy yang ia bawa tertahan di antara kendaraan lain yang menguntai, memehuni sepanjang ruas jalan.

Ketika tiba di sekolah, kegelapan sudah sepenuhnya menyelimuti langit. Satpam yang biasa berjaga langsung menghampiri saat melihat Dan.

“Aden Dan kenapa balik lagi ke sekolah? Ada barang yang ketinggalan ya?”

Dan menggeleng seraya mengatur deru napasnya yang tidak beraturan. “Bapak lihat anak perempuan pakai kemeja putih sama bawahan rok hitam enggak pas keliling? wajahnya cantik.”

“Anak perempuan pakai kemeja putih sama bawahan rok hitam? wajahnya cantik? Enggak tuh. Kalau sebelum gerbang di tutup, memang bapak lihat anak perempuan baru pulang. Dia yang terakhir pulang. Habis itu enggak ada lagi den.”

“Dia sudah pulang? Pulang sama siapa pak?”

“Sama ….den Dian kalau bapak tidak salah lihat. Mereka pulang sekitar satu jam yang lalu.”

Dan menggeram lirih mendengar informasi tersebut. Pantas saja nomer Duchess tidak dapat dihubungi sejak tadi. Entah apa yang gadis itu tengah lakukan saat ini. Ditambah lagi dengan fakta jika Duchess pulang bersama Dian. Rahardian Adiwangsa Wijaya.

Orang yang selalu disbanding dan disandingkan dengan Dan. Cucun ketua yayasan yang menaungi SMA Wijaya. Bahkan ayah Dian juga teman dekat ibunya Dan.

Sejak dulu Dan kurang suka Dian karena setiap kali Dan melakukan kesalahan Dian yang selalu mengambil kesempatan. Misalnya ketika Dan diberi kesempatan untuk maju dan menjawab soal matematika, Dan pernah membuat kesalahan karena salah mengkali bilangan sehingga jawaban yang dihasilkan tidak sesuai. Pada kesempatan seperti itu, Dian selalu berhasil mengambil kesempatan utuk mengoreksi jawaban Dan agar menghasilkan jawaban yang tepat.

Selain itu, Dian juga selalu perhatian pada Duchess. Jangan pikir Dan tidak tahu jika Dian menaruh perhatian lebih pada Duchess. Dan tahu. Oleh karena itu ia selalu membatasi hubungan pertemanan Duchess dengan Dian. Pasalnya Dan selalu merasa iri jika Dian bisa bersikap bebas untuk memperlihatkan perhatiannya pada Duchess, tidak seperti dirinya.

“Di mana kalian?” tanya Dan datar saat sambungan telepon sudah terhubung dengan nomer telepon Rahardian Adiwangsa Wijaya.

“D’EV,” jawab suara di seberang sana, tak kalah datar.

“Aku akan segera menjemput Duchess,” kata Dan memberitahu.

“Sepuluh menit. Jika dalam kurun waktu tersebut kamu tidak datang ke D’EV, aku yang akan membawanya pulang.”

Setelah berkata demikian, panggilan telepon tersebut diputuskan begitu saja. Tindakan itu tentu membuat sang tuan muda Xander kian murka. Maka dengan segera ia kembali ke dalam mobil supaya dapat menjemput sang kekasih dari calon rival paling potensial baginya.

Tidak akan Dan biarkan Duchess bersama laki-laki lain lebih lama lagi. Oh ayolah, enam puluh detik yang dihabiskan Duchess bersama laki-laki lain sudah sangat berhasil membuat hati Dan terbakar.

💐💐

TBC

DUH, CEMBUKUR NIH AYANG. TAPI CEWEK MANA YANG GAK NGAMBEK PAS DITINGGAL GITU AJA? GAK ADA ABANG! MAKANYA YANG PERHATIAN DONG, NANTI DUCHESS NYA DIAMBIL ORANG 🤗

NEXT? SEGERA RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR ❤️

Sukabumi 2-07-22

Terpopuler

Comments

Elly Setia Ningsih

Elly Setia Ningsih

salah lo dan, janji janji tapi gak ditepati

2022-12-06

2

Andriyati

Andriyati

gak usah sok marah Dan,, malah gak ingat nyuruh anak gadis orang nungguin di perpus,, kalau gak bisa nepatin jangan buat janji Dan,,

2022-11-15

2

Ihay Dava Nur Shadiq

Ihay Dava Nur Shadiq

visual Dan sama dgn "Suami ku Autis"
ganteng banget

2022-09-11

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!