Tiga bulan berlalu sudah, dari masa ospek Arumi dan teman-temannya yang lain, kini mereka sudah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Arumi dan Widya masuk di universitas yang sama, namun fakultas yang berbeda.
Yusuf dan Zahra bersama teman alumni pondok lebih memilih universitas lain.
Arumi di fakultas kedokteran, sedangkan Widya di fakultas hukum.
Pagi tadi Arumi di hubungi agar ke pondok untuk sementara waktu, kembali membantu menggantikan ning yang sudah berangkat ke kairo mesir, gus abyan memang telah kembali dan membantu di pondok, namun banyak kesibukan lain juga di luar.
"Bunda, zy berangkat sekarang yah, biar nanti bisa sempat berkunjung lebih lama ke ummi sama abah." Arumi yang baru saja menuruni tangga, menghampiri bunda yang duduk di sofa menonton tv.
"Hati-hati kamu bawa motor nya zy, sudah bunda siapkan makanan juga untuk dibawa ke pondok, kamu berikan pada abah dan ummi disana, ada juga untuk anak pondok." Bunda Faza berdiri, lalu menuju meja tempat dimana tadi menyiapkan makanan yang akan dibawa Arumi.
"Kamu pulang jam berapa nanti zy?"
"Zy pulang sekitar jam 09:00pm nanti, ayah mana bun?" tanya Arumi karena tidak melihat ayah Salman.
"Kamu gak hilang yah zy pelupa nya, ayah kan tadi pagi berangkat ke luar kota," ucap bunda sambil mengelus kepala Arumi.
Arumi hanya terkekeh.
"Pulangnya hati-hati loh ya! ajak teman perempuan kamu kalau takut, bunda khawatir sama kamu kalau pulang sendiri malam-malam, atau perlu bunda hubungi Widya, supaya temani kamu ke pondok?"
Bunda Faza sangat khawatir, jika anak perempuan nya pulang sendirian saat malam hari, anak perempuan satu-satunya.
Tidak ada orang tua, yang tidak khawatir pada anaknya.
"Iya, bundaku tersayang cintaku yang cantik, bunda tenang aja, zy bisa jaga diri insya Allah, nanti kalau misalnya zy takut, zy hubungi Widya untuk temani pulang, sekalian suruh menginap disini."
"Nah, kalau gitu kan bunda gak khawatir sama kamu, kalau ada temannya."
"Ini makanan nya, salam sama abah sama ummi disana yah, bunda belum bisa berkunjung." Bunda Faza menyerahkan paper bag makanan.
"Iya bunda, insya Allah zy sampaikan salam bunda, pada abah sama ummi."
"Zy berangkat ya," sambungnya menyalami bunda Faza.
"Iya sayang, hati-hati."
Arumi mengangguk mengiyakan. "Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam." sambil berjalan keluar mengikuti Arumi.
Arumi menyalakan motor matic nya, berjalan keluar dari pekarangan rumah, untuk menuju pondok pesantren, mengajar anak-anak pondok mengaji.
FYI: Ummi dan abah biasa di pondok pesantren pada umumnya di panggil kyai dan nyai, namun beliau berdua ingin anak-anak yang belajar di pondok menganggap mereka lah orang tua kedua mereka, dan agar lebih akrab.
Ummi bernama Dalilah Humaira dan abah bernama Ferdinan Abrar memiliki tiga orang anak, yang pertama gus Affan Fariq Abrar beliau sudah menikah dan mempunyai seorang putri, yang kedua gus Abyan Fakhri Abrar yang masih melajang di umur nya yang sudah matang, dan yang terakhir ning Almira Fariza Abrar, baru akan menyelesaikan studi nya di Al Azhar Kairo Mesir.
Di perjalanan sebelum sampai di pondok pesantren, Arumi menghentikan motornya membeli jajanan untuk di bagikan di asrama putri.
Setelah membeli jajanan, Arumi kembali membawa 2 kantong plastik besar itu untuk digantung kan ke motor, namun sesaat Arumi ingin memakai helm ada seseorang yang menarik-narik gamisnya.
Arumi refleks menjauhkan dirinya dari orang tersebut.
"Astaghfirullah." Arumi memegang dadanya, sambil melihat orang yang tadi menarik gamisnya.
Ia adalah seorang anak perempuan yang juga terkejut, karena Arumi tiba-tiba menjauh.
"Kak maaf, kalau aku buat kakak terkejut, aku hanya ingin minta sedikit uang." Anak itu menunduk ketakutan, takut dimarahi oleh Arumi.
Arumi mendekat ke arah anak tersebut, namun anak perempuan itu memundurkan tubuhnya.
"Jangan takut dek, kakak gak jahat kok, kamu butuh uang untuk apa?" tanya Arumi lembut, anak itu mendongakkan kepalanya menatap wajah cantik Arumi yang sedang tersenyum.
"Uang nya untuk beli obat, ibu ku sakit."
"Sakit apa sayang? sini mendekat, nama kamu siapa?" ucap Arumi sambil berjongkok mensejajarkan badannya.
Anak itu mendekat ke Arumi. "Sakit demam kak sudah 3 hari panasnya tidak turun, nama ku Anisa kak."
"Nama nya cantik seperti orang nya, nama kakak Arumi, panggil aja kakak zy yah," ucap Arumi.
"Tunggu disini sebentar yah, kak zy kesana dulu," sambungnya menunjuk toko yang dibalas anggukan kepala oleh Anisa.
Arumi mengelus kepala Anisa lalu berdiri dan berjalan menuju tempat jual makanan, yang disampingnya juga ada apotek.
Setelah membeli yang di perlukan, Arumi kembali lagi dimana motor nya dan Anisa berada.
"Anisa, ini kak zy beliin makanan dengan obat penurun panas juga, untuk kamu berikan pada ibu kamu ya."
"Ini juga ada sedikit rezeki juga buat kam,u buat beli kebutuhan yang lain." Arumi menyerahkan makanan beserta obat dan beberapa lembar uang, untuk pegangan Anisa.
"Kak -
"Kak zy sayang."
"Kak zy, terima kasih banyak, akan anisa berikan ini pada ibu, apakah aku boleh memeluk kak zy?"
Arumi mengangguk tersenyum. "Makasih kak, aku cuma tinggal bersama ibu ku, bapak sudah meninggal sejak aku masih bayi."
"Ya Allah kasian sekali Anisa" batin Arumi
"Salam sama ibu kamu yah, semoga nanti kita bisa ketemu lagi ya Nisa."
"Kalau gitu kak zy pergi dulu ya, maaf gak bisa mampir ke rumah kamu."
"Gak apa kak, lagian rumah Nisa itu jelek."
Arumi yang tadinya sudah akan memasang helm, kembali menatap Anisa dan berjongkok.
"Hustt gak boleh ngomong gitu, kita harus tetap selalu bersyukur, masih banyak diluar sana yang tidak punya rumah, mereka tinggal di pinggir jalan."
"Iya kak maaf."
"Gak pa-pa sayang, sekarang kamu cepat pulang yah, jaga ibu dan kesehatan kamu juga, kalau kamu sakit siapa yang akan merawat ibu kamu?"
"Makasih kak." Anisa langsung berlari melewati gang sempit untuk menuju rumahnya.
"Allahumma rabban nasi, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas syafi. La syafiya illa anta syifa’an la yughadiru saqaman."
Setelah mendoakan ibu Nisa yang sedang sakit, Arumi kembali melajukan motornya menuju pondok.
Arumi telah sampai di pondok pesantren, membawa makanan yang sudah bunda bawakan dan juga yang ia beli.
Arumi terlihat kesulitan membawa barang bawaan nya.
"Apakah membutuhkan bantuan?" pertanyaan seseorang, membuat Arumi menoleh ke belakang.
FYI: doa diatas
Artinya,: "Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri,"
Bersambung 💃💃💃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments