"Apakah membutuhkan bantuan?" pertanyaan seseorang, membuat Arumi menoleh ke belakang.
Saat Arumi menoleh, orang itu tersenyum dan Arumi pun membalas senyuman orang tersebut. Berbeda dengan orang di sebelah nya, yang menatap tanpa ekspresi.
Di depan Arumi saat ini, ada 2 orang laki-laki, yang menawarkan bantuan adalah ustadz Ainun Najib, dan di sebelah nya gus abyan.
Arumi menatap mereka berdua bergantian, bingung. Kenapa tiba-tiba ada di belakang nya, ia tidak menyadari.
"Arumi perlu saya bantu?" membuyarkan lamunan nya.
"Eh apa ustadz?"
"Kamu ini kenapa Arumi? saya menawarkan bantuan, untuk membawa barang-barang kamu."
"Maaf ustadz, saya hanya terkejut."
"Apa perlu saya bantu?" ustadz Najib kembali mengulang dengan pertanyaan yang sama.
"Karena ustadz sudah menawarkan bantuan, tolong bawakan ini untuk ummi sama abah, dan ini lagi satu untuk dibagikan ke asrama putra." Arumi menyerahkan 2 paper bag, yang ia bawa dari rumah.
"Hanya ini saja yang saya bawa?" menunjukkan paper bag yang Arumi berikan.
"Iya ustadz itu saja, kalau yang saya bawa ini barang saya untuk dibawa ke asrama putri."
"Mungkin kamu bisa saya bawa," ucap ustadz Najib tanpa sadar.
"Hah?" Arumi bingung dengan perkataan ustadz Najib.
Gus Abyan menyenggol lengan temannya itu, suka sekali temannya ini berkata tidak sadar dengan yang di katakan.
"Eh maksud saya, barangnya biar sekalian, supaya kamu gak kesulitan bawanya."
"Oh begitu toh maksud ustadz, terima kasih banyak ustadz, sudah mau membantu, cukup itu saja! nanti setelah dari asrama putri, saya akan menyusul ke ndalem untuk bertemu ummi dan abah," ucap Arumi.
Sembari melirik gus Abyan di samping ustadz Najib, yang sejak tadi hanya memperhatikan Arumi dan ustadz Najib mengobrol.
"Ya Allah ganteng juga" batinnya
"Astaghfirullah apa yang aku pikirkan" ucap Arumi dalam hati.
Sambil menutup mata dan menggelengkan kepalanya.
"Arumi, kamu kenapa?" melihat Arumi yang menggelengkan kepalanya, ia bertukar pandang dengan gus Abyan.
"Sa-saya baik-baik saja ustadz, saya permisi dulu assalamu'alaikum." Arumi cepat memutar badannya meninggalkan 2 orang yang menatapnya bingung, melangkah kan kakinya lebar, agar cepat jauh dari mereka berdua, ia merasa malu dengan tingkahnya tadi.
"Wa'alaikum salam"
"Apa perempuan tadi, yang menggantikan Al di pondok jib?" gus Abyan membuka suara untuk bertanya setelah kepergian Arumi, yang sejak tadi dirinya hanya diam.
"Namanya Arumi, biasa dipanggil umi di pondok pesantren ini," jawab ustadz Najib.
"Eh bentar, Arumi dipanggil umi, lalu Abyan di panggil aby, umi dan aby, apa jangan-jangan kalian berjodoh," sambungnya.
"Kamu ini ngomong apa jib, makanya cepat khitbah sebelum keduluan saya."
"Tapi kalau misalnya benar berjodoh, pasti hatiku hancur melihat kalian menikah nanti." Dengan nada di buat sedih dan dramatis.
"Astaghfirullah jib, saya duluan aja, jangan lupa itu untuk abah dan ummi." Gus Abyan mengingatkan barang yang ada di tangan Najib, lalu berjalan mendahului ustadz Najib yang masih berdiri di tempatnya, dengan pura-pura menangis.
Sambil menyanyikan lagu Rossa.
Ku menangis
Membayangkan
Betapa kejamnya dirimu atas diriku
Kau duakan cinta ini
Kau pergi bersamanya
Ku menangis
Melepaskan
Kepergian dirimu dari sisi hidupku
Harus slalu kau tahu
Akulah hati yang telah kau sakiti.
"Assalamu'alaikum ustadz," ucap salah satu santri.
Menepuk lengan ustadz, yang masih belum menyadari dirinya sudah di tinggal sahabatnya itu.
"Ustadz Najib." Santri itu kembali menepuk lengan ustadz dan lebih mengeraskan suaranya.
"Eh apaan sih by." Sambil menoleh ke samping.
"Loh kenapa jadi kamu, apa Abyan punya ilmu berubah?"
"Gus Abyan tidak ada disini ustadz, yang saya lihat dari tadi disini hanya ustadz Najib, nyanyi-nyanyi sambil merem."
"Itu hanya menghayati lagu, kamu cepat kembali ke asrama, saya masih ada urusan."
Ustadz Najib berlalu pergi, meninggalkan santri itu.
"Menghayati lagu sebegitu nya, iya kalau suaranya bagus, ini kan kebalikannya."
"Kamu cepat kembali, saya dengar kamu ngomongin saya," teriak ustadz Najib.
Santri itu buru-buru pergi menuju asrama.
...*********...
"Assalamu'alaikum," ucap Arumi di aula asrama putri.
"Wa'alaikum salam," mereka serentak menoleh.
"Kak umi."
Arumi tersenyum, lalu memasuki asrama yang sudah berapa bulan tidak ia datangi.
"Kak umi, kenapa kalau mau datang gak bilang?"
"Mau bilang dengan cara gimana?"
"Iya juga sih ya."
"Kakak ada bawakan sedikit jajanan untuk kalian disini." Arumi menyerahkan plastik berisi makanan, yang di beli tadi sebelum ke pondok pesantren.
"Makasih kak umi."
"Kakak boleh numpang berwudhu dan ganti baju disini?"
"Kakak gak perlu izin juga boleh kak."
"Permisi sebentar ya semuanya." Menarik bibirnya menampilkan senyuman manisnya,
lalu beranjak memasuki kamar mandi untuk mengganti pakaian nya.
Setelah selesai Arumi kembali dan menitipkan barang bawaan nya di asrama putri, ke ndalem tak sendiri melainkan meminta salah satu santri putri menemani nya, bertemu abah dan ummi di ndalem.
"Kak umi cantik banget sih, tanpa riasan juga wajahnya tetap cantik."
"Jangan lupa tetap bersyukur teman-teman, kak umi pasti selalu ingat sholat 5 waktu dan melaksanakan nya dengan tepat, tidak putus berwudhu."
"Astaghfirullah."
"Astaghfirullah."
"Astaghfirullah."
...********...
"Assalamu'alaikum." Arumi mengucap salam sebelum masuk ndalem.
"Waalaikum salam," sahut nya dari dalam.
"Arumi masuk nak," ucap ummi Dalilah mengajak Arumi untuk masuk.
Di dalam ada abah dan Gus Abyan, lalu Gus Affan beserta istri nya.
Arumi mencium punggung tangan ummi, lalu menuju abah juga mencium tangan nya.
"Arumi apa kabar? kenapa jarang kemari menemui ummi dan abah?"
"Arumi kan sibuk mi, sekarang kuliah fakultas kedokteran pula."
"Maafin Arumi bah, mi, Arumi lebih sering di rumah sekarang dari pada kaluar kalau tidak ada kegiatan."
"Lebih bagus seperti itu, tapi sering-sering lah ke sini, ummi gak ada teman semenjak Al berangkat, laila juga jarang disini."
"Insya Allah, Arumi akan sering mi."
"Tinggal disini saja ya, Arumi biar selalu temani ummi." ucap ummi
"Arumi kan punya keluarga mi." Tidak enak dengan istrinya, yang menginginkan Arumi tinggal di ndalem.
"Kalau gitu nikah aja sama Aby biar kita jadi keluarga, lagian bunda nya Arumi kan teman nya ummi juga dia pasti setuju, Arumi kan cantik bah juga pintar pasti Aby mau, iya kan by?" Abyan yang sejak tadi diam mendongak, menatap ummi nya tanpa menjawab.
"Laila juga senang, jika Arumi yang jadi adik ipar Laila mi," ucap Laila istri Gus Affan.
Arumi juga sama ia hanya menunduk, dirinya tidak tau harus berkata apa saat ini.
Setelah lama mengobrol di ndalem, tak terasa sudah memasuki ba'da maghrib, semua orang ke masjid untuk menunaikan sholat berjamaah.
Kali ini berbeda dari biasanya, seseorang yang menjadi imam masjid bukanlah abah, entah siapa Arumi penasaran, suaranya sangat merdu di pendengarannya.
"Suara Gus Abyan merdu sekali yah," ucap santri pada temannya setelah sholat.
"Gus Abyan ternyata yang jadi imam, Masya Allah" batinnya dalam hati
...*******...
Waktu sudah menunjukkan pukul 10:00pm, Arumi baru selesai mengajari santri belajar.
"Ya ampun malam banget ini, coba hubungi Widya aja dulu supaya kesini." Karena jarak rumah Widya dekat dengan pondok pesantren.
Namun, Widya tak kunjung mengangkat panggilan telepon dari Arumi.
"Ya Allah, apa Widya udah tidur ya?" ucap Arumi bertanya pada diri nya tanpa ada yang menjawab.
"Assalamu'alaikum" ucap seseorang.
"Wa'alaikum salam."
"Eh" Arumi baru menyadari, ada orang lain di dekat nya.
"Kenapa belum pulang?"
"Saya sedang menunggu teman saya gus," jawabnya meletakkan handphone nya ke dalam tas.
"Apa sudah bisa di hubungi?" Gus Abyan sebenarnya sejak tadi mendengar ucapan Arumi, yang mengatakan bahwa Widya tidak dapat di hubungi.
"Tidak gus,"lirihnya.
"Kalau gitu biar saya antar, nanti terlalu malam kamu sampai di rumah."
"Tidak perlu gus, saya bisa sendiri."
"Kamu yakin bisa sendiri? kamu tetap dengan motor kamu, saya di belakang dengan motor saya, kalau tidak juga tidak masalah kalau mau pulang sendiri juga silahkan, tapi hati-hati, malam hari begini biasanya-
"Iya, saya mau gus." Abyan tersenyum membalikkan tubuhnya mengambil motor untuk mengantar Arumi pulang.
"Aduh kok main mau aja sih, tapi gak apa lah, yang penting bisa pulang."
Arumi melajukan motornya, di depan motor yang di kendarai Abyan.
Abyan mengantarkan sampai gerbang depan rumah.
"Terima kasih gus, maaf sudah merepotkan." Arumi tidak tau harus mengatakan apa, tidak mungkin ia menyuruh Abyan untuk singgah.
"Saya pulang dulu, salam untuk bunda dan ayah kamu."
"Baik gus, sekali lagi terima kasih."
"Hmmm," ucapnya berdehem.
"Cepat tutup pagarnya, lalu masuk."
"Eh iya gus." Arumi menutup pagarnya, lalu masuk ke dalam rumah.
Melihat Arumi sudah masuk ke dalam rumah, Aby melajukan motornya untuk kembali ke pesantren.
Arumi melihat dari kaca jendela rumah nya.
"Alhamdulillah sudah sampai rumah, ternyata dia baik juga mau nganterin aku pulang."
Sudah sangat malam, Arumi langsung menuju kamar untuk membersihkan badannya dan sholat sebelum tidur.
🌻 Jangan lupa selalu bersyukur
Bersambung 💃💃💃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments